Surabaya...
Surabaya...
Mungkin kota itu tidak pernah ada dalam benak saya ketika SMA dulu, kota yang terkesan "Jawa" sekali bagi seorang yang tinggal di pinggiran Ibukota tepatnya di Kab. Bekasi.
Tak pernah juga terlintas untuk mencari sesuap nasi di Kota yang terkenal sebagai Kotanya para Pahlawan ini. Hari ini di tanggal artikel yang saya ketik ini, tepat 26 Bulan telah menginjakkan kaki di Surabaya untuk merantau. Banyak sekali pengalaman yang dilalui di kota perjuangan ini.
Cerita bermula ketika saya putuskan untuk keluar dari "zona nyaman", saat itu mungkin keluar dari rumah adalah salah satu cara saya untuk belajar mandiri dan terlepas dari "ketiak" orang tua pikirku saat itu. Dengan semangat yang membara untuk mencapainya, momen yang ditunggu-tunggu pun tiba.Â
Setelah pengumuman kelulusan SMA agar dapat mencapai tujuan tersebut maka saya putuskanlah untuk merantau guna melanjutkan Pendidikan dan tak terasa setelah mengikuti tes serta seleksi beberapa Sekolah Kedinasan dan Universitas Negeri masuklah saya di salah satu Sekolah Kedinasan di bawah Kementerian Perhubungan yang memiliki sarana pendidikan di Kota Palembang, disanalah 3 tahun hilangnya masa muda saya. Btw ini foto saya ketika baru mulai pendidikan ya, hahahaha
Akhirnya 3 tahun pun terlewati dengan banyak cerita yang rasanya tidak ingin lagi diulangi, kira-kira ada yang tau kenapa? jawab di kolom komentar ya, hahahaha
Lepas dari pendidikan tersebut ternyata tidak serta merta mudah untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang wah dan status yang jelas, sayang sekali setahun sebelum saya dinyatakan lulus dari pendidikan, Pemerintah sedang menjalankan moratorium yang artinya tidak ada penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang sebagian besar menyerap lulusan dari tempat saya menimba ilmu
Di tengah kegalauan tersebut ternyata ada sebuah harapan untuk merasakan dunia kerja yaitu dengan cara magang di salah satu Instansi Pemerintahan di bawah Kementerian Perhubungan yang berkantor di Denpasar, Bali yang memiliki wilayah kerja di beberapa Pelabuhan Penyeberangan, dan disana lah petualangan dimulai.
Status pegawai magang pun terlewati selama beberapa tahun dengan fasilitas yang diberikan kantor serasa dimudahkan untuk urusan kerja dan beberapa fasilitas bisa digunakan untuk kepentingan di luar dinas namun ditengah itu saya merasakan posisi tersebut belum dapat diandalkan untuk dapat mencapai target selanjutnya yaitu menikah, akhirnya dengan motivasi tersebut saya putuskan kembali keluar dari "zona nyaman" dan mulai mencari lowongan pekerjaan yang dirasa lebih baik.
Setelah melalui berbagai tes, tes, tes, tes dan tes akhirnya...