Mohon tunggu...
Rad
Rad Mohon Tunggu... Administrasi - Freelance writer.

The most honest thing writer said is what they wrote.

Selanjutnya

Tutup

Film

"Theory of Love", Film adalah Refleksi Kehidupan

15 Oktober 2019   12:43 Diperbarui: 15 Oktober 2019   12:45 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain Korea Selatan, kini industri hiburan Thailand juga tidak boleh dianggap sebelah mata. Sejak beberapa tahun yang lalu, Thailand telah banyak merilis film maupun series yang dapat dijadikan alternatif bagi penikmat perfilman Asia, termasuk di Indonesia. Terlebih bagi mereka yang mungkin sudah sedikit dibuat bosan oleh cerita romansa drama Korea Selatan atau Jepang, pilihan dari Thailand kini dapat dipertimbangkan untuk menjadi sebuah alternatif hiburan.

Didukung oleh latar kehidupan Thailand yang kurang lebih memiliki kesamaan dengan Indonesia, serta para aktor dan aktris rupawan yang berbakat, tentu menjadikan film dan series Thailand berhasil merebut banyak hati penikmatnya.

Namun saat kita membicarakan film atau series Thailand, ada satu hal yang mesti diperhatikan. Thailand adalah salah satu negara di Asia yang memberi permakluman kepada kisah cinta sejenis.

Tema tersebut pun cukup banyak menjamuri dunia entertain mereka, mulai dari film arau series, reality show, talkshow bahkan kuis dan lain sebagainya.

Meski tema homoseksual sangat lekat dalam dunia intertain Thailand, bukan berarti peminat dan penggemarnya tidak banyak. Mereka yang memahami dan menikmati jenis tema ini memang dituntut untuk bisa berpikiran positif dan open minded.

Sebagai penikmat segala jenis film, saya menilai semua jenis film berhak mendapat apresiasi tanpa terkecuali. Film adalah salah satu bentuk seni, dan seni tidak mengenal unsur vulgar.

Vulgar dalam seni mengambil posisi sebagai pemanis, yang membuat sebuah karya menjadi lebih eksotis dan memiliki nilai lebih. Untuk itulah tanpa memandang adanya unsur adanya homoseksualitas, saya akan menuliskan satu review series Thailand tentang boys love yang cukup menarik perhatian saya. 

Beberapa series mengenai boys love memang sudah menjamur di Thailand, beberapa dari mereka sudah saya nikmati, namun tidak pernah benar-benar mengambil perhatian saya. Kecuali Theory of Love.

Series ini menggandeng beberapa aktor dan aktris muda GMMTV yang namanya tengah melejit di industri entertain Thailand. Mengisahkan tentang persahabatan antar 4 mahasiswa jurusan perfilman tahun ketiga yang dikenal sebagai 'Savage Gangs'. Mereka mencintai berbagai jenis film di dunia dan mengaitkan kisah percintaan mereka dengan film-film tersebut. 

Third (Gun Atthapan) adalah mahasiswa yang mahir menulis naskah dan berkemampuan menjadi seorang sutradara untuk setiap tugas kelompok mereka. Dia juga sering melakukan review untuk film-film yang ditontonnya melalui akun Facebook pribadinya.

Third memiliki pribadi yang penuh pertimbangan, teratur, sensitif dan peduli. Isi hatinya adalah konflik utama dari series ini, di mana Third memiliki perasaan pada sahabatnya sendiri, Khai sejak mereka mengikuti ospek.

Khai (Off Jumpol) adalah mahasiswa yang berkemampuan dalam bidang sound setting. Ia dikenal sebagai womanizer yang memiliki banyak perempuan dari hampir setiap fakultas. Bagi Khai, mengganti pacar adalah hal yang serupa seperti mengganti baju. Dengan sifatnya yang atraktif, wajahnya yang rupawan serta penampilannya yang stylish, Khai bisa mendapatkan perempuan manapun tanpa usaha yang berarti.

Meskipun begitu, Third berprinsip tidak akan berpacaran dengan sahabatnya sendiri, bahkan dengan mereka yang berada satu fakultas dengannya. Kebiasaannya ini sudah sangat dimaklumi oleh sahabatnya, bahkan ia pun sampai tidak sadar telah menyakiti perasaan Third dengan kelakuannya berulang kali.

Two (White Nawat) adalah mahasiswa dengan kemampuan fotografi yang diakui seluruh fakultas. Dia adalah orang pertama yang mengetahui perasaan Third kepada Khai dan kemudian berjanji untuk membantu Third merealisasikan perasaannya.

Two adalah pendengar, pendukung dan pelindung yang baik bagi teman-temannya, terlebih lagi untuk Third. Karena ia terlalu berfokus dengan kerumitan kisah cinta temannya, Two sampai terlambat sadar kalau ia punya orang yang juga diam-diam mencintainya.

Bone (MikeChinnarat) adalah mahasiswa yang memiliki kemampuan editing terbaik di antara teman-temannya. Ia bekerja paruh waktu sebagai seoarang barista di cafe milik rekannya. Memiliki wajah rupawan dengan kepribadian dewasa yang menarik membuat Bone mampu memikat banyak perempuan hanya dari melihatnya.

Namun Bone merasakan getaran cinta pada salah satu perempuan yang mengunjungi cafe dan menyewa film darinya. Kemudian hubungan keduanya pun terbangun dengan berbagai macam konflik, kesetiaan, perjuangan dan patah hati.

SINOPSIS

Episode pertama dimulai dari sebuah monolog yang dilakukan Third untuk menceritakan bagaimana kehidupannya denga para sahabat, bagaimana selama 3 tahun ia mengangumi dan memendam perasaan pada sahabatnya sendiri, Khai. Setiap detail narasi yang dijelaskan akan membawa kita pada kenyataan bahwa mencintai dalam diam adalah bukan perkara mudah.

Terlebih bila orang itu adalah sahabat sendiri yang bahkan sama sekali tidak terlihat memiliki ketertarikan padanya. Third berniat tidak akan mengutarakan perasaannya hanya demi menjaga persahabatan. Ia menganggap film tentang kehidupan yang ia bintangi tidak akan berakhir indah.

Sedangkan rasa sakit yang dialami Third selama 3 tahun terus bertambah parah setiap kali tanpa sengaja Khai melakukan banyak kesalahan. Khai adalah orang ceroboh dan bodoh. Dia menomorsatukan waktu bersama perempuan-perempuannya dibandingkan menghabisakan waktu bersama 'Savage Gangs'.

Khai juga tidak pernah merasa bersalah dengan kesalahan yang ia perbuat. Baginya meminta maaf pada sahabatnya jauh lebih mudah, terlebih pada Third yang selalu mudah memaafkan.

Sampai pada akhirnya Two memergoki Third tengah menangisi foto-fotonya dengan Khai. Dan dari sanalah perasaan Third mulai diperjuangkan. Two memberi banyak bentuk dukungan, bantuan dan hiburan bagi Third yang sering dilukai. Dan di lain pihak, Bone juga mempetanyakan kemungkinan Third memiliki perasaan pada Khai.

Kerumitan pengungkapan perasaan pun dimulai, menemui banyak sekali hambatan dan lika-liku yang mesti dihadapi Third. Third masih terlalu takut memberi kepercayaan pada Khai, takut harapannya akan dijatuhkan, takut hatinya kembali disakiti. Semua ketakutan yang bahkan masih dikalahkan dengan rasa cintanya.

Selain kisah cinta Third yang mencintai sahabat brengseknya, Theory of Love juga menghadirkan kisah cinta lain untuk Two dan Bone. Keduanya juga memiliki banyak perjuangan untuk merasakan cinta dalam kehidupan mereka masing-masing. Namun yang paling kentara adalah kisah cinta Bone dengan salah satu perempuan cantik pengunjung cafe. Lewat sikap dewasa dan tenangnya, Bone berhasil memberi kesempatan orang lain untuk bahagia tanpa perlu mengambil bagian untuk bahagia bersama.

Sedangkan untuk Two, memiliki pembangunan cerita cintanya yang sedikit kurang proporsional. Kita akan dibawa pada sebuah pertanyaan apakah Two mencintai teman masa SMA-nya, Lynn atau malah mencintai kakak kelasnya, Aun.

Rahasia soal perasaan Two yang sebenarnya mendapat porsi yang tidak seimbang dibandingkan dengan pencarian kebenaran soal rasa ketertarikannya.

Dan pada episode terakhir, semua jawaban yang telah membuat penonton bertanya-tanya barulah diungkapkan. Sebuah konklusi yang sepertinya terlalu dipaksakan untuk tokoh Two.

Sebuah apresiasi yang luar biasa harus dipersembahkan kepada penulis naskah Theory of Love, sentuhan apik tangannya telah melahirkan alur yang indah untuk mendeskripsikan sebuah refleksi kehidupan dan cinta melalui selingan berupa film-film. Lewat kecintaan para tokohnya pada film-film dunia, Theory of Love berhasil menjadi salah satu series klasik yang perlu diperhitungkan.

Sutradara yang mengatur pengambilan gambar juga patut diapresiasi, dengan beberapa adegan yang mungkin akan selalu diingat oleh penikmatnya. Serta penata gaya yang telah membuat sosok Third menjadi tokoh playboy berpenampilan stylish yang cukup menarik perhatian saya khususnya.

Selain itu pendalaman karakter dari para aktor dan aktrisnya juga patut diapresiasi. Kemampuan acting luar biasa Gun Atthapan sebagai tokoh yang disakiti mampu tersalurkan dengan baik lewat air mata dan matanya yang berkaca-kaca. Kesedihan di wajah Gun mampu dirasakan oleh penonton, seolah penonton ikut merasakan penderitaannya.

Pembangunan karakter Third juga menjadi salah satu favorit saya, sebab Third tidak keras kepala untuk segera memerdekakan hatinya demi his crush for 3 years, Khai--saat ia mulai memberikan respons baik. Third masih berpikiran tentang masa depannya, kemungkinan ia disakiti lagi dan kepercayaannya pada Khai yang sering dipersalahgunakan. 

Lewat pembangunan karakter Third, saya berharap penonton mampu mengambil sebuah pembelajaran saat memiliki orang yang disukai. Bukan berarti hanya karena ia mencintaimu balik, kamu bisa segera memerdekan cintamu tanpa perlu mempertimbangkan banyak hal. Selain itu, series  Theory of Love pantas disebut sebagai definisi terbaik dari, persahabatan, perjuangan, cinta, mimpi dan kepercayaan. 

PENILAIAN

Storyline : 9.0
Cast : 9.0
Scenes : 8.9
Backsound : 8.9
Ending : 8.7
Rewatch value : 9.0
Total : 8.9

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun