Mohon tunggu...
Bimo Rafandha
Bimo Rafandha Mohon Tunggu... Programmer, Blogger - Blogger. Storyteller.

Pemintal kata di www.bimorafandha.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Keamanan Data Perbankan di Era Pandemi Covid-19 bersama Kompal

10 April 2020   21:16 Diperbarui: 10 April 2020   21:49 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisa dibilang saat ini Indonesia sedang berada di masa rehat. Semua kegiatan tampak berhenti. Jalan-jalan lengang, tak terlihat kepadatan kendaraan yang sibuk saling susul. Pun di sektor ekonomi. Orang-orang menarik diri. Kegiatan beli-membeli pun sepi. Hal ini terjadi semenjak WHO menetapkan Covid-19 sebagai pandemi. Seperti api yang melahap kayu kering, efeknya terasa seantero negeri.

Banyak upaya yang dilakukan untuk menghentikan penyebaran. Yang paling digalakkan adalah pembatasan jarak aman fisik (physical distancing) agar virus tak lagi menular kepada yang lain. Tagar #DiRumahAja pun menyeruak. Beragam baliho agar cuci tangan sebelum melakukan kegiatan pun tampak di mana-mana.

Nah, di antara semua itu, ada satu kebijakan yang juga dicanangkan pemerintah: cashless. Sebenarnya, kebijakan ini sudah ada beberapa tahun terakhir. Bahkan tahun lalu, Bank Indonesia meluncurkan QRIS untuk menunjang transaksi tanpa uang fisik ini. Namun, di era pandemi seperti saat ini, kebijakan cashless jadi kunci.

Memang tak dapat dipungkiri perkembangan teknologi makin ke sini semakin memudahkan kita melakukan transaksi. Namun, apakah sistem ini aman untuk dijalani?

Belajar Keamanan Data Perbankan bersama MangDu

Nah, menjawab tantangan tersebut, Kompasianer Palembang melakukan sebuah acara yang patut untuk diikuti. Menggaet MangDu (Dues K Arbain) selaku Kompasianer dan Praktisi Perbankan, Kompasianer Palembang (10/4/2020) yang dipandu oleh Bicik Tika melakukan web seminar di laman media sosial mereka (@kompasianerpalembang) untuk mengakomodir sejumlah pertanyaan yang ada di benak para nasabah tentang keamanan bertransaksi tanpa uang fisik.

Dokpri
Dokpri

Dari yang bisa kutangkap, ternyata dalam semua prosesnya, bank-bank telah menjamin keamanan transaksi perbankan tersebut dengan baik. Bukan hanya satu lapis. Namun berlapis-lapis! Contohnya saja setiap kali kita membuat akun, kita pasti membuat user_id dan password. Nah keduanya merupakan gerbang utama pengaman kita saat sedang melakukan transaksi perbankan. Keduanya sama sekali tidak boleh kita beritahukan kepada orang lain. Nama pengguna dan kata kunci ini adalah penjamin.

Hal kedua yang dilakukan oleh bank namun kadang kita abai adalah adanya SMS notifikasi. Bisa dibilang SMS ini merupakan pemberitahuan segala arus transaksi yang terjadi di rekening kita. SMS Notifikasi akan menjadi alarm bagi kita bila terjadi transaksi yang tidak kita lakukan. Hal ini membuat kita cepat tanggap membaca situasi dan langsung menelpon bank melalui nomor resmi agar dapat ditindak sesuai dengan mekanisme bank.

Dan yang paling utama dari semua itu adalah kode One Time Password (OTP). Ya, kode ini akan muncul di ponsel kita bila sebuah transaksi sedang berjalan. Jangan pernah memberitahukan kode OTP ini sebab kode ini adalah kunci transaksi. Kadang kita lihat banyak sekali penipuan yang ingin melihat kode OTP dari kita dan jangan pernah memberitahukan kepada siapapun ya!

Kejahatan di ATM

Nah, salah satu kejahatan yang juga sering terjadi adalah kejahatan yang ada di mesin ATM. Siapa sih yang kadang berpikir bahwa ATM adalah tempat paling aman dalam menarik uang? Ternyata, banyak sekali kejahatan yang dilakukan lewat mesin ATM dan sekali kita tidak waspada, uang dapat melayang.

Hal yang paling sering terjadi adalah Phising. Ya, kejahatan jenis ini dilakukan dengan memanfaatkan umpan balik agar sang penjahat mendapatkan informasi akun kita. Pernah mendapat SMS harus mengklik satu link tertentu? Atau bahkan surel? Nah, hati-hati. Mungkin saja itu adalah phising!

Kedua adalah Vising. Vising adalah gabungan dari Voice dan Phising. Biasanya, kejahatan jenis ini dilakukan dengan menelpon korban dan seolah-olah mendapatkan hadiah atau apapun. Sang korban akan diminta melakukan sejumlah transaksi di ATM melalui telpon baik sadar maupun tidak sadar.

Ketiga adalah Impersonation. Bagi yang pernah dapat telepon mama minta pulsa, itu adalah salah satu contohnya. Kejahatan jenis ini membuat kita lengah dan bersikap seolah-olah sang penjahat adalah orang yang kita kenal. Mereka memainkan emosi kita untuk mendapatkan informasi pribadi yang kita lindungi.

Selain itu, adapula Skimming. Ini yang harus diwaspadai. Kadang di mesin ATM terdapat alat yang dapat membaca dan menyalin informasi kartu kita kemudian disimpan dan dipergunakan kemudian oleh sang penjahat. Hal ini juga disertai dengan pembacaan password kita dari kamera tersembunyi. Untuk itu, selalu perhatikan card reader mesin ATM. Bila ada yang mencurigakan, jangan segan untuk langsung pulang atau menghubungi pihak berwenang.

Proteksi Kejahatan Perbankan

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk memproteksi data kita agar tidak disalahgunakan dan menghindari kejahatan-kejahatan yang ada. Pertama tentunya menjaga semua kerahasiaan data kita baik username, password, kode CVV, dan lainnya. Hal ini membuat kejahatan perbankan dapat diminimalisir.

Kedua yang paling sering orang tidak menghiraukan adalah ganti pin secara berkala. Apalagi ketika seseorang sudah mengetahuinya. Kadang kita malas mengganti karena mudah lupa namun ternyata ini sangat berpengaruh, loh. Password itu harusnya kita yang tahu dan termasuk ranah privasi, bukan untuk dibagi-bagi.

Ketiga tentunya waspada terhadap lingkungan sekitar. Hal ini berlaku buat jenis transaksi apapun. Kejahatan ada di mana-mana. Dengan waspada kita bisa tahu apa saja yang salah dengan lingkungan kita sehingga dapat cepat tanggap untuk mencari solusinya.

Nah, acara hari itu ditutup dengan kesimpulan dari MangDu bahwa segala transaksi itu aman dilakukan sebab bank telah memproteksi sedemikian rupa. Oleh sebab itu, kita sebagai nasabah juga turut aktif melakukan perlindungan diri.

Sebab di era pandemi, kita harus terus bertransaksi, kan?

Dok. Kompal
Dok. Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun