Pengalaman menjadi mahasiswa rantau adalah pengalaman yang penuh warna, di mana setiap individu berusaha untuk mengejar cita-cita, mimpi, dan mengembangkan potensi di tempat baru. Namun, di balik semangat dan harapan tersebut, ada satu perasaan yang sering kali mengintai: homesick atau rasa rindu rumah. Homesick bukan sekadar kerinduan akan tempat tinggal, tetapi juga mencakup kerinduan akan keluarga, teman, dan lingkungan yang akrab. Dalam opini ini, saya ingin membahas mengenai rasa homesick yang dialami oleh mahasiswa rantau, penyebabnya, serta cara mengatasinya.
Penyebab Rasa Homesick
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mahasiswa rantau merasakan homesick. Pertama, perubahan lingkungan. Ketika seseorang berpindah dari rumah ke tempat baru, mereka harus beradaptasi dengan berbagai hal baru---mulai dari cuaca, budaya, hingga kebiasaan sehari-hari. Lingkungan yang asing dapat menimbulkan rasa cemas dan kesepian, terutama bagi mereka yang belum terbiasa hidup mandiri.
Kedua, jarak fisik dari keluarga dan teman-teman. Bagi banyak mahasiswa, rumah adalah tempat di mana mereka merasa aman dan nyaman. Ketika harus berpisah dari orang-orang tersayang untuk waktu yang lama, perasaan kehilangan bisa sangat menyakitkan. Telepon atau video call mungkin dapat mengurangi rasa rindu, tetapi tidak ada yang bisa menggantikan kehadiran fisik orang-orang tercinta.
Ketiga, tekanan akademis yang tinggi juga dapat memperburuk perasaan homesick. Mahasiswa sering kali dihadapkan pada tuntutan belajar yang intensif dan kompetisi yang ketat. Ketika menghadapi kesulitan dalam studi atau merasa tidak mampu memenuhi ekspektasi, ingatan tentang rumah dan dukungan keluarga bisa semakin menguatkan rasa rindu. Perasaan ini menjadi lebih kompleks ketika mahasiswa merasa bahwa mereka tidak memiliki cukup waktu atau sumber daya untuk mengatasi tantangan akademis tersebut.
Dampak Rasa Homesick
Rasa homesick dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental dan emosional mahasiswa. Beberapa mahasiswa mungkin mengalami kecemasan atau depresi yang dapat memengaruhi kinerja akademis mereka. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 60-70% mahasiswa mengalami tekanan dan homesickness selama masa studi mereka (Hoffman & Pohlmann, 2017). Perasaan kesepian dan terasing dapat membuat mereka sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar atau berpartisipasi dalam kegiatan sosial di kampus.
Selain itu, homesick juga dapat memengaruhi hubungan sosial mahasiswa dengan teman-teman baru mereka. Ketika seseorang merasa terasing dan rindu rumah, mereka mungkin cenderung menarik diri dari interaksi sosial. Hal ini bisa menciptakan lingkaran setan di mana rasa kesepian semakin mendalam karena kurangnya koneksi dengan orang lain. Akibatnya, mereka mungkin melewatkan kesempatan untuk membangun persahabatan yang dapat membantu mengurangi perasaan kesepian tersebut.
Mengatasi Rasa Homesick
Meskipun rasa homesick adalah hal yang wajar dialami oleh mahasiswa rantau, ada beberapa cara untuk mengatasinya. Pertama, membangun jaringan sosial di tempat baru sangat penting. Bergabung dengan organisasi mahasiswa, seperti himpunan, bem (badan eksekutif mahasiswa), ukm (unit kegiatan mahasiswa), atau komunitas lokal dapat membantu mahasiswa merasa lebih terhubung dengan lingkungan barunya. Teman-teman baru bisa menjadi sumber dukungan emosional yang sangat dibutuhkan.
Kedua, menjaga komunikasi dengan keluarga dan teman-teman di rumah juga penting. Meskipun tidak sama dengan bertatap muka secara langsung, teknologi saat ini memungkinkan kita untuk tetap terhubung. Melakukan panggilan video secara rutin atau bahkan mengirim pesan singkat bisa membantu mengurangi rasa rindu. Dengan berbagi cerita tentang pengalaman sehari-hari dan tantangan yang dihadapi, mahasiswa dapat merasa lebih didukung dan dipahami oleh orang-orang terkasih mereka.