Rasanya hal ini nggak perlu dijelasin lagi, ya. Empat stasiun dari Halte Demang, kita bisa turun langsung di Halte Ampera. Seperti namanya, halte ini terletak persis di sisi Jembatan Ampera berdiri. Dan di kawasan ini, banyak sekali yang dapat kalian eksplor. Pertama tentu kita dapat menyusuri pinggiran jembatan ikonik yang dibangun dari tahun 1960-an ini. Di sini kita dapat berfoto ria dengan latar jembatan yang megah ini.
Puas menjelajah Ampera, mari turun ke kawasan Benteng Kuto Besak yang tak jauh dari sana. Di sini ada Museum Sultan Mahmud Badaruddin II yang berisi banyak sekali benda bersejarah dari zaman kolonial. Selain itu, budaya Sumatera Selatan seperti kain-kain khas songket dan jumputan juga tersedia. Dulunya, bangunan ini adalah rumah dinas residen Belanda di Palembang, loh. Kebayang kan gimana menariknya?
Nah, sudah keliling museum, mari bersantai di pelataran Benteng Kuto Besak. Benteng ini adalah saksi perang yang melawan sekutu Hindia Belanda. Bangunan ini terdiri atas tembok besar yang memiliki tinggi hingga 9 meter.Â
Di sekelilingnya terdapat meriam yang terbuat dari besi dan kuningan yang dulunya dipakai untuk berperang. Benteng ini merupakan bagian dari bangunan keraton kesultanan Palembang bernama "Kuto Besak". Saat ini, bangunan di dalam BKB ditempati oleh Kodam Sriwijaya dan plaza yang menghadap ke Sungai Musi dijadikan tempat beragam aktivitas masyarakat Palembang.
Menuju ke depan kawasan ini, ada Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) yang tegak berdiri di pinggir jalan besar A. Rivai. Bangunan unik yang berbentuk bunga melati ini terdiri atas 8 lantai yang menyoroti pertempuran lima hari lima malam yang ada di Palembang. Perjuangan melawan penjajah digoreskan lewat beragam benda bersejarah. Yang unik tentu saja bagian atapnya yang dapat dibuka sehingga memiliki pemandangan apik langsung ke sekeliling kota.