Waktu kecil, aku sangat menyukai serial Doraemon. Kantung ajaibnya penuh dengan kejutan. Senter pembesar, pintu kemana saja, atau baling-baling bambu.
Dari sekian banyak alat canggih yang ia punya, aku selalu tertarik pada mesin waktu di laci meja milik Nobita. Rasanya menyenangkan ketika kita bisa memilih untuk pergi ke zaman mana saja.
Mungkin sebagian orang akan memilih untuk pergi ke masa depan, karena penasaran bagaimana nasib mereka di waktu yang akan datang.Â
Tapi berbeda denganku.Â
Aku sama sekali tidak penasaran tentang bagaimana aku 5 atau 10 tahun kemudian.Â
Aku, malah ingin memutar balik waktu.
Aku, ingin ke masa lalu.
Aku ingin mengubah apa yang telah terjadi di waktu itu.Â
Ya, aku ingin kembali.Â
Aku ingin mencegah agar lara itu tak harus datang, agar tangis itu tak perlu jatuh, agar luka itu tak pernah ada.
Aku, tidak ingin dihantui perasaan menyesal seperti sekarang.
Tiap malam aku diburu perasaan bersalah.
Tiap waktu berlalu, yang aku bisa hanya terisak memohon maaf.Â
Tapi itu sia-sia, semua sudah terlambat.Â
Air mata sudah terlanjur jatuh, hati sudah terluka, waktu terus berjalan, dan aku tidak pernah bisa kembali.Â
Karena mesin waktu itu ternyata tidak pernah ada.Â
Tidak pernah ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H