Mohon tunggu...
Radityo Ardi
Radityo Ardi Mohon Tunggu... Lainnya - Cuma manusia biasa, banyak salahnya. Gimana donk?

Lewat 7 tahun lebih tinggal di Singapura. Banyak pelajaran, masih banyak juga yang harus dipelajari dari negeri yang disebut titik merah di peta oleh Habibie. Blog lainnya di https://mas-rdz.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Apa Kabar Redenominasi Rupiah?

16 Desember 2014   19:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:11 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak tepat jika saya menuliskan tentang redenominasi ketika rupiah saat ini sedang anjlok nilainya. Tapi apapun itu, saya berhak untuk memberikan ide dan pendapat mengenai redenominasi rupiah yang selama ini digembar-gemborkan Bank Indonesia, namun kenyataannya tak kunjung direalisasikan.

Ketakutan Terbesar dan Arti Pentingnya

Apa yang menjadi ketakutan terbesar Bank Indonesia ketika melakukan redenominasi? Menurut banyak pihak adalah inflasi, karena secara psikologis, Indonesia akan dihadapkan pada "murahnya" rupiah secara psikologis, namun nilainya tetap saja sama sebenarnya. Ketika uang hasil redenominasi ini beredar, maka masyarakat akan menganggap uang ini nilainya kok tiba-tiba anjlok. Dan beberapa masyarakat akan menyamakan dengan sanering (pemotongan nilai uang) yang dulu pernah dilakukan Indonesia pada zaman paska-kemerdekaan. Barang yang tadinya seharga Rp. 1000 akan menjadi Rp 1, secara psikologis akan meng-encourage pedagang untuk menaikkan harga barangnya menjadi Rp. 2 yang nilai sebelumnya sama Rp. 2000.

Tetapi bagi orang yang sering bertransaksi dengan orang-orang luar negeri, misalkan eksportir, atau importir, mereka akan berpikir bahwa uang Indonesia ini kok sampah, ya? Nolnya kebanyakan, dan orang jadi males. Lagi-lagi, ini masalah psikologi yang cukup jadi perhatian. Tapi justru dengan mengikuti psikologi dan cara berpikir dunia, yang diharapkan adalah secara moneter, pandangan masyarakat dunia terhadap nilai mata uang Rupiah di luar negeri akan menjadi sama dengan mata uang negara lain, tidak lagi direndahkan. Mata uang rendah ini yang membuat investor males investasi di Indonesia, dan buat mereka, lebih baik konversikan ke USD biar gampang. Lagi-lagi, Rupiah melemah secara moneter karena faktor psikologi.

Adakah Solusi?

Saya bukan ahli moneter, ahli psikologi, dan mungkin ahli ekonomi, tapi saya coba berikan ide-ide kecil yang mungkin bermanfaat. Bagi saya yang bekerja di dunia IT, perubahan itu adalah keniscayaan. Tapi perubahan yang terlalu drastis (sama seperti Rp. 1000 ke Rp. 1) tentu akan membuat user (masyarakat Indonesia) akan kaget, dan mereka lebih cenderung panik. Inflasi dimana-mana, harga barang udah naik, tambah naik lagi. Padahal kalau kita lihat, mata uang akan selalu terkena inflasi tiap tahunnya. Lalu apa yang bisa kita lakukan supaya perubahan itu lancar tanpa menjerumuskan mata uang itu sendiri?

Berubahlah secara bertahap demi bertahap. Perubahan bertahap memang membutuhkan waktu panjang, namun apa yang dijanjikan adalah masyarakat Indonesia (atau "user" kalau di dunia IT) akan lebih mudah jika dibiasakan perlahan demi perlahan menuju ke perubahan tersebut. Apa yang bisa dirubah, tentunya dari sisi desain uang itu sendiri, dengan tidak mengurangi niat untuk tetap melakukan sosialisasi secara massal.

1000 Rupiah

Di tahap pertama, sebaiknya dicantumkan juga nominal rencana redenominasi dimana angka 1 dicetak secara samar-samar. Sebaiknya proses ini diberikan waktu 3 - 5 tahun untuk memperkenalkan nominal setelah redenominasi. Tulisan "SERIBU RUPIAH" masih dicantumkan juga di bagian bawah.

14187056851605420008
14187056851605420008
Tahap 1 - 1000 Rupiah ke 1 Rupiah

Di tahap kedua, akan dicetak sebaliknya. 1000 rupiah disamarkan, dan angka 1 mulai diperjelas. Proses dari tahap pertama ke tahap kedua inilah masa-masa "kritis" dimana tulisan "SERIBU RUPIAH" sudah diganti dengan "SATU RUPIAH". Sementara angka, masih ada nominal 1000 dicetak secara samar, dan angka 1 diperjelas. Proses ini diharapkan diberikan waktu sama 3 - 5 tahun, namun lebih tergantung kepada kesiapan masyarakat. Bisa dipercepat jika masyarakat sudah terbiasa melihat angka satu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun