Seandainya Jokowi menomorsatukan pencitraan, niscaya beliau takkan menaikkan harga BBM. Biar saja harga BBM tetap seperti kemarin hingga menguras habis keuangan negara. Toh, bagi kebanyakan orang, harga bensin lebih menarik perhatian--serta lebih bernilai politis--ketimbang defisit anggaran negara.
Lalu, ketika dana untuk subsidi BBM sudah benar-benar habis, pemerintah tinggal berhutang ke luar negeri untuk kembali menggerojoki masyarakat dengan subsidi BBM. Tak usah ambil pusing, biarkan presiden lain yang nantinya harus pusing karena hutang tersebut jatuh tempo. Sepuluh tahun lagi, Jokowi menikmati sanjungan masyarakat sebagai satu-satunya presiden yang tak pernah menaikkan harga BBM. Misi pencitraan pun sukses.
Untungnya, Jokowi bukan orang semacam itu. Laki-laki kurus ini menunjukkan nyali dan tanggung jawab luar biasa ketika mengumumkan sendiri--tidak lewat menteri--bahwa harga BBM harus naik. Keputusan pahit yang diambil tak sampai sebulan setelah beliau dilantik.
Presiden Jokowi sudah mengumumkan berbagai program besar untuk memanfaatkan pengalihan dana subsidi BBM. Sudah cukup bagus. Tapi, sebagai warga, saya tergerak untuk berkontribusi bagi bangsa dan negara untuk permasalahan ini. Yang bisa saya lakukan, tentu saja, adalah menyumbang ide.
Tadinya, gara-gara menonton film Big Hero 6-nya Disney, saya mengkhayalkan Indonesia membangun aneka pembangkit listrik yang tidak butuh BBM. Serupa dengan balon kincir tempat karakter Hiro dan Bayman nongkrong dalam film animasi tersebut. Tidak harus secanggih itu. Toh, Indonesia punya berbagai sumber energi alternatif.
Tapi, saya sadar bahwa pembangkit semacam itu butuh teknologi tinggi. Negara-negara maju yang menguasai teknologi tersebut hanya mau membaginya dengan negara-negara yang punya kedekatan politis. Jadinya, ide energi alternatif jadi sangat bernuansa high politics yang cukup rumit untuk dilaksanakan.
Saya inginnya menyumbang Presiden Jokowi dengan ide-ide kecil yang praktis. Kemudian muncul juga dua ide yang sepertinya masuk kategori tersebut..
Pertama, program kependudukan. Negeri kita kan sebenarnya kaya migas. Tapi, kenapa kita sampai harus mengimpor? Itu karena kemampuan produksi kita kalah dengan tingkat kebutuhan. Sedangkan tingkat kebutuhan disebabkan oleh terlalu banyaknya penduduk Indonesia.
Belakangan ini, ada kalangan yang terang-terangan tidak mendukung program KB. Mereka berdalih bahwa banyaknya penduduk tak masalah, asalkan berkualitas tinggi. Mereka lupa bahwa entah itu kuli ataupun profesor, setiap orang kan pasti butuh BBM yang kemudian jadi beban negara. Membengkaknya subsidi BBM, yang kemudian memaksa pemerintah menaikkan harga BBM, takkan lepas dari masalah kependudukan.
Untuk itu, pemerintah perlu melakukan sosialisasi bahwa semakin banyak orang yang harus disuplai BBM, maka semakin sulit bagi pemerintah untuk menyediakannya, yang nantinya memaksa pemerintah menaikkan lagi harga BBM. Karena itu, program KB mutlak perlu kembali digalakkan, lebih gencar daripada yang sudah-sudah.
Hm, ide pertama ini ternyata tidak terlalu praktikal ya. Kalau begitu, kita menuju ide kedua. Kita tentu masih ingat bahwa beberapa bulan silam jalanan di Jawa dan sejumlah pulau lain sempat penuh sesak oleh kemacetan mudik yang sangat parah. Bisa dibayangkan, betapa banyak BBM yang terbuang sia-sia dalam kegiatan tersebut.
Melarang warga untuk mudik lebaran tentu absurd. Tapi, pemerintah mestinya bisa mencari terobosan. Misalnya, memperpanjang libur lebaran. Bisa dipertimbangkan untuk meniru konsep libur musim panas di negara-negara maju. Jika libur lebaran jadi jauh lebih panjang, maka kendaraan takkan menumpuk di jalan dalam waktu yang sama. Peluang untuk dapat tiket transportasi masal, misalnya kereta api, jadi lebih besar. Dari segi penghematan BBM, angkanya pasti cukup signifikan.
Bagi para pembaca, silakan mengevaluasi kedua ide saya ini, serta menambahkan sebanyak mungkin ide-ide kecil lainnya yang semoga berguna untuk meringankan beban pemerintah. Mari..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H