Dalam setiap detik yang kita habiskan, terlukislah keputusan kita untuk bertindak atau menunda. Di balik setiap ambisi yang belum terwujud, ada bisikan halus dari kebiasaan malas dan prokrastinasi yang perlahan menggerogoti momentum kita. Choi Myeong-gi, dalam karya tulisnya Buku Antimalas dan Suka Menunda, mengajak pembaca untuk menggali lebih dalam tentang kebiasaan yang seringkali kita anggap remeh ini, namun memiliki kekuatan luar biasa dalam menahan langkah kita menuju tujuan.
Buku ini bukan sekadar panduan tentang produktivitas atau motivasi, melainkan sebuah jalan untuk memahami akar masalah yang menyelubungi kebiasaan menunda. Choi dengan bijaksana mengajak kita untuk merenung sejenak: mengapa kita sering kali membiarkan waktu berlalu tanpa melakukan apa pun? Mengapa kita begitu mudah terjebak dalam perangkap kenyamanan yang menenangkan, meski kita tahu bahwa kita sedang menghindari hal-hal yang seharusnya dilakukan?
Menyelami Prokrastinasi: Antara Rasa Takut dan Pelarian
Dalam pandangan penulis, prokrastinasi bukan sekadar masalah waktu yang hilang, melainkan sebuah mekanisme pelarian dari rasa takut yang kita sembunyikan dalam diri. Rasa takut akan kegagalan, rasa takut akan tanggung jawab, atau bahkan rasa takut terhadap kesuksesan yang datang dengan tuntutan lebih besar. Semua itu berbaur menjadi ketidakmampuan kita untuk bertindak, menciptakan sebuah zona nyaman yang ternyata justru menyiksa batin.
Choi Myeong-gi dengan cermat menggambarkan bagaimana kebiasaan ini tumbuh dalam diri kita seperti benih yang dibiarkan berkembang tanpa pengawasan. Ia mengungkapkan, bahwa di balik kebiasaan menunda, seringkali tersembunyi ketidakpastian yang mencekam---ketakutan akan hasil yang belum tentu, atau keraguan pada kemampuan diri sendiri. Ini adalah jaring laba-laba yang tak kasat mata, yang mengikat kita dalam kebingungannya sendiri, dan semakin lama semakin rapat, semakin kuat.
Namun, di sini buku ini tidak hanya berhenti pada pemahaman. Choi Myeong-gi memberikan kita alat dan jalan keluar untuk menghancurkan rantai ketidakpastian tersebut. Dengan pendekatan yang lembut namun tegas, ia menunjukkan bahwa untuk mengatasi malas, kita harus berani menghadapi ketakutan itu, bukan melarikan diri darinya.
Strategi Mengatasi Prokrastinasi: Dari Kesadaran Diri hingga Aksi Nyata
Buku ini menawarkan berbagai strategi yang tidak hanya bersifat teoretis, tetapi juga praktis untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Choi mengingatkan kita bahwa untuk mengatasi kebiasaan menunda, kita perlu terlebih dahulu menyadari dan menerima bahwa kita sedang terperangkap dalam siklus tersebut. Tanpa kesadaran akan masalah yang kita hadapi, segala upaya yang kita lakukan untuk mengatasinya akan sia-sia.
Salah satu cara yang paling kuat yang disarankan penulis adalah dengan mengubah cara pandang terhadap tugas yang kita anggap berat. Alih-alih melihatnya sebagai beban, kita diajak untuk melihatnya sebagai tantangan yang bisa memberi kita pembelajaran dan pertumbuhan. Menyusun tugas dalam bentuk langkah-langkah kecil yang mudah dikelola juga menjadi strategi yang diusulkan, karena banyak kali kita terjebak dalam kekhawatiran tentang besar dan beratnya tugas, sehingga tidak tahu harus mulai dari mana.
Choi dengan penuh kebijaksanaan juga menekankan pentingnya keberanian untuk memulai, bahkan dengan langkah kecil sekalipun. Dalam perjalanan menuju tujuan besar, langkah pertama adalah yang paling krusial. Tanpa memulainya, kita tidak akan pernah sampai. Oleh karena itu, untuk mengatasi prokrastinasi, kita harus belajar untuk bertindak meski dengan rasa takut atau keraguan, karena seringkali yang kita butuhkan hanya momentum untuk bergerak.