Mohon tunggu...
Rafi Andriansyah
Rafi Andriansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Airlangga

Seorang mahasiswa yang memiliki banyak ketertarikan untuk ditekuni.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Scroll Terus, Bisa Mengurangi Fokus?!

1 Juni 2024   23:14 Diperbarui: 1 Juni 2024   23:21 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kita semua pasti pernah, ketika lagi fokus mengerjakan tugas atau sesuatu lainnya langsung spontan untuk mengambil smartphone dan terlarut berjam- jam di dalamnya. Menggunakan social media memanglah sangat menyenangkan, tetapi dapat menghambat produktivitas kita dan menurunkan fokus. Konten yang selalu menampilkan hal- hal yang baru dan menarik memicu dopamin yang ada di dalam diri kita menjadi penyebab utama kita sangat betah untuk berlama- lama dalam menggunakan social media.

Menurut data yang diterbitkan oleh Datareportal.com pada laporan “Digital Indonesia 2023” mengungkapkan bahwa orang Indonesia rata- rata menghabiskan 7 jam, 42 menit untuk mengakses internet dan 3 jam, 18 menit untuk mengakses sosial media. Dikutip dari Datareportal.com bahwa pengguna media sosial di Indonesia sebanyak 167,0 juta (60,4 %) dari total populasi. Ini menunjukkan bahwa internet dan sosial media memiliki dampak yang sangat besar bagi orang Indonesia.

Pada tahun 2015, tim peneliti microsoft menerbitkan hasil studi yang cukup mengejutkan. Hasil studi tersebut menyebutkan bahwa rentang perhatian manusia dalam melakukan suatu pekerjaan kini hanya delapan detik. Hal tersebut sangat mengejutkan, karena ini lebih kecil dari rentang fokus ikan koi yang sebesar sembilan detik. Hal ini menunjukkan penurunan dari yang semula rentang perhatian pada manusia sebesar dua belas detik.

Scrolling media sosial tanpa tujuan atau mungkin lebih dikenal dengan istilah Mindless Scrolling adalah kegiatan berselancar di media sosial secara berkelanjutan dan dalam waktu yang lama. Hal ini biasanya dilakukan oleh banyak orang di kala waktu senggang yang mereka miliki. Dopamin yang terdapat pada otak dihasilkan dari konten- konten dan notifikasi sosial media. Otak kita akan merespon hal ini sebagai mini reward atau penghargaan kecil yang memberikan perasaan bahagia dalam waktu yang singkat yang dapat menurunkan fokus kita.

Sifat adiktif dari scrolling yang berlebihan juga menyebabkan penurunan produktivitas dan kinerja akademik yang lebih rendah. Selalu menunda- nunda dalam melakukan suatu hal dikarenakan terlalu sering melihat konten yang bersifat menghibur membuat kita enggan melakukan yang dianggap membosankan. Gangguan dan godaan media sosial yang terus menerus dapat menyita waktu dan energi yang berharga yang seharusnya dapat didedikasikan untuk kegiatan yang lebih bermakna dan produktif.

Konten- konten video pendek yang disajikan oleh platform media sosial seperti tiktok, reels, dan youtube short memberikan dampak terhadap diri kita untuk ingin selalu mendapatkan hal yang instan di segala aspek dan tidak menghargai apa yang dinamakan dengan sebuah proses. Ketika hendak menonton series misalnya, kita segera mempercepat ke bagian inti dari series tersebut, hal ini karena kita sudah terlalu sering disuguhkan dengan konten- konten yang hanya memiliki durasi 15 detik - 1 menit.

Algoritma yang dirancang pada sosial media ini membuat penggunanya selalu terlibat dalam waktu yang lama. Algoritma merekomendasikan kita berdasarkan riwayat tontonan kita dan konten- konten yang kita sukai dari social media tersebut. Hal itu membuat kita nyaman untuk berlama- lama di sosial media dan melupakan tugas dan tanggung jawab yang kita miliki.
Ketika sedang menulis artikel ini pun, penulis pribadi sering kali terdistraksi oleh hal- hal yang yang tidak penting. Saat merasakan kehilangan topik dalam penulisan, mencoba untuk mengambil smartphone membuka pesan padahal, tidak ada chat yang urgent untuk dibaca dan dibalas. Kemudian dilanjutkan dengan melihat snapgram berharap menemukan sesuatu hal yang menarik tetapi, hanya membuang waktu dan terlalu lama berlarut di dalamnya.

Selain dapat mengurangi fokus, menurut penelitian juga, orang yang banyak menggunakan sosial media cenderung untuk mengalami gejala kecemasan, depresi, dan kesepian (Li Sun, 2023). Hal ini semakin diperparah dengan adanya fenomena Fear of Missing Out, di mana kita merasa terdorong untuk terus memeriksa feed media sosial agar tetap update dan tidak ketinggalan informasi atau pengalaman baru. Stimulasi dan kepuasan instan yang diberikan oleh media sosial dapat mengalihkan kita dari dari tujuan dan perhatian kita. Selain itu, melihat secara terus-menerus terhadap postingan video dan foto tentang kehidupan orang lain yang tampaknya sempurna dapat menyebabkan perasaan insecure dan kurang bersyukur selalu membandingkan dengan kehidupan orang lain.

Di satu sisi, penggunaan sosial media mampu membuat kita memiliki rasa terhubung dan memiliki. Kita dapat berinteraksi dengan memberikan like, komentar, dan juga saling berbagi video kepada teman dan kerabat. Di sisi lain, penggunaan sosial media yang berlebihan dapat mendistraksi kehidupan kita. Kita juga sering kali FOMO (Fear of Missing Out) dan termakan gimmick untuk membeli hal yang tidak kita perlukan dari influencer di sosial media yang kita ikuti.

Lantas apakah ada cara agar kita dapat kembali fokus dan meningkatkan rentang perhatian kita?

Beberapa tips ini dapat membantu kita agar terlepas dari perilaku mindless scrolling dan membantu meningkatkan fokus kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun