Mohon tunggu...
Rafael Antonius
Rafael Antonius Mohon Tunggu... Dosen - HR Consultant | Lecturer

Konsultan Independen, Corporate Management Psychology and Strategic Leadership / Direktur Komunikasi National Aerospace Power and Cyber Institute (NASPCI) / Staf Pengajar Trisakti School of Management / Dosen Tamu Sekolah Komando Kesatuan Angkatan Udara (SEKKAU).

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Kegagalan Meniti Karir Sebagai Manajer Profesional

17 Juni 2019   10:09 Diperbarui: 19 Juni 2019   10:23 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Rafael Antonius (Leadership Coach & HR Consultant)

Di era digital sekarang ini, kita di hadapi kondisi eksternal yang dinamis dan sulit diprediksi. Disisi lain kemampuan perusahaan untuk berubah dan beradaptasi salah satunya ditentukan dengan kekuatan dan formulasi para manajer lini tengahnya yang bertugas untuk menentukan irama permainan sesuai kondisi lingkungan dan koordinasi internal untuk dapat mencetak gol (profit) semaksimal mungkin dan mencegah kebobolan (pemborosan dan salah perhitungan).

Indikator kinerja seorang manajer masih menjadi faktor utama untuk bahan penilaian oleh pimpinan. Masalahnya adalah kinerja yang baik saja masih tidak cukup untuk membuat karir seorang manajer atau perwira menengah dapat meningkat atau sebagai alat ukur untuk memprediksi kecocokan seorang manajer untuk suatu posisi baru atau proses rekrutmen. Keberhasilan seorang manajer ditentukan oleh banyak faktor dan variabel lingkungan.

Tetapi memprediksi faktor kegagalan dalam meniti karir sebagai manajer atau perwira menengah dapat disimpulkan berdasarkan pengalaman dan penelitian dalam proses pelatihan dan coaching selama ini. Dengan memahami faktor-faktor yang bila tidak diperhatikan akan berpotensi sebagai batu sandungan, seorang manajer setidaknya masih dapat berprestasi dan bersaing secara efektif walaupun belum tentu menjadi yang terbaik.

Ada setidaknya 7 faktor kritis yang perlu mendapat perhatian untuk menghindari kegagalan dalam meniti karir:

1. Intrapersonal Skills: Kemampuan berbicara dengan diri sendiri, yaitu kemampuan mengenali dan menghargai diri sendiri, membangun kepercayaan pada diri sendiri dan kepercayaan kemampuan untuk melakukan tugasnya dengan hasil baik (Self-Efficacy) dan selalu berpikir positif tentang dirinya sehingga selalu dapat mewujudkan visinya sendiri dengan melakukan Self-Fulfilling Prophecy (Pygmallion Effect). Kegagalan terbesar yang sering terjadi ada disini sehingga sulit bagi para manajer untuk menetapkan tujuan hidup dan menyelaraskannya dengan tujuan karirnya di perusahaan.

2. Emotional Intelligence: Kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Kemampuan diperlukan untuk bernegosiasi kepada atasan bawahan dan pihak-pihak terkait dengan keberhasilan pekerjaan. Semakin tinggi kecerdasan emosi yang dimiliki semakin efektif kemampuan bernegosiasi sang manajer karena kemampuan mempengaruhi pihak lain juga akan semakin tinggi dan pada akhirnya terakumulasi menjadi suatu kekuatan untuk tawar-menawar (Bargaining Power)

3. Coachability: Kemampuan untuk menerima dan menerapkan umpan balik /saran dari atasan, rekan kerja , pelanggan dan pihak lainnya. Biasakan mendapatkan telinga bos bukan mulutnya bos. Tingkatkan kemampuan mendengarkan dan selalu rendah hati.

4. Motivation: Dorongan dan kekuatan yang selalu muncul untuk memaksimalkan potensi diri dan mengerjakan pekerjaan dengan memberikan yang terbaik. Jadi tidak hanya sekedar bekerja dan selesai saja, tapi memastikan kualitas pekerjaan sesuai standar atau bahkan diatas rata-rata. Banyak manajer yang selalu memberikan alasan dia sudah berusaha keras dan mohon pengertian dan belas kasihan atasannya atas pekerjaanya yang dibawah standar tetapi tidak ada niat mau berubah (Lihat Poin no3. Coachability)

5. Integrity: Sikap dan kepribadian yang selalu profesional dalam pekerjaan dan lingkungan kerja. Dapat menempatkan diri sesuai dengan profesi, fungsi, jabatan dan lingkungan. Seorang manajer tidak bisa banyak curhat masalah pribadi di kantor dengan bawahan, atasan atau berusaha ingin disenangi oleh semua pihak dengan selalu menjadi tempat bergunjing atau menerima curhatan dari semua pihak dan pada akhirnya bersikap subyektif dan bimbang ketika mengambil keputusan.

6.Delegation: Kesulitan memberdayakan anak buah untuk bekerjasama dan melakukan pembagian tugas secara proporsional. Kadang cenderung menjadi single fighter dan malas melibatkan anak buah karena dianggap irama kerjanya lambat atau malas mengembangkan anak buah karena takut menjadi saingan. Kemampuan delegasi adalah suatu rahasia penting dimana seorang manajer dapat melakukan banyak tugas secara maksimal dan mencapai kinerja tinggi tanpa harus kehilangan banyak energi dan waktu pribadi untuk keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun