Mohon tunggu...
Retno AdrinPramesti
Retno AdrinPramesti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Masih belum profesional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tren K-Pop, Budaya Luar yang Menyebabkan Fanatisme

11 Januari 2023   19:20 Diperbarui: 11 Januari 2023   19:38 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Globalisasi menjadi fenomena yang tidak bisa dihindari karena budaya antar negara saling berkaitan bahkan menjadi culture baru yang menyebabkan lunturnya budaya lama karena tidak adanya batasan lagi antar negara. Salah satu fenomena dari globalisasi yang saat ini terjadi adalah hadirnya tren K-Pop di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Di Indonesia sendiri masuknya tren K-Pop ini sudah sangat lama, sejak tahun 2000-an, namun dari tahun ke tahun penggemar K-Pop di Indonesia semakin berkembang. Tren K-Pop ini merupakan sebuah tren yang berasal dari Korea Selatan, awal mulanya dikarenakan hadirnya girl/boy group dari berbagai agensi yang beda-beda dengan karyanya yang banyak disukai oleh banyak kalangan. Boy/girl group yang sedang eksis saat ini adalah BTS, EXO, Aespa, Twice, BLACKPINK, Red Velvet, dan masih banyak lagi.

Fans K-Pop sendiri sering diasumsikan sebagai orang yang tergila-gila dengan idolanya karena berani melakukan apapun untuk idolanya seperti melakukan fan war yang dimana suatu fandom beradu argumen dengan fandom lain untuk membela idolanya. Sehingga dengan banyaknya fan war, masyarakat menganggap fans K-Pop ini menjadikan idolanya seperti Dewa karena terlalu fanatik. Fanatisme kepada idola menyebabkan rasa ingin untuk memiliki bahkan bisa berhalusinasi seperti menganggap idol adalah kekasihnya bahkan menyebutnya istri atau suami. Hal tersebut masih bisa dianggap wajar apabila konteksnya adalah bercanda, faktanya fenomena seperti ini banyak terjadi di kehidupan nyata.

Namun di lain sisi, kita juga bisa melihat dampak positif dari seorang fans K-Pop, yaitu mereka bisa menampilkan kemampuan mereka dengan mengcover lagu ataupun dance dari idolanya, bahkan mereka berani mengunggahnya di sosial media hingga banyak mendapatkan like dan komentar. Selain itu mereka juga royal namun juga dapat dibilang boros karena mereka berani mengeluarkan uang berapa pun untuk membeli merchandise idolanya, menonton konser, mengikuti kegiatan fan meeting, dan lainnya. Bahkan para agensi menganggap para fans adalah sumber utama pemasukan uang mereka. Selain itu para fans K-Pop sangat mengedepankan solidaritas apabila memiliki suatu kegiatan meskipun tujuan utamanya adalah untuk idolanya, contohnya penggalangan dana untuk kejadian tak terduga seperti bencana alam dan jumlahnya sangat fantastis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun