"Aku tau ! Wanitaku"
Aku tau, rembulan ini pasti berganti mentari
Aku tau, mentari nanti pasti diganti senja, lagi dan lagi
Aku tau duka dan tawa tak pernah menyatu
Aku tau keduannya punya waktu yang dirindu
Dan aku tau: aku tak tau bagaimana untuk tidak mencintaimu. Wanitaku!
          "Malam dan kopiku"
Sedang kunikmati malam yang baru saja kembali
Dengan secangkir kopi dengan rasa yang kucicipi
Sedikit demi sedikit...
Akan kupastikan, tidak akan kubiarkan dingin. dalam ketenagan
Akan kupastikan takkan ku keluhkan dalam kenangan
             Â
                "Tapi"
Tapi, aku bingung bagaimana memulainya
Tapi  aku tak tau apa caranya
Tapi, aku tak tau untuk siapa bahagiamu
Tapi aku tau, bahagiaku sekarang: kamu alasanya.
              "Mungkin"
Mungkin saja rembulan ini tidak akan sama pada malam berikutnya
Mungkin saja duka ini ialah tawa mu disana
Mungkin saja rasa ini hanyalah canda
Mungkin saja: rasa ini hanya milik ku
               "Mentari"
Aku kembali tersadar dari dunia bawa sadar
Membuka tirai jendela, menyambut senja yang baru saja berkabar
Sedang ku kagumi tawa burung dalam sangkar
Sedang ku sedangkan rasa yang tak sejajar
Sedang ku sesali rasa yang berkelakar
              Â
              "Cinta"
Entah apa itu cinta, aku bingung mencintainya
Entah apa itu cinta, tapi itu yang sedang ku cintai
Cinta...?
Aku tak tau apa apa tentang mu
Tapi aku tau, aku mencintaimu: cinta.
              Â
               "Senja"
Kamu memiliki banyak pengagum
Termasuk aku yang sedang merindu dalam kagum
Kau membuatku lupa, ada mentari
Kau membuatku lupa, ia juga harus dinanti
Harus ku akui, aku mencintaimu bahkan tanpa Jingga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H