Ketiga, menciptakan rutinitas harian yang positif dapat membantu mahasiswa merasa lebih nyaman di lingkungan barunya. Mengatur jadwal belajar yang baik, berolahraga secara teratur, atau mengeksplorasi tempat-tempat baru dapat memberikan rasa tujuan dan kebahagiaan. Rutinitas ini tidak hanya membantu mengatur waktu dengan lebih efisien, tetapi juga menciptakan struktur dalam kehidupan sehari-hari yang dapat mengurangi perasaan cemas dan gelisah. Selain itu, melibatkan diri dalam aktivitas kreatif atau hobi baru juga bisa menjadi cara efektif untuk menyalurkan emosi dan menemukan kebahagiaan di tengah kegiatan.
Kesimpulan
Rasa homesick adalah bagian dari perjalanan menjadi mahasiswa rantau yang tidak bisa dihindari. Penelitian menunjukkan bahwa kematangan emosi memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat homesickness; semakin tinggi kematangan emosi seseorang, semakin rendah tingkat homesickness yang dirasakan (Miller & Kearney, 2018). Meskipun terkadang menyakitkan, perasaan ini juga dapat menjadi kesempatan untuk tumbuh dan belajar menghadapi tantangan hidup secara mandiri. Dengan memahami penyebabnya dan menerapkan strategi untuk mengatasinya, mahasiswa dapat menjalani pengalaman rantau dengan lebih baik dan menemukan kebahagiaan di tempat baru sambil tetap menghargai kenangan indah di rumah.
Akhirnya, penting untuk diingat bahwa homesickness adalah bagian dari proses adaptasi; dengan waktu dan usaha, banyak mahasiswa mampu mengatasi perasaan ini dan menemukan kebahagiaan serta makna dalam pengalaman baru mereka. Pada akhirnya, homesick adalah pengingat akan cinta dan ikatan keluarga yang selalu ada dalam hati kita, tidak peduli seberapa jauh kita melangkah dari rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H