Mohon tunggu...
raditya kurniawan
raditya kurniawan Mohon Tunggu... Lainnya - "lelaki yang sedang belajar kehidupan"

kuliner, film, travelling, sepakbola, anak dan keluarga

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Film 2nd Miracle in Cell No. 7

28 Desember 2024   11:00 Diperbarui: 28 Desember 2024   19:02 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2nd Miracle in Cell No. 7 ini merupakan sekuel dari Film Miracle in Cell No. 7 yang di adaptasi dari Film Korea Selatan yang di sutradarai oleh Lee Hwan kyung. Film Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia laris ditonton oleh jutaan pemirsa di bioskop. Kali ini 2nd Miracle in Cell No.7 mencoba peruntungannya di dunia perfilman Indonesia. Naskah film ini ditulis oleh Alim Sudio yang cukup berani membuat naskah baru berdasarkan intuisi dan daya imajinasinya untuk menggambarkan proses Kartika pasca eksekusi Bapak Dodo hingga dia bisa melihat dan memberdakan dengan jelas antara kebenaran dan kejahatan.

Masih dengan pemain yang sama hanya saja pembesut film ini berganti dari Hanung Bramantyo menjadi Herwin Novianto. 2nd Miracle in Cell No. 7 menceritakan perjalanan hidup Kartika yang menjawab pertanyaan di film pertama yang menceritakan cita-cita Kartika menjadi seorang Dokter namun di akhir cerita tetiba berubah menjadi seorang pengacara yang dapat membuktikan bahwa ayahnya bukanlah seorang pembunuh seperti yang dutuduhkan dan menjadi dasar eksekusi mati bagi Bapak Dodo.

Film dibuka dengan cerita tentang perayaan ulangtahun Kartika di sel penjara nomer 7 bersama Japra, Zaki, Yunus, Atmo, dan Asrul. Adegan yang mengulik perasaan kita bagai roller coaster kadang dibuat tertawa terpingkal-pingkal namun dalam sekejap langsung merasakan sebuah satir yang pedih. Kartika sering menulis surat untuk Bapak Dodo karena belum mengetahui bahwa ayahnya tersebut sudah tiada. Karena merasa kasihan, Om Hendro membalas semua surat kecil dari Kartika seakan-akan Bapak Dodo yang membalasnya.

Terdapat dua tokoh baru yang cukup membuat konflik semakin asyik dan tidak tertebak, yakni Kirana dan Hengki. Kirana dan Hengki menjadi tokoh antagonis yang punya karakter tersendiri. Terdapat satu adegan favorit saya, yakni saat Ibu Uwi meninggal setelah melahirkan Kartika. Kemampuan peran Vino G. Sebastian (Bapak Dodo) sangat mempengaruhi penonton untuk masuk ke dalam adegan yang sangat menyedihkan kehilangan seorang istri. Meskipun Bapak Dodo seorang dengan berkebutuhan khusus ternyata juga mempunyai perasaan kehilangan yang mendalam. Disamping itu lagu “Mencintaimu” yang dinyanyikan oleh Mahalini sangat mewarnai adegan tersebut, didukung dengan volume suara yang keras saat Ibu Uwi meninggal.

Disamping cerita dan dukungan para pemain yang berkarakter, film ini menyampaikan pesan yang sangat apik bagi para penontonnya. Terdapat 2 pesan yang saya catat, yakni :

  • “Jangan lupakan Bapak Dodo” pesan Bapak Dodo kepada Kartika.
  • “Kartika akan jadi anak baik, kalau Kartika baik kepada semua orang, maka orang lain akan baik kepada Ika”, ujar Kartika di akhir film.

Dua pesan tersebut sangat related dengan kondisi di saat ini yang banyak kita temui kejadian anak yang berani kepada orangtuanya, dan banyak orang yang berlaku seenaknya sendiri kepada orang lain bahkan hingga tega menghilangkan nyawa orang lain karena hal yang sepele.

Rating : 8,5/10 (penilaian saya lhooooo…..heeee)

*rk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun