Malam ini aku menyusur jalan setapak menuju danau
Ditemani cahaya rembulan yang membulat penuh
Dari kejauhan, bisa kulihat cahaya berkilauan yang memantul di permukaan beriak itu
Aku berjalan bergegas
Danau ajaib sudah di depan mata
Danau tempat doa-doa tak terkabulkan bermuara
Semakin dekat, aku kerahkan tenaga untuk segera mencebur ke dalamnya
Byur!
Aku menyelam pada lautan doa-doa
Mana doaku?
Apakah ada doa-doaku?
Doa yang kulantunkan tiap malam apakah bersemayam di danau ini?
Aku mencari semakin dalam dan dalam
Kulihat ada doa meminta kesembuhan
Doa agar bisa berjodoh bersama orang yang dicintai
Doa agar orang yang mendzalimi segera mendapat karma
Bagaimana sekarang keadaan orang-orang yang mengirimkan doa-doa indah itu?
Tidak sembuh? Berpisah? Tetap tertindas?
Aku berputar arah ke selatan
Kubaca dengan seksama doa-doa yang lain
Bukan,
Itu bukan doa-doaku
Lantas di mana doa-doaku?
Aku tiba di dasar,
Hampir kehabisan energi untuk menahan nafas
Doa-doaku tak ditemukan
Doa-doaku tak pernah ditemukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Puisi: Kembang Bandung
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!