Kembali lagi masalah klaim-klaim barang budaya asli Indonesia terjadi. Kemarin ketika makan siang bersama kolega, beliau mengutarakan tentang klaim makanan yang diklaim milik Indonesia. Beliau orang Singapura, merasa lucu aja kenapa hari gini masih ada orang klaim makanan milik negaranya. "That's ridiculous..." menurut beliau.
Kasus ini sebenarnya berawal dari cuitan Rio Ferdinand tentang makan siangnya dengan nasi goreng, di Singapura dengan mencantumkan kata "local" dan tag #Singapore. Rio sedang dalam kunjungannya ke Singapura, sekaligus menonton langsung jalannya F1 yang berlangsung minggu kemarin. Tak disangka, ternyata banyak balasan yang terkesan "meluruskan" dari fans Indonesia kalau Nasi Goreng itu sebenarnya masakan Indonesia. Rio Ferdinand jadi bingung, menanggapi balasan komentar fans dari Singapura dan Indonesia yang saling berdebat.
Dari banyak kompasianer di sini, siapa yang waktu sekolah pelajaran sejarah pada tidur semua? Hahahaha...! Ini membuktikan bahwa banyak dari kita belajar Sejarah di sekolah masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Sejarah dunia ini sangatlah kompleks, terutama tentang makanan dan budaya. Tidakkah kita ingat bahwa Islam dibawa saudagar-saudagar dari tanah Arab? Tidakkah kita ingat juga bahwa mie dibawa ke Asia Tenggara oleh bangsa China? Tidakkah kita ingat bahwa karena penjajahan Belanda, membuat orang-orang lokal sekarang ini mampu berbahasa Jawa di Suriname?
Terkadang memang ada bagian yang termasuk Sejarah Dunia yang tidak pernah kita ketahui dan pelajari di sekolah. Saya kurang tahu kenapa, tapi seharusnya kita tidak berhenti pada pelajaran sekolah saja.
Migrasi Orang-orang Jawa
Adakah Anda tahu bahwa orang-orang Jawa banyak diasingkan di Suriname oleh pemerintah Belanda kala itu? Tentu kita tahu. Tapi bagaimana dengan sejarah orang-orang Jawa di pesisir Selat Malaka? Tidak banyak dari kita tahu memang, betul? Tetapi faktanya, selain di Indonesia ada banyak orang-orang Jawa di Malaysia dan Singapura. Dan itu jauh lebih banyak dibandingkan orang Jawa di Suriname yang hanya sekitar 86 ribu orang. Jumlahnya pun diatas 700 ribu orang. Sebagian merupakan asli kelahiran negara tetangga, baik Malaysia atau Singapura.
Saya bahkan secara "tidak sengaja" berkenalan hingga kemudian berkawan baik dengan seorang ibu yang sudah tua ketika awal-awal tahun tinggal dan bekerja di Singapura. Ibu itu asli orang Jawa yang lahir di Singapura, dan masih fasih berbahasa Jawa! Beliau bercerita, ketika itu memang banyak orang-orang Jawa yang kabur dari pulau Jawa karena kondisi politik yang tidak menentu karena penjajahan Belanda. Sama juga dengan orang-orang Bugis Makassar yang sama juga berhijrah.
Namun ada sebagian orang Jawa lain yang "terdampar" di Singapura dan Malaysia. Dengan kata lain, mereka ini dulunya dijanjikan untuk bisa naik haji setelah membayar sejumlah uang. Ketika itu orang naik haji selalu transit di Singapura karena ketika itu transportasi masih menggunakan kapal. Tapi mereka ditipu, tak kunjung diberangkatkan naik kapal di Singapura ke tanah Arab. Pasrah, mereka mencari penghidupan di negara pulau yang dikenal "The Little Red Dot" ini (istilah yang dipopulerkan B.J. Habibie).
Migrasi Orang-orang China
Karena kondisi yang tak menentu, sebagian orang China juga hijrah ke Asia Tenggara. Tentu sambil membawa makanan khasnya. Ada yang tinggal di daerah Vietnam, Thailand, Filipina, Malaysia, bahkan Indonesia. Banyak dari mereka membawa pengaruh budaya, makanan, bahkan agama.
Lumpia Bukan Asli Semarang, Tetapi Lumpia Semarang Asli Semarang
Saya orang Semarang, namun saya merasa Lumpia (saja) bukan makanan asli Semarang. Kecuali ketika kita berbicara mengenai "Lumpia Semarang", maka itu makanan asli Semarang. Sejenis lumpia ini ada di Vietnam, namanya Vietnamese Rice Paper Roll. Lalu di Malaysia dan Singapura juga tentu makanan ini sama, namun agak berbeda. Lumpia di Singapura dan Malaysia kurang lebih hampir sama seperti yang ada di Semarang tanpa adanya saus yang khas dan agak tipis. Lumpia ini sering disebut dengan nama "Poppiah".
Nasi Goreng asli China, bukan Indonesia
Titik. Nasi Goreng bermula dari dinasti Sui tahun 850 masehi, tentu dari China, yang dikenal dg Yang Chow Fried Rice. Saya masih sering lihat nasi goreng jenis ini ada di banyak sudut Singapura. Nasi Goreng dibawa bangsa China ke Asia Tenggara melalui Vietnam, Kamboja, Malaysia, Thailand, Indonesia dan seterusnya.
Masih ada yang berdebat lagi? Monggo! Kita sebagai "pengguna" resep hanya bisa bilang bahwa Nasi Goreng bukan asli Indonesia, tetapi kita bisa menyatakan Nasi Goreng khas Indonesia. Apa khasnya? Tentu nasi goreng Indonesia lebih pedas, dengan bumbu khasnya bawang merah, bawang putih, sayuran, telur, dan khasnya Indonesia adalah di kecap manis (karena di negara tetangga hampir tidak ada yang mengkonsumsi kecap manis).
Sate
Nah, kalau yang satu ini kita boleh bicara tentang keasliannya. Di Singapura dan Malaysia, banyak yang jual Sate Ayam dan sejenisnya namun citarasanya agak berbeda. Sate Singapura dan Malaysia, dagingnya direndam bumbunya semalaman baru dibakar. Sate Indonesia, dibakar dulu baru diberi bumbu lalu dibakar lagi terus menerus. Sate di Singapura dan Malaysia memang dibawa oleh orang Jawa ke kawasan ini.
Nasi Padang asli Indonesia?
Nasi Padang asli Indonesia, betul! Nasi Padang asli Singapura, ini juga betul. Lho kok? Nasi Padang di Indonesia sebetulnya lebih tepat disebut masakan Minang, dan Padang disini mengacu pada nama kota asalnya. Orang Padang sendiri tidak pernah sebut ada Nasi Padang, tetapi hanya masakan khas Minang. Isinya ya seperti yang kita tahu, ada sayur nangka, babat, iso, ikan lele goreng, bersama daun singkong dan nasi putih.
Nasi Padang di Singapura, kurang lebih sama seperti nasi campur. Disebut Nasi Padang, kata "padang" disini bermakna "lapangan" (field). Ada bermacam-macam lauk pauk yang bisa kita pilih dimana semuanya masakan khas warga Melayu seperti sayur lodeh (lodeh di Singapura tentu berbeda dengan di Jawa). Tidak diketahui bagaimana sejarahnya bisa ada nasi padang di Singapura. Yang jelas makanan utama nasi padang memang masih sama, rendang daging. Karena adanya pengaruh Chinese, citarasa warga Singapura berubah haluan menjadi agak-agak Chinese dan mulai hilang khas Melayu.
Lagipula, orang-orang Melayu di Malaysia dan Singapura adalah orang-orang Sumatera yang mengungsi ke semenanjung Malaya karena kalah perang dengan kerajaan Majapahit.
So, kenapa pusing pikirin makanan dari mana? Kenapa banyak orang-orang Indonesia merasa overproud? Makanan adalah simbol budaya. Budaya adalah hasil akulturasi atau asimilasi dua budaya berbeda (mungkin lebih). Budaya membentuk norma-norma masyarakat. Memperdebatkan Nasi Goreng asal Indonesia atau bukan, sama saja memperdebatkan pecel asli Semarang atau Yogyakarta. Tahu asal Indonesia atau China.
Terakhir, saya cuma ingin berpesan: makan tinggal makan kenyang, kok pake ribut...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H