1.Dengarkan pada yang Harus Didengar
2.Meletakan pada Tempat yang Seharusnya
3.Memberikan Sesuai dengan Keindahan
Pada tahun 1998 tepatnya hampir sebelum menuju abad 20, negara kita telah melakukan suatu pilihan yang Mahabesar imbas dan risikonya terhadap keberlangsungan kehidupan masyarakat Indonesia. Pilihan ini diyakini bukanlah pilihan seorang presiden, pemerintah, ataupun para menteri, Konon pilihan tersebut datang dari Rakyat. Itulah “Demokrasi” pada saat itu masih menjadi halyang tabu pada saat itu bahkan memimpikannya saja sulit dibayangkan, dan keinginan itulah yang saat ini telah dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, melalui tangan-tangan para reformis.
Era 2013 adalah saat yang mahsyur bagi negara kita untuk lebih menuntun dan sadar diri. 15 tahun sudah Reformasi yang didengung-dengungkan telah berlalu, tapi banyak sekali kalangan orang dari ekonom,ahli pemerintahan,politisi hingga masyarakat mulai menyadari bahwa mimpi mereka yang kini telah terealisasi telah gagal sebagai suatu cita menuju kesejahteraan. Bahkan hasil yang cukup mengejutkan datang dari lembaga survey, hampir lebih dari setengah seluruh warga kita merasa lebih ‘suka’ dengan era Soeharto, yang memang jauh dari kata Demokrasi.
Namun, pertanyaanya adalah apakah benar demokrasi kita gagal dan sedang menuju keredupan yang justru akan menyengsarakan rakyat ? Tentu bagi seorang yang berpikiran terlalu berdiplomasi akan menjawab tergantung dengan sudut pandang mana yang dipakai. Tapi menurut hemat saya Demokrasi kita Setengah Gagal. Apa maksudnya setengah gagal? Iya ini fakta yang saya rasakan saat ini. Begitu tidak imbang ,no balance , kehidupan yang begitu bebasnya membuat terlalu mudah bagi para musuh bangsa untuk melenyapkan negara ini. Musuh utama dari suatu kebebasan, bukanlah Cengkraman ataupun Kekangan, melainkan suatu Konspirasi yang lahir dari adanya kebebasan itu. Konspirasi yang akan menghasut,menghujat,membenci,membuang,memfitnah,memutar balikan fakta dan banyak sekali yang memiliki berbagai tujuan mulai dari memihakkepentingan pribadi hingga Hancurnya NKRI. Sudah kita ketahui bersama konspirator pasti akan menyebarkan informasinyamelalui berbagai media. Kebebasan akan menjadi alat yang ampuh untuk menyobek nyobek negara ini. Betapa mudahnya kini merendahkan presiden, betapa mudahnya menyalahkan orang yang masih diduga bersalah, betapa cepatnya kita mengucapkan brengsek kepada suatu umat agama. Apakah itu tujuan hakikat dari Demokrasi? Tentu saja bukan, itu semua dihadirkan oleh banyak media massa yang tidak sedikit sudah ditunggangi kepentingan politik dan memiliki misi tertentu.
Demokrasi Setengah Gagal ini bisa kita perbaiki dengan cara melakukan perimbangan dan penyesuaian. Hanya pemerintahlah saat ini yang bisa mengerem kegagalan ini. Pemerintah harus punya ketegasan dan keberanian untuk bertindak yang pasti dan konkret, ini bukan melanggar hukum atau menyalahi aturan, lihat saja pasal 4 ayat 1 UUD1945, “Presiden memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD” itu berarti presiden memiliki hak untuk mengontrol dan menstabilkan kehidupan negara ini. Memang tidak mudah melakukan suatu kebijakan yang melawan arus di masa seperti ini, tapi ini sudah pada waktu dan kondisi yang darurat menurut saya, jika tidak mau kegagalan demokrasi akan benar-benar melanda bangsa ini. Bayangkan saja jika revolusi akan muncul lagi, betapa mubazirnya pertumbuhan ekonomi negara yang sudah ditata dengan maksimal akan runtuh dan kita akan mengulanginya lagi dari awal. Saya tidak mau merasakan Revolusi terkecuali memang itu jalan terakhir yang harus dipilih.
Salam Bertindak !
-IAA_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H