Asian Games 2018 baru saja berakhir. Namun perayaan kemenangan masih berlanjut. Para atlet diberi bonus, jabatan PNS, rumah, motor dan lain sebagainya. Mereka juga dipanggil ke stasiun televisi satu ke stasiun televisi yang lain. Mulanya diwawancarai mengenai prestasi dan perasaannya setelah memenangkan medali.
Selanjutnya akan mulai ditanya mengenai hubungan percintaan, tentang latar belakang keluarga, tentang isu-isu yang beredar di internet dan semua pertanyaan yang lebih pantas ditanyakan kepada artis daripada kepada atlet. Kita belum bisa melihat bagaimana keadaan para atlet selanjutnya setelah mengalami over exposed di berbagai macam media. Apakah mereka akan tetap berprestasi? Ataukah mereka justru merasa tertekan?
Satu hal lagi yang akan merugikan para atlet adalah apabila di pertandingan berikutnya mereka gagal. Orang-orang yang terlalu memuja dan mendewakan para atlet akan kecewa. Jika rasa kecewa mereka ada untuk mendukung atlet tersebut akan lebih baik. Namun bagaimana bila kekecewaan mereka justru menjatuhkan para atlet dengan komentar negatif?
Singkatnya, pemberitaan yang terlalu berlebihan juga akan berdampak pada tekanan mental dan rasa percaya diri atlet tersebut. Mereka akan takut gagal, takut dibenci oleh bangsa yang ia bela sendiri.
Jadi, berbijaklah dalam mengapresiasi prestasi para atlet Indonesia. Mereka menukar hidup normalnya dengan berlatih bertahun-tahun, menunjukkan pada dunia tentang keberadaan bangsa Indonesia melalui prestasi. Mereka hanya ingin dikenal karena prestasi, bukan karena siapa pacarnya dan bagaimana kondisi rumahnya.
Semoga tulisan ini bisa menjadi refleksi ke depannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H