Mohon tunggu...
Rafael Al Varaj
Rafael Al Varaj Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi D3 Keperawatan Tegal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mpox atau Cacar Monyet, Apa Itu?

15 November 2024   22:52 Diperbarui: 15 November 2024   23:28 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mpox (Cacar Monyet) adalah penyakit menular yang dapat menyebabkan gejala seperti ruam yang menyakitkan, pembengkakan kelenjar getah bening, demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri punggung, dan kelelahan. Meskipun kebanyakan individu dapat sembuh sepenuhnya, sebagian orang mungkin mengalami kondisi yang lebih serius.

Penyakit ini disebabkan oleh virus cacar monyet (MPXV), sejenis virus DNA untai ganda yang termasuk dalam genus Orthopoxvirus, keluarga Poxviridae, yang juga mencakup virus variola dan cacar sapi. Virus ini terbagi menjadi dua klade utama: klade I (terdiri dari subklade Ia dan Ib) dan klade II (terdiri dari subklade IIa dan IIb).

Wabah global yang dipicu oleh klade IIb dimulai pada 2022 dan masih berlangsung, sementara klade I dan Ib meningkat di Republik Demokratik Kongo serta negara-negara Afrika lainnya. Klade Ib bahkan terdeteksi di luar Afrika hingga Agustus 2024. Meskipun reservoir alami virus ini belum diketahui, mamalia kecil seperti tupai dan monyet diduga menjadi inang potensial yang rentan terhadap virus ini.

Pertama kali ditemukan pada monyet di Denmark pada 1958, virus cacar monyet mulai menginfeksi manusia pada 1970 di Republik Demokratik Kongo. Setelah vaksinasi cacar dihentikan pada 1980, kasus mpox tetap muncul di Afrika. Pada 2003, wabah di AS terjadi akibat hewan liar yang diimpor, dan sejak 2005, banyak kasus tercatat di Republik Demokratik Kongo. Nigeria mengalami lonjakan kasus pada 2017, yang kemudian menyebar ke pelancong.

Pada Mei 2022, wabah global besar dimulai dan dengan cepat menyebar ke Eropa, Amerika, serta belahan dunia lainnya, dengan mayoritas kasus terdeteksi pada pria yang berhubungan seks dengan pria. Pada tahun yang sama, wabah juga tercatat di kamp pengungsi di Sudan. Sejak 2022, Republik Demokratik Kongo mengalami peningkatan jumlah kasus dan kematian, dengan varian baru klade I, klade Ib, juga menyebar ke negara-negara lain.

Hingga Agustus 2024, lebih dari 100.000 kasus dan lebih dari 220 kematian telah dilaporkan di lebih dari 120 negara.

Berdasarkan informasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), beberapa fakta penting mengenai mpox adalah sebagai berikut:

1. Penyebab dan Klade : Mpox, yang sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet, disebabkan oleh virus cacar monyet dari genus Orthopoxvirus. Terdapat dua klade virus utama: klade I (subklade Ia dan Ib) serta klade II (subklade IIa dan IIb). Wabah global pada 2022-2023 dipicu oleh galur klade IIb.

2. Ancaman Kesehatan Global : Mpox tetap menjadi ancaman kesehatan yang serius, terutama dengan adanya peningkatan kasus di Republik Demokratik Kongo dan negara lain, terkait klade I dan Ib, yang memunculkan kekhawatiran.

3. Vaksinasi : Vaksin mpox tersedia sebagai langkah pencegahan, yang harus dipertimbangkan bersama dengan langkah-langkah kesehatan masyarakat lainnya. Pengelompokan orang berisiko tinggi selama wabah juga penting untuk mencegah penyebaran penyakit ini.

4. Gejala : Gejala mpox umumnya berupa ruam kulit atau lesi mukosa yang berlangsung antara 2 hingga 4 minggu. Selain itu, penderitanya mungkin juga mengalami demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri punggung, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

5. Penularan : Mpox dapat menular melalui kontak dekat dengan penderita, bahan atau benda yang terkontaminasi, serta hewan yang terinfeksi. Penyakit ini juga bisa menular dari ibu ke janin selama kehamilan atau kepada bayi saat melahirkan.

6. Perawatan : Pengobatan mpox berfokus pada penanganan gejala seperti nyeri dan demam, dengan perhatian pada hidrasi, nutrisi, perawatan kulit, pencegahan infeksi sekunder, serta pengelolaan penyakit penyerta seperti HIV jika ada.

Vaksinasi mpox dapat menjadi langkah efektif untuk mencegah infeksi, terutama bagi kelompok yang berisiko tinggi selama wabah. Kelompok yang mungkin lebih rentan terpapar mpox antara lain:

- Petugas medis atau tenaga kesehatan.
- Mereka yang tinggal bersama atau memiliki kontak dekat dengan penderita mpox, termasuk anak-anak.
- Individu dengan banyak pasangan seks, termasuk pria yang berhubungan seks dengan pria.
- Pekerja seks dan klien mereka, tanpa memandang jenis kelamin.

Mpox adalah penyakit yang serius, sehingga upaya pencegahan sangat penting untuk mengurangi penularan. Langkah-langkah pencegahan meliputi menghindari kontak fisik dengan penderita, membatasi jumlah pasangan seksual, menghindari hubungan seksual dengan sesama jenis, serta menjaga kebersihan diri dan mengisolasi penderita untuk mencegah penyebaran.

Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa mengunduh aplikasi IHC Telemed di App Store atau Google Play, dan mendapatkan layanan konsultasi langsung dengan dokter kapan saja dan di mana saja. IHC Telemed, menjaga kesehatan Anda dalam genggaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun