Beberapa waktu yang lalu, pemberitaan di Indonesia didominasi oleh peristiwa kekejian dan kejahatan oleh oknum tokoh yang membawa nama agama, khususnya ustadz. Contohnya, kasus pemerkosaan yang dilakukan Herry Setiawan kepada 13 santriwati di pesantrennya, dan beberapa kasus lainnya. Fenomena kesewenang-wenangan oknum tokoh agama seperti ini sempat marak terjadi di masa lalu, khususnya di Eropa.
Pada abad 16, gereja menindas dan memusuhi ilmuwan seperti Galileo Galilei dan lainnya yang mengajarkan teori heliosentris. Bahkan, ajaran heliosentris akhirnya dilarang oleh Gereja karena dianggap bertentangan dengan isi kitab suci yang mendukung geosentrisme. Tahun 1600, ilmuwan Giordano Bruno dibakar hidup-hidup di Roma, Italia, karena mengajarkan bahwa bumi berputar mengelilingi matahari. Setelah kejadian tersebut, Galileo pun memilih sikap diam agar tidak menjadi korban selanjutnya dari kekejian tersebut. Namun, pada akhirnya Galileo dihukum oleh gereja karena ia masih tetap mempertahankan prinsipnya tentang heliosentrisme. Kisah-kisah kejahatan tokoh agama, khususnya kristen banyak tersebar dalam sejarah Eropa. Misalnya, ketika Napoleon menaklukkan Spanyol tahun 1808, komandan pasukannya melaporkan bahwa pastor-pastor mengurung diri dalam biara mereka di Madrid. Ketika pasukannya memaksa masuk, para pastor itu tidak mengakui adanya ruang penyiksaan di biara mereka. Namun, setelah digeledah, pasukan itu menemukan tempat-tempat penyiksaan bawah tanah yang sangat menyeramkan. Tempat-tempat itu penuh dengan tawanan, semuanya telanjang, dan beberapa diantaranya dalam keadaan gila.
Kejahatan para tokoh agama ini akhirnya menjadi penyebab awal munculnya gerakan liberalisasi dan sekularisasi di Eropa. Masyarakat pada saat itu menolak campur tangan agama (Tuhan) dalam kehidupan mereka, baik  dalam bidang politik maupun sosial. Itu dikarenakan, selama ini "agama" bukannya mengayomi masyarakat, namun justru menindas mereka.
Fenomena perilaku kejahatan oleh oknum tokoh agama di Indonesia dikhawatirkan akan menjadi bibit awal munculnya sikap liberal dan sekuler pada rakyat Indonesia, jika tidak ditindak lanjuti dengan serius dan dicegah oleh pemerintah dan para aparat penegak hukum. Pihak-pihak terkait haruslah mengambil sikap aktif untuk memberantas penyelewengan relasi kuasa oleh guru dan tokoh agama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H