Mohon tunggu...
Rafans Manado
Rafans Manado Mohon Tunggu... amtenar -

Aktivis ormas serta pemerhati bidang politik, pariwisata, dan kebudayaan Kota Manado,-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Baku Beking Pande, Falsafah Tou Manado

28 Oktober 2010   14:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:01 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Baku Beking Pande (Pandai) bagi Tou (Orang) Manado asal Minahasa, bermakna kecerdasan jiwa yang berunsur daya cipta dan kearifan, ta’as agar sanggup menjalani kehidupan yang penuh tantangan secara unggul. Artinya, Baku Beking Pande bagi Tou Manado tak lain merupakan ikhtiar luhur guna mewujudkan kembali kejayaan Ke-Minahasaan.

Hal tersebut adalah syarat terwujudnya hakikat diri Tou Manado, yakni manusia dengan keunggulan dalam keseluruhan aspek dirinya. Manusia paripurna, The Totally Tou Manado. Karena pande menjadi dasar dan sumber pencapaian aspek-aspek lain secara menyeluruh.

Beking pande merupakan krida utama dan selamanya bagi Tou Manado, dimana kreativitas dan kearifan adalah daya dan mentalitas unggul yang dibuahkan dari kesadaran sosialitas yang tinggi. Pande terbentuk melalui usaha sadar proses belajar pada saat, dan untuk mengatasi permasalahannya yang berpangkal dari sikap kepedulian manusia terhadap lingkungannya termasuk sesamanya.

Beking pande atau pencerdasan jiwa paripurna merupakan proses yang berlangsung terus-menerus dan sekaligus antara beking pande diri sendiri dan beking pande orang lain. Krida beking pande merupakan modus keberadaan yang hakiki manusia Manado.

Beking pande orang lain atau yang ketika dijalankan pula oleh individu lainnya segera mewujudkan situasi saling mencerdaskan jiwa paripurna antara sesama – “Baku Beking Pande”, adalah ungkapan nyata dari tanggung jawab sosial yang sesuai dengan sifat dasarnya. Mencerdaskan adalah aktivitas yang didorong oleh dasar kecerdasan itu, yakni kesadaran sosialitas dan sekaligus disifati oleh kecerdasan itu.

Dalam suatu periode sejarah masyarakat Manado – Minahasa di masa silam, faktor pande dan baku beking pande telah hadir berperan secara sangat monumental.

Bermula dari sifat pande dalam diri para penduduk Manado – Minahasa sendiri, sehingga membuat mereka sangat mudah menyerap ilmu pengetahuan yang di transformasikan oleh pendatang dari Eropa yang berlangsung selama 3 (tiga) abad.

Masyarakat Manado – Minahasa sangat tinggi tingkat apresiasinya terhadap ilmu pengetahuan maupun krida belajar pada umumnya. Selanjutnya adalah faktor pande pada diri para pemimpin masyarakat, para tona’as dan walian yang dengan kesadaran serta antusiasme yang sangat tinggi mendorong masyarakat keseluruhannya untuk melangsungkan gerakan besar-besaran Sumikolah, yakni suatu proses formal transformasi ilmu pengetahuan.

Para Walak tampil memfasilitasi pembangunan sekolah-sekolah disamping para pemimpin masyarakat menanggung biaya persekolahan para murid yang kurang mampu. Dengan demikian maka Manado – Minahasa menjadi daerah dengan tingkat pemerataan pembangunan bidang pendidikan termaju dan menjadi daerah dengan tingkat buta aksara paling rendah di Indonesia.

Dalam kosa kata bahasa Tonsea – Minahasa, telah berkembang kata Mareraean, yaitu sikap dan tindak dalam interaksi sosial yang saling beking pande. Suatu ungkapan yang hadir harapan kultural bagi lahirnya masyarakat yang terdiri dari orang-orang pandai.

Baku Beking Pande merupakan proses sosial yang paling tepat dalam upaya manusia dan masyarakat Manado – Minahasa memenuhi kembali daya-daya dan mentalitasnya yang asali. Mengembalikan daya cipta atau kreativitasnya, menumbuhkembangkan sifat kearifan yang di zaman dahulu telah membekali leluhur Tou Manado asal Minahasa menjalani kehidupan yang penuh diwarnai tahap-tahap keberhasilan.

Kearifan dan kreavitas Pande, mengawal langkah-langkah mantap pelaksanaan Tumani dalam menggapai puncak keberhasilan dan kesuksesan di berbagai bidang kehidupan.

Keberhasilan puncak dihayati dan dinikmati secara utuh berdasarkan daya apresiasi paripurna yang bersumber dari pribadi pande Tou Manado – Minahasa. Keyakinan diri untuk menjawab segala tantangan dan permasalahan secara jitu merupakan sikap positif yang dengan sendirinya menepiskan sifat-sifat negatif seperti apatisme, sinisme, dengki, baku cungkel, baku beking bodok, jalan pintas yang mengabaikan moral sosial dan sebagainya,-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun