Mohon tunggu...
Ekel Sadsuitubun
Ekel Sadsuitubun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng Manado dan Politeknik Negeri Ambon

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ironi Penegak Hukum: Krisis Kejujuran dan Kejahatan dalam Kasus Ferdi Sambo

3 Maret 2023   07:14 Diperbarui: 3 Maret 2023   20:49 3334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

IRONI PENEGAK HUKUM: KRISIS KEJUJURAN DAN KEJAHATAN DALAM KASUS BRIGADIR JOSUA

(Mikael Ekel Sadsuitubun-Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng Manado)

               Kejujuran adalah adanya paralelisme antara perkataan dan perbuatan atau tindakan nyata dalam praksis kehidupan. Jika tidak ada paralelisme antara perkataan dan perbuatan nyata maka itulah yang namanya kebohongan atau ketidakjujuran. Para penegak hukum adalah orang-orang terdidik dan terampil dalam menegakan hukum di Indonesia, untuk menciptakan masyarakat yang tertib dan berkarakter yang juga adalah cerminan bangsa. Namun yang terjadi adalah ketidakjujuran dan kejahatan dilakukan oleh para penegak hukum di negeri ini.

             Dengan fakta-fakta yang ada itu menjadi paralel untuk menelaah kasus pembunuhan berencana Brigadir Josua yang kasus hukumnya tengah berjalan. Sebab, para pengacara dari keluarga Brigadir Josua selalu menegaskan serta mengulang-ulang pentingnya kejujuran yang ditujukan pada para tersangka. Mengingat sedari awal, banyak kejanggalan atau tidak sinkronnya antara fakta yang ditemukan para pengacara dengan pengakuan tersangka. Misalnya, pernyataan Kamaruddin Simanjuntak menuding Irjen Ferdy Sambo telah berbohong mengenai Brigadir Josua yang disebut telah melukai harkat dan martabat keluarganya dengan tindakan yang terjadi di Magelang. Menurutnya, tak mungkin Ferdy Sambo membiarkan Brigadir Josua pulang dengan istrinya, Putri Candrawathi, jikalau sudah mengetahui adanya aksi pelecehan.

            Pernyataan Sambo dinilai hanyalah kebohongan semata. Tujuannya, untuk menutupi semua fakta yang sudah terungkap dalam rangkaian kasus pembunuhan Brigadir Josua. Bahkan, bila memang ada tindakan pelecehan, Kamaruddin mempertanyakan alasan di balik pelaporan yang dibuat di Polres Metro Jakarta Selatan. Padahal, Sambo menyebut aksi yang telah melukai harkat dan martabat keluarganya itu terjadi di Magelang.

baca juga artikel lainnya: Filsafat Kebudayaan: Norma-norma dalam Kebudayaan Kei

            Hal senada disampaikan pula oleh ayah dan ibu dari brigadir Josua serta keluarganya yang mengikuti persidangan. Mereka memang menerima permintaan maaf dari masing-masing tersangka namun mereka miminta supaya berkata jujur. Ibu brigadier Josua dalam persidangan dengan lantang mengatakan bahwa ia menerima permintaan maaf dari bharada Eliezer, Ferdi Sambo, Putri Chandrawati, Kuat Maaruf dan yang lainnya dan ia meminta agar mereka membuktikan permintaan maaf mereka dengan memberikan keterangan yang jujur di dalam persidangan.  

             Barang bukti seperti rekaman CCTV juga mereka hilangkan untuk menutupi kejahatan yang telah dilakukan. Sejak awal terkuaknya kasus ini, publik sudah terlebih dahulu dibohongi dengan adanya konferensi pers yang dibuat oleh kepolisian bahwa Josua di tembak karena melakukan pelecehan terhadap PC. Hal ini menunjukan bahwa para penegak hukum dengan sadar dan berani membohongi publik. Mereka dengan sendirinya menujukan kepada publik bahwa merekalah para penegak hukum yang sementara mengalami krisis kejujuran dan mereka juga adalah pelaku kejahatan. 

baca juga artikel lainnya: Penguasa dan Buruh: Ironi Ketimpangan Sosial dan Ekonomi di Indonesia

            Seseorang dikatakan telah berbohong karena tidak ada paralelisme antara komunikasi yang ada dengan aksi nyata. Karena itu, mudah saja, supaya tak dikatakan sebagai pembohong, kita harus membuktikan secara nyata apa yang pernah kita ucapkan atau komunikasikan. Sebab, proses yang terjadi dalam ucapan komunikasi adalah juga konfirmasi atau pembuktian. Pembuktian meliputi korelasi ucapan dengan dunia nyata secara objektif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun