Di tengah budaya kerja yang semakin kompetitif dan tekanan untuk terus berprestasi, konsep produktif menjadi semakin penting. Namun, terkadang kita terjebak dalam apa yang disebut sebagai "toxic productivity" -- sebuah paradoks di mana semangat untuk bekerja keras malah berujung pada dampak negatif pada kesehatan mental dan fisik.
Apa itu toxic productivity?
Toxic productivity adalah kondisi di mana seseorang terobsesi untuk terus-menerus produktif dan bekerja secara ekstrim, tanpa memperdulikan kesehatan fisik, mental, dan sosialnya. Orang dengan toxic productivity memiliki keinginan tidak sehat untuk selalu berbuat sesuatu, dan akan merasa bersalah jika tidak melakukan apa-apa.Â
Menurut Emily Toxic productivity adalah salah satu penyebab utama burnout. Ketika kita selalu berusaha untuk menjadi produktif, tubuh dan pikiran kita akan mengalami stres yang kronis. Hal ini dapat berakibat pada kelelahan fisik dan mental, insomnia, dan masalah kesehatan lainnya (Emily, 2019)
Apa Saja Dampak toxic productivity?
 1. Kesehatan Mental yang Terpengaruh:
 Ketika kita terus-menerus menempatkan diri kita dalam tekanan untuk mencapai lebih banyak, kesehatan mental kita dapat menderita. Kecemasan, stres, dan depresi adalah dampak umum dari toxic productivity.
 Â
 2. Kesehatan Fisik yang Terganggu:Â
Kurangnya istirahat yang memadai dan stres yang berlebihan dapat mengarah pada masalah kesehatan fisik, seperti gangguan tidur, penurunan sistem kekebalan tubuh, dan bahkan risiko penyakit jantung.
 Â