Mohon tunggu...
Raffi Muhamad Faruq
Raffi Muhamad Faruq Mohon Tunggu... Peternak - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prodi Manajemen Pendidikan Islam

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menemukan Kebahagiaan di Tengah hiruk-pikuk Dunia: Perspektif Fahruddin Faiz dalam "FIlsafat Kebahagiaan"

24 Desember 2024   09:47 Diperbarui: 24 Desember 2024   09:47 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah riuh rendah kehidupan modern yang sering kali digambarkan oleh generasi Z sebagai dunia yang serba cepat dan penuh tekanan, kebahagiaan terasa menjadi sesuatu yang sulit dicapai. Dalam bukunya Filsafat Kebahagiaan, Fahruddin Faiz menawarkan sebuah pandangan yang kaya akan refleksi filosofis, namun sangat relevan dengan kondisi sosial dan psikologis masa kini, terutama bagi generasi muda yang tengah berada di persimpangan antara harapan dan kenyataan. Buku ini tidak sekadar membahas konsep kebahagiaan dalam kerangka teoritis, melainkan mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana kebahagiaan dapat ditemukan dalam keseharian yang sering kali dipenuhi dengan kebingungan dan keputusasaan.

Fahruddin Faiz, melalui tulisan-tulisannya yang sarat makna, memulai perjalanan filsafat kebahagiaan dengan menyoroti makna kebahagiaan itu sendiri. Di mata banyak orang, kebahagiaan seringkali diukur dengan seberapa banyak materi yang dimiliki atau seberapa besar pencapaian yang diraih. Namun, menurut Beliau, kebahagiaan sejati bukanlah sesuatu yang dapat dibeli atau diukur dengan ukuran duniawi. Ia mengajak pembaca untuk menggali lebih dalam, untuk menemukan kebahagiaan yang tidak bergantung pada faktor eksternal yang sementara..

Bagi generasi Z yang hidup di era digital ini, sering kali terperangkap dalam pencarian validasi eksternal melalui media sosial, pesan Fahruddin Faiz sangat relevan. Ia berargumen bahwa kebahagiaan bukanlah sesuatu yang harus terus-menerus dikejar dalam bentuk konsumsi atau pencapaian yang tampak di luar diri. Bahkan, kebahagiaan sering kali justru muncul ketika kita mampu menerima diri sendiri dengan segala keterbatasan dan ketidaksempurnaan. Dalam kehidupan sehari-hari, ini berarti tidak terjebak dalam perbandingan sosial yang semakin menguat di dunia maya. Beliau menyarankan agar kita, sebagai individu, mengembangkan kebahagiaan melalui pengertian mendalam tentang diri, pemahaman terhadap emosi, serta kemampuan untuk hidup dalam keharmonisan dengan dunia sekitar.

Namun, tentu saja, pencapaian kebahagiaan ini bukanlah hal yang mudah. Fahruddin Faiz menggambarkan kebahagiaan sebagai sebuah perjalanan yang penuh dengan tantangan. Ia tidak menggambarkan kebahagiaan sebagai keadaan yang statis atau final, melainkan sebagai proses yang terus berlanjut. Hal ini sejalan dengan pandangan banyak filsuf eksistensialis, yang melihat hidup sebagai suatu pencarian tanpa henti akan makna dan tujuan. Dalam buku ini, Pak Faiz mengungkapkan bahwa pencarian kebahagiaan sering kali datang dengan berbagai konflik batin dan pergulatan antara harapan dan kenyataan. Di sinilah peran penting dari filsafat: untuk membantu kita memahami dan menerima kenyataan, dan tidak terjebak dalam kebingungan atau keputusasaan.

Pak Faiz juga menggali konsep eudaimonia, kebahagiaan yang berasal dari pencapaian tujuan hidup yang lebih tinggi, daripada sekadar kepuasan sesaat. Melalui pemahaman ini, kebahagiaan bukanlah sesuatu yang datang begitu saja, tetapi harus diperoleh melalui usaha yang berkelanjutan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, berbuat baik kepada orang lain, dan berkontribusi pada kebaikan bersama. Dalam dunia yang serba cepat ini, di mana kebanyakan orang terobsesi dengan pencapaian individu dan kesuksesan pribadi, Pak Faiz mengingatkan kita untuk tidak melupakan aspek sosial dari kebahagiaan. Sebuah kebahagiaan yang bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk komunitas dan lingkungan di sekitar kita.

Pentingnya keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan sosial ini mungkin adalah inti dari filosofi kebahagiaan yang diusung oleh Fahruddin Faiz. Dalam konteks kehidupan generasi Z, yang sering kali dibayangi oleh ketidakpastian masa depan, pesan ini sangat penting. Di tengah keresahan tentang pekerjaan, pendidikan, dan masa depan yang tak menentu, Fahruddin Faiz mengajak kita untuk tidak hanya mencari kebahagiaan dalam prestasi dan status, tetapi juga dalam hubungan antarmanusia yang tulus dan penuh makna. Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang dapat diukur dengan angka atau penghargaan, tetapi dalam kedalaman pengalaman hidup yang penuh rasa syukur.

Akhirnya, kita tiba pada kesimpulan bahwa kebahagiaan, menurut Fahruddin Faiz, bukanlah sebuah tujuan yang bisa dicapai dengan mudah, melainkan sebuah perjalanan panjang yang melibatkan refleksi diri yang mendalam, penerimaan terhadap ketidaksempurnaan, dan harmoni dengan dunia sekitar. Bagi generasi Z, yang sering kali terjebak dalam kebisingan dan tuntutan dunia digital, Filsafat Kebahagiaan memberikan pelajaran yang sangat berarti: bahwa kebahagiaan sejati datang dari dalam diri, bukan dari apa yang ada di luar. Ini adalah sebuah ajakan untuk melangkah lebih dalam ke dalam hati dan pikiran kita, untuk mencari kedamaian, kebaikan, dan kebijaksanaan, yang pada gilirannya akan membimbing kita menuju kehidupan yang lebih penuh makna.

Dengan demikian, buku ini bukan hanya sebuah pembahasan filosofis tentang kebahagiaan, tetapi juga sebuah panduan hidup yang relevan dengan tantangan zaman. Dalam pencarian kebahagiaan yang terus berlangsung, kita diajak untuk berhenti sejenak, menatap dalam-dalam ke dalam diri, dan meresapi makna sejati dari kehidupan itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun