Mohon tunggu...
Raesita Zahara
Raesita Zahara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Program Studi Ilmu Komunikasi

Hai semua selamat membaca artikel ini^^

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Film The Social Dilemma

15 Juli 2021   23:24 Diperbarui: 16 Juli 2021   15:27 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum. Wr.Wb

Hai teman-teman, Apa kabar?
Semoga kalian yang membaca ini baik-baik saja dan sehat selalu ya, jangan lupa selalu cuci tangan dan memakai masker jika keluar rumah.

Balik lagi dengan saya yang masih belajar menulis artikel^^ semoga kalian selalu enjoy dalam membaca artikel ini. Sebelumnya seperti biasa saya ingin memperkenalkan diri saya terlebih dahulu. Perkenalkan nama saya Raesita Zahara Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta dengan Program Studi Ilmu Komunikasi  yang mengambil konsentrasi Public Relation.

Pada artikel ini saya akan membahas tentang Teknologi Informasi dan Komunikasi, tetapi sebelum membahas ini saya akan memberikan review tentang sebuah film dokumenter yang berjudul The Social Dilemma. Yang dimana film dokumenter ini berkaitan dengan apa yang akan saya bahas dan seperti yang kita ketahui Kebanyakan dari kita pasti membuka layar handphone dan berselancar di media sosial. Saat ini, media sosial menjadi hal yang sangat dekat dengan kehidupan kita, baik dari anak-anak hingga orang dewasa. Media sosial banyak memberikan dampak positif bagi kehidupan, namun juga terdapat sisi lain dari kehidupan media sosial.

Film dokumenter dari Netflix, dengan judul "The Social Dilemma" menceritakan mengenai dampak negatif media sosial atau dunia maya. Film dokumenter ini dibuat oleh Jeff Orlowski dan sudah bisa kamu saksikan melalui streaming di Netflix sejak tanggal 9 September 2020. Film dokumenter ini mendeskripsikan sisi gelap internet dan media sosial, yang sebagian besar penggunanya tidak menyadarinya sama sekali.  

The Social Dilemma merupakan sebuah film yang mencerminkan keadaan seputar pengaruh teknologi informasi berupa media sosial terhadap kehidupan manusia yang terdiri dari aspek psikologis, sosiologis, politik, budaya dan ekonomi. Film ini dibuat dengan semi -- dokumenter, dikarenakan terdiri dari toko- tokoh yang merupakan pernah atau sedang bekerja di perusahaan- perusahaan " raksasa " teknologi informasi dunia seperti Tristan Harris yang merupakan mantan pekerja di Google, Tim Kendall yang merupakan mantan eksekutif dari Facebook, Roger McNamee yang merupakan investor pada awal awal berkembangnya Facebook, Aza Raskin yang merupakan pekerja dari Firefox & Mozila Labs, dan masih banyak lainnya. Kemudia dari film dokumenter ini terdapat jugabeberapa aktor dan aktris yang bermain peran dengan tujuan untuk memperjelas gambaran seseorang yang terkena " sisi buruk dari teknologi informasi ". The Social Dilemma membongkar dampak-dampak negatif dari media sosial, diantaranya beredarnya informasi bohong / hoax, interaksi antara individu yang semakin menurun, bagaimana iklan di internet bekerja dan berdampak, pengaruh kesehatan mental manusia, hingga hal-hal yang berhubungan dengan politik hingga kepentingan negara.

Penggambaran sisi buruk media sosial yang disampaikan oleh para pembuat platform ini seakan membuka mata kita bahwa internet dan media sosial memang tempat yang menyeramkan. Hal-hal yang ditampilkan banyak orang hanyalah permukaan saja, tanpa kita tahu apa yang terjadi dibaliknya. Media sosial memang bisa menjadi hiburan yang murah bagi masyarakat. Namun, penggunaannya harus tetap dibatasi dan diwaspadai karena berbagai hal negatif bisa saja merugikan. Seperti dalam film ini kita merasa dijebak untuk berlama- lama di media sosial internet ini. Kalian pada sadar tidak seperti di Instagram, Youtube , Facebook, Tiktok, pasti ada video rekomendasi. Nah video yang muncul itu merupakan strategi atau siasat pemilik media sosial agar kita berlama- lama bermain sosial media dan menatap hp atau laptop kita sehingga tanpa kita sadar waktu kita dapat terbuang percuma untuk hal-hal tersebut.

Didalam film dokumenter ini terdapat kutipan " Social Media Is Not The Product, We Are The Product " jadi kalau kalian ada yang nonton film dokumenter ini ada qoute yang ngena banget yaitu " if you're not paying for product, then you are the product " kata-kata ini bagus dan ngena banget kan, karna kita selama ini memakai social media dengan gratis gratis aja dan entah kenapa kehidupan kita juga berputar di social media itu. Tetapi didalam film ini dijelaskan dan ternyata advertiser ini yang membayar pada Instagram, Youtube, Facebook dan lainnya untuk kita sebagai produknya, jadi  kita ini lah yang diperjual belikannya dengan menonton ads ads tersebut.

Kita adalah produk yang dijual dan semua aktivitas kita dipantau. Misalnya begini, kalian pernah gak sih bertanya tanya saat kalian sedang mencari atau mengklik apapun di media sosial atau Google maka mesin akan mempelajari perilaku kamu semakin kalian berlama- lama disana maka semakin banyak yang mereka pelajari, mereka tau apa saja yang kalian tonton, artis yang kalian suka, mereka juga tau apa yang lagi kamu cari untuk membeli barang-brang di toko online shop, tempat wisata atau cafe yang kalian inginkan, dan data inilah yang dipakai untuk mempersonalisasi konten yang muncul di akun media sosial kalian. Sebagai contoh seperti ini,  pasti kalian pernah kan mencari atau beli barang tertentu di toko online terus tiba- tiba internet yang kamu buka itu isinya sejenis barang yang kamu beli atau barang yang sedang kamu liat- liat.

Dalam film dokumenter ini dijelaskan bahwa menggunakan social media sesungguhnya adalah produk yang dijual di perusahaan. Seperti kenapa dimedia sosial ada notif? Karena hal ini agar kita selalu mengecek hp. Difilm dokumenter ini hidup dengan mengeksploitasi titik lemah psikologi manusia, apa yang mereka lakukan karena keingintahuan kita terus menerus menyuguhkan informasi atau konten yang menurut mereka menaik perhatian kita, sehingga secara tidak sadar kita terus menerus mengecek hp kita untuk mencari info yang berada didalam otak kita. Dalam film dokumenter ini juga memberikan masalah bencana yang sedang kita hadapi saat ini dengan media sosial mulai dari politik, bullying, hoax dan lainnya. Jadi film dokumenter ini memberikan dan menambahkan wawasan pengetahuan agar membuka mata kita dan banyak introfeksi diri untuk memilah- milah apa yang dilihat dalam social media agar kita juga memiliki kesadaran dalam bersosial media jangan sampai kita jadi terbawa dan jadi kecanduan karena berdampak bagi kehidupan kita.

The Social Dilemma juga menyoroti sejumlah dampak positif yang diberikan media sosial kepada pengguna. Dimana, berkat kehadiran sosial media, semua informasi sangatlah mudah didapatkan dan bisa terhubung dengan siapa saja. Bahkan, The Social Dilemma juga menampilkan bagaimana caranya satu sistem algoritma media sosial itu bekerja. The Social Dilemma bukanlah kampanye anti media sosial, melainkan instrumen penggebrak untuk memberikan kesadaran skala besar dalam menggunakan sosial media, untuk menjadi pengguna yang cerdas. Film dokumenter seperti inilah yang seharusnya bisa menjadi materi penyuluhan di kalangan remaja. The Social Dilemma merupakan time capsule yang mengandung kebenaran, mengantisipasi kemungkinan terburuk di masa depan ketika kebenaran tidak memiliki definisi yang benar lagi. Solusi yang dapat diberikan yaitu matikan atau kurangi notifikasi karena notifikasi bikin kita mengecek sesuatu yang belum tentu penting untuk kita lihat saat itu juga. Jadi cobalah kamu lihat lagi, notifikasi dari aplikasi apa aja yang benar-benar penting untuk segera kamu tahu. Dan jangan terlalu sering meng klik ads atau video rekomendasi itu sama saja dengan kamu menyerahkan data perilakumu yang bikin mesin jadi gampang membuat kloning dari diri kamu, dan jika kamu ingin melihat video itu sebaiknya cari dikolom pencaharian agar meminimalisir perekaman perilaku.

Selanjutnya pada artikel ini saya akan membahas tentang Teknologi Informasi dan Komunikasi. Sebagai pengguna smartphone, internet, laptop dan sebagainya, kita tentu telah dibuat cukup familiar dengan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam perjalanannya, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. Teknologi Informasi dan Komunikasi mencakup dua aspek, yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya.

Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) adalah istilah yang menggambarkan pemrosesan umum dan komunikasi informasi melalui teknologi. Dalam kasus studi saat ini, TIK mencakup sejumlah teknologi, seperti teknologi seluler, surel, pesan instan dua arah, ruang obrolan, blog, halaman web dan video game. Hadirnya semua teknologi canggih saat ini tidak terlepas dari sejarah TIK yang panjang. Teknologi yang hadir saat ini kemudian diklasifikasikan ke preferensi penggunaan Internet, kegiatan media online, komunikasi digital, kegiatan pembelajaran yang difasilitasi TIK, kegiatan sosial / ekonomi yang difasilitasi TIK, dan permainan video.

Pada Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi positif yang didapatkan yaitu pekerjaan semakin mudah diselesaikan seperti halnya dengan situasi saat ini dengan adanya kemajuan TIK kita dapat belajar dan membuat kelas virtual yang berbasis teknologi dan proses pembelajaran bisa dilakukan melalui internet yang bisa diakses kapan saja dan dimana saja. Dapat mudah berkomunikasi dengan orang lain dalam jarak jauh melalui chatting, video, dan mudah juga mencari informasi yang kita butuhkan. Mudah berbelanja lewat internet, mendapat hiburan seperti bermain games online di smartphone, laptop, komputer. Dalam hal terdebut tidakdapat dipungkiri dengan adanya sisi negatifnya juga. Sisi negatif yang didapatkan yaitu terdapat maraknya penipuan melalui sms, chat, telfonan dan internet, munculnya penjiplakan atau pembajakan, cyber bullying, hidup boros karena lebih mudah berbelanja online lewat internet, kecanduan dari bermain game sehingga memicu anak meniru kekerasan dari game, perjudian melalui internet dan terkadang tidak adanya filter dalam mengakses konten yang dewasa, radiasi alat teknologi yang membahayakan kesehatan, meningkatnya individualisme dan kurangnya bersosialisasi. Upaya mengatasinya dengan masyarakat harus diberikan pemahaman tentang cara menggunakan teknologi informasi dengan baik dan tidak melanggar etika. Sehingga teknologi informasi dapat dimanfaatkan dengan semestinya. Pemerintah harus membuat suatu peraturan yang tegas terhadap setiap pelanggaran penggunaa teknologi informasi yang merugikan orang lain dan negara.  Memperkuat nilai-nilai agama di keluarga, masyarakat dan negara. Agama memiliki aturan dan norma yang bila kita laksanakan dengan sungguh-sungguh akan dapat mengatasi dampak negatif kemajuan iptek.

Saya mengenal pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi ini pada saat saya SMP, disana difasilitasi dengan Komputer dan Internet. Pembelajaran TIK setiap 1 minggu sekali, disana saya diajari dari awal seperti menghidupkan dan mematikan komputer, cara menggunakan microsoft dan lain sebagainya. Tetapi sebelumnya saya sudah mengenal TIK sebelum saya mendapatkan materi pelajarannya. Karena ketika saya SD kakak saya sudah mempunyai laptop dan saya dapat menggunakannya. Saya dulu hanya bisa bermain game dilaptop dan saya juga mempunyai hp ketika saat SD dengan merek Nokia yang hanya bisa digunaakan untuk sms dan telponan, dan bermain game snake bawaan dari hp itu. Tidak hanya itu saya juga sudah mengenal Telepon Rumah karena pada saat saya masih kecil dan sampai sd telepon rumah itu masih ada. Memang saya sudah alat-alat itu tetapi saya belum mengetahui bahwa televisi, radio, playstation dan lainnya adalah termasuk bagian dari Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Perangkat telekomunikasi berkembang pesat saat teknologi digital mulai digunakan menggantikan teknologi analog. Teknologi analog mulai terasa menampakkan batas-batas maksimal pengeksplorasiannya. Digitalisasi perangkat telekomunikasi kemudian berkonvergensi dengan perangkat komputer yang sejak awal merupakan perangkat yang mengadopsi teknologi digital. Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi berjalan begitu cepat, gambar grafis yang dulunya masih sangat jelek, perlahan berkembang menjadi lebih halus lagi, game yang dulunya hanya seperti itu saja, sekarang mulai bervariasi, dan lebih seru tentunya. Komputer-komputer, gadget-gadget yang kuno, kini semakin canggih. Dengan hanya dengan waktu sepuluh tahun saja, teknologi sudah semakin canggih. Handphone yang dulu hanya digunakan untuk sms dan menelpon sekarang sudah digantikan oleh Smartphone yang fiturnya jauh lebih canggih, yang dimana sekarang yang kita inginkan bisa hanya menggunakan smartphone ini mulai dari berfoto, membuat video, mencari informasi, bermain sosial media, game dan lain sebagainya.

Kekurangan yang harus diperbaiki yaitu ketergantungan terhadap dunia internet atau social media. Solusinya dengan diminimalisir dengan adanya bantuan dari lingkungan atau orang-orang sekitar dengan menawarkan kegiatan yang lebih menarik seperti menyibukkan diri dengan olahraga, bersosialisasi dengan teman, traveling dengan ini akan akan lebih sedikit waktu yang dihabiskan dalam bermain smartphone. Menggunakan smartphone atau komputer berlebihan juga bikin seseorang jadi bermalas malasan terutama pada anak-anak dan kalangan remaja. Solusinya dengan memaksimalkan peran orang tua dalam memberikan perhatian, pengertian, dan membimbingan anak dalam belajar dan bermain.

Perkembangan teknologi informasi bukanlah suatu hal yang dapat kita hindari. Karena dengan adanya teknologi informasi hidup kita akan terasa lebih mudah. Kita bisa mengirim pesan dengan mudah, mengirim dan mencari informasi dengan cepat dan mudah. Namun dibalik semua kemudahan tersebut kita harus memerhatikan nilai, norma serta etika dan apa saja dampak baik dan buruk dari Teknologi Informasi. Karena supaya kita bisa mengetahui batasan-batasan apa saja yang yang boleh dilakukan dengan adanya perkembangan teknologi informasi.

Okee teman-teman mungkin segini saja pembahasan yang saya berikan tentang mereview film dokumenter The Social Dilemma dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi di dalam artikel ini. Semoga teman-teman dapat mengerti dan mengambil manfaatnya dan jangan lupa pesan dari saya berhati- hatilah dalam bersocial media di perkembangan teknologi ini dan semangat yaa. Sekian dari saya sampai jumpa di artikel berikutnya dan terima kasih sudah membacanyaa.  ^.^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun