Ketulusan suara dengan keterbatasannya bisa membuat Yura bergetar dan sempat menitihkan air mata. Apalagi di belakang panggung, layar LED menyuguhkan hujan kembang api yang indah. semua penonton Atma Asta malam itu ikut bernyanyi sambil melambaikan tangan. Syahdu rasanya.
Baru mendengar intro berupa denting piano dari jemari Mas Yovie saja, penonton sudah jejeritan dan baper (bawa perasaan). Sekuat itu lagu ‘Soulmate’ yang dibawakan oleh Kahitna sampai menciptakan energi positif bagi maraknya penonton. Susunan melodi dinamis resepnya terletak pada lirik lagu ciptaan Yovie Widianto yang berjudul ‘Cerita Cinta’. Lagu tersebut dibawakan oleh Kahitna dan lagi – lagi membuat penikmat nya terbawa perasaan. Kemudian digulir dengan tempo medium ditambah susunan melodi yang tak mengharuskan penyanyinya melakukan akrobatik vokal, lagu ‘Andai Dia Tahu’ pun sekaligus mewakili perasaan para penikmatnya hingga terhanyut dalam jiwa lagu tersebut.
Usai menghangatkan suasana sejenak, tirai putih yang semula menjadi batas antara pemain dengan bagian depan panggung, dibuka. Tulus pun muncul dari bawah panggung dengan balutan busana monokrom, sambil membelakangi para penonton. Riuh suara penonton pun menggema seisi arena venue, menyapa sosok yang ditunggu-tunggu. lantunan lagu ‘Sewindu’ kembali terdengar. Kali ini, Tulus bersama para penyanyi latar menyanyikannya dengan sedikit sentuhan acapella. Keindahan itu pun berlanjut ditambah alunan instrumen yang terdengar nikmat.
Afgan pun menyusul ke atas panggung sebagai bintang tamu penutup, sembari menyapa penonton dengan ramah. Ia menghadirkan lagu ‘Dia Dia Dia’ yang dirilis tahun 2010 silam. Sontak venue pun menjadi lantai dansa dimana penonton mengikuti Afgan yang berjoget sambil bernyanyi di atas panggung.
Pertunjukkan yang komunikatif sepertinya memang menjadi andalan Afgan, karena setelahnya Ia kembali menyempatkan diri mengajak penonton berdialog santai dan ringan. Sepertinya, Afgan memang senang mengajak audiensinya untuk “berjoget” bersama.
Pentas seni Atma Asta bertajuk Ratetra memang dipersiapkan dengan matang. Semua lagu ditampilkan dengan konsep video dan tata cahaya yang ajaib. Masing-masing lagu pun mengahadirkan daya magis yang berbeda ketika dipersembahkan pada penikmatnya.
Selama pentas seni digelar, para bintang popular berhasil menggiring saya untuk merenung, menghayal dan tercengang menikmati setiap pertunjukan. Malam itu Atma Asta bukan hanya mempersembahkan sajian musik, tapi juga menyimpan memori bagi setiap orang yang menyaksikannya.
Meski tidak semua lagu yang disajikan akrab di telinga, tetapi para penonton seolah terhipnotis dengan menikmati setiap detail pentas seni yang disajikan. Mulai dari tata lampu, videografi, dan pengeras suara yang berkualitas membuat pendengaran saya selalu terjaga. Seolah semua panca indra bisa menikmati pertunjukan pentas seni Atma Asta ini.
Pertunjukkan yang komunikatif sepertinya memang menjadi andalan Afgan, karena setelahnya Ia kembali menyempatkan diri mengajak penonton berdialog santai dan ringan. Sepertinya, Afgan memang senang mengajak audiensinya untuk “berjoget” bersama.
Pentas seni Atma Asta bertajuk Ratetra memang dipersiapkan dengan matang. Semua lagu ditampilkan dengan konsep video dan tata cahaya yang ajaib. Masing-masing lagu pun mengahadirkan daya magis yang berbeda ketika dipersembahkan pada penikmatnya.
Selama pentas seni digelar, para bintang popular berhasil menggiring saya untuk merenung, menghayal dan tercengang menikmati setiap pertunjukan. Malam itu Atma Asta bukan hanya mempersembahkan sajian musik, tapi juga menyimpan memori bagi setiap orang yang menyaksikannya.