Mohon tunggu...
rafiatul husna
rafiatul husna Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Menulis adalah salah satu kita memperkaya wawasan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belenggu Patriarki

6 Juli 2021   12:30 Diperbarui: 10 September 2022   23:47 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang membudaya hingga saat ini dan  menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan politik, otoritas moral dan segala aspek yang bersifat publik. Dalam domain keluarga, sosok yang disebut ayah memiliki otoritas terhadap perempuan, anak-anak dan harta benda. Secara tersirat sistem ini melembagakan pemerintahan dan hak istimewa laki-laki serta menempatkan posisi perempuan di bawah laki-laki. 

         Sebelum ada sistem patriarki ketika pada fase awal perkembangan masyarakat ketika masih dalam era komunal primitive hingga transisinya menuju perbudakan perempuan menempati posisi yang tinggi dan diagungkan. Bahkan di era-era awal peradaban Yunani dan Mesir kuno mereka dipuja-puja sebagaimana tergambar pada dewi-dewi yang mereka sembah dan sebagaimana tergambar dalam mahzab keluarga yang menggunakan nama ibu sebagai identitas keturunan.
         Sekalipuan memiliki beberapa segi keunggulan, namun dalam praktik sejarahnya perempuan (secara umum) tidak menginstitusikan hal tersebut sebagai dogma untuk mensubordinasikan kaum yang lain (laki-laki). Perempuan tidak mereduksi peran laki-laki dan tidak pula menindas kaum laki-laki. Mereka tetap harmonis untuk senantiasa membagi peran untuk menjamin eksistensi kehidupan umat manusia melalui produksi dan reproduksi.
         Sejatinya perempuan memilik keistimewaan yang merupakan kodrat berupa pemberian dari Tuhan yakni mengandung, melahirkan dan menyusui  atau mutlak adanya tidak bisa dirubah tetapi pada saat ini dimana hal itu merupakan keistimewaan yang dianggap kelemahan oleh sekelompok orang penganut budaya patriarki.
          Dalam sistem patriarki, perempuan diposisikan sebagai istri yang bertugas men-dampingi, melengkapi, menghibur, dan melayani suami (the patriarch), sementara anak diposisikan sebagai generasi penerus dan penghibur ayahnya. Sistem yang melahirkan budaya patriarki yang memposisikan perempuan harus selalu dan senantiasa di bawah laki-laki dan laki-laki harus selalu dan senantiasa berada di atas perempuan, yaitu dalam posisi memimpin, mengatur, dan mengusai, terlepas apakah laki-laki tersebut mampu dan memenuhi syarat atau tidak. Padahal jika berbicara rumah tangga tidak ada yang superior maupun inferior tetapi pembagian peran. Jika laki - laki sebagai kepala rumah tangga maka perempuan sebagai pemimpin keluarga.
         Jika dikontekskan pada era sekarang masih banyak orang - orang yang melanggengkan budaya patriarki sekalipun itu tidak disadari sacara langsung seperti peran keluarga atau orang tua dalam mendidik anaknya. Sejak kecil laki - laki harus bermain mobil - mobilan diperbolehkan memanjat sedangkan perempuan hanya dibelikan mainan boneka atau main masak - masakan sehingga hal itu terus berulang dan seakan - akan itu merupakan kodrat untuk perempuan dan berdampak pada kontuksi sosial masyarakat tentang laki - laki dan perempuan.                   Pemikiran lainnya yang merugikan perempuan tanpa disadari adalah peran media sosial dalam menilai seorang perempuan. Banyak iklan - iklan kecantikan yang hanya mengedepankan nilai seorang perempuan dapat diukur dari kecantikannya saja. Sehingga muncullah standard kecantikan dikalangan masyarakat kita saat ini.
           Seharusnya kita sebagai generasi penerus bangsa yang berintelektual baik perempuan maupun laki-laki sudah saatnya melek akan budaya - budaya yang masih melanggengkan subordinasi maupun patriarki dan mampu bersama - sama mengikis kebiasaan buruk yang merugikan kususnya terhadap perempuan. Sudah peka dan responsif dengan adanya ketidakadilan maupun isu - isu kekerasan terhadap perempuan itu sendiri.

#Rafiatul Husna

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun