Kubu Gerindra dan PKS dipastikan gamang dalam pencalonan Anies ini. Di internet kita bisa melihat betapa banyaknya hujatan golongan mereka kepada Anies. Dan si terhujat kini mewakili mereka dalam pilkada mendatang. Apakah mereka akan tulus dan penuh semangat mendukung Anies? Sangat diragukan. Seruan Anies untuk menghindari kampanye yang membawa-bawa agama hanya akan membuat kalangan pro-syariat kehilangan jargon andalan.
Bagaimana dengan Sandiaga Uno? Sudahlah. Berbulan-bulan Gerindra sibuk cari pendamping untuk mendongkrak popularitas Sandiaga, tanpa hasil. Begitu dapat pendamping, Sandiaga malah tergeser jadi calon wakil gubernur. Nah, jika Gerindra sendiri meragukan kemampuan Sandiaga, apalagi masyarakat luas.
Bahkan, belakangan muncul teori baru. Anies hanya akan digunakan untuk menghalangi Ahok jadi gubernur lagi. Setelah beberapa saat menjabat di Balai Kota Jakarta, akan dicari-cari dalih untuk mendongkel Anies yang sekuler dan menggantikannya dengan Sandiaga. Kalangan pro-syariat pasti antusias dengan agenda yang seperti ini.
Jadi, demikianlah konstalasi persaingan dalam pilkada Jakarta mendatang. Ahok akan berhadapan dengan pasangan Agus-Sylviana yang dukungannya lemah, sekaligus pasangan Anies-Sandiaga yang dukungannya rapuh. Kedua pasangan tersebut hanya akan saling berebut suara dari kalangan anti-Ahok, yang kita tahu tidak terlalu besar.
Yang perlu dilakukan oleh PDI-P hanyalah membina para pendukung Ahok yang sekarang. Tunjukkan bahwa Ahok tetap jadi calon yang paling pantas jadi gubernur Jakarta periode 2017-2022. Jangan lagi terlalu emosional, karena kubu-kubu lawan juga akan mengendur intensitas serangan personalnya. Dengan demikian, Ahok bisa menang telak satu putaran, menyisakan waktu cukup banyak bagi beliau untuk meneruskan kerja, kerja, kerja..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H