Mohon tunggu...
raffli Liverpool
raffli Liverpool Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa SMK Negeri 7 Semarang

Saya memiliki hobi sebagai drone pilot

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dinamika Perkembangan Industri Manufaktur di Indonesia

27 November 2024   05:50 Diperbarui: 27 November 2024   08:47 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

1. Peran dan Kontribusi Industri Manufaktur

Industri manufaktur adalah salah satu sektor kunci dalam perekonomian Indonesia.

Kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sangat signifikan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada triwulan pertama 2023, sektor manufaktur menyumbang sekitar 16,77% dari total PDB Indonesia. Subsektor makanan dan minuman, khususnya, memiliki peran dominan dengan kontribusi sebesar 38,6% dari total industri manufaktur 6source. Ini menempatkan subsektor ini sebagai pendorong utama pertumbuhan industri pengolahan non-migas, dan menunjukkan pentingnya sektor ini dalam struktur ekonomi nasional.

2.1 Tantangan Deindustrialisasi dan Kesenjangan Teknologi

Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh industri manufaktur di Indonesia adalah ancaman deindustrialisasi prematur, yaitu penurunan kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB sebelum negara mencapai pendapatan tinggi. Selain itu, manufaktur Indonesia juga menghadapi tantangan kesenjangan teknologi, terutama dalam hal adopsi teknologi industri 4.0 seperti otomatisasi dan kecerdasan buatan.

Menurut laporan dari Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), upaya untuk mempertahankan daya saing membutuhkan investasi dalam teknologi dan peningkatan produktivitas melalui inovasi. Di beberapa subsektor, seperti otomotif dan elektronik, tingkat adopsi teknologi canggih sudah mulai menunjukkan kemajuan, tetapi pada umumnya, proses ini masih berada dalam tahap awal di Indonesia.

2.2 Peluang dalam Diversifikasi Produk dan Hilirisasi

Pemerintah telah mengadopsi kebijakan hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah produk, terutama dalam sektor pertambangan. Misalnya, pengolahan bijih nikel menjadi ferro nikel, nikel matte, dan produk logam lainnya telah berhasil meningkatkan nilai ekspor dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah. Pada triwulan pertama 2023, industri logam dasar tumbuh sebesar 15,5%, yang sebagian besar didorong oleh lonjakan permintaan nikel dari luar negeri.

Program "Making Indonesia 4.0" yang dicanangkan oleh pemerintah bertujuan untuk meningkatkan daya saing sektor manufaktur melalui pengadopsian teknologi canggih di beberapa sektor unggulan seperti elektronik, otomotif, dan makanan minuman. Program ini juga diharapkan dapat memperluas diversifikasi produk di pasar global dengan meningkatkan kualitas dan efisiensi.

3. Peningkatan Investasi dan Dukungan Pemerintah

Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi industri manufaktur. Berbagai insentif seperti pengurangan pajak, kemudahan perizinan, serta infrastruktur yang memadai telah diterapkan untuk menarik investor asing. Pada 2022, sektor manufaktur menyerap lebih dari 30% dari total investasi asing langsung (FDI), yang sebagian besar mengalir ke sektor otomotif, elektronik, dan logam dasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun