Mohon tunggu...
Raditya Adrimurlan
Raditya Adrimurlan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Inggris

Saya perlahan akan mengubah dunia dengan cara yang Insya Allah positif dan tidak merugikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jumlah WNI Dengan Pola Pikir Dewasa yang Masih Minim

26 Juli 2023   10:00 Diperbarui: 26 Juli 2023   10:17 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam berinteraksi terhadap sesama makhluk sosial pada umumnya, diperlukan pemilihan kata hingga kalimat bertujuan baik yang dapat membuat satu atau lebih lawan bicara nyaman. Tidak hanya itu, dalam menyampaikan atau mengomentari sesuatu---baik di dunia nyata maupun di sosial media---pun juga demikian. Namun, pemilihan kata dan kalimat yang ingin disampaikan itu diawali dari pola pikir kita masing-masing, apakah pola pikir kita dewasa apa masih kekanak-kanakan. Tambahan pula, mengutarakan atau menyampaikan sesuatu tanpa menjaga sikap, mengatur volume suara, melihat keadaan sekitar, bahkan mementingkan kekurangan maupun nasib lawan bicara juga termasuk pola pikir yang belum dewasa.

Sejak kecil, kebanyakan dari kita diajarkan sopan santun dan saling menghargai satu sama lain. Akan tetapi, hal tersebut percuma diterapkan jika di Indonesia ini masih banyak orang-orang yang belum bisa menerapkannya pula. Maka dari itu, saya akan menjelaskan beberapa hal di esai ini tentang mengapa jumlah WNI dengan pola pikir dewasa masih minim. Berbicara soal pola pikir yang dewasa, saya akan menjelaskan sedikit tentang apa yang dimaksud dengan kedewasaan. Menurut yang saya ketahui, Kedewasaan yakni kemampuan yang absolut dalam berpikir, bersikap, bertindak dalam mengambil suatu keputusan dengan bijaksana dan terkoordinasi dengan baik. Pada umumnya, kedewasaan seseorang dipengaruhi oleh usia, pengetahuan, kemampuan, kebiasaan, dan pengalaman hidup. Namun ada beberapa aspek yang juga dapat menjadi alasan bertahannya eksistensi kedewasaan dalam diri seseorang.

Secara biologis dan genetika, kedewasaan seseorang dapat ditunjukkan bahwa orang tersebut memang merupakan keturunan langsung dari orangtua yang memiliki sikap dan pola pikir yang dewasa pula, hanya saja orang tersebut juga harus menyesuaikannya dengan lingkungan sekitar seiring berkembangnya zaman. 

Dari segi psikologi, kedewasaan seseorang tampak dari kematangan sikap dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu permasalahan; antara lain tidak emosional, memperhatikan kelebihan-kekurangan pada banyak orang, dan tidak hanya berorientasi pada diri pribadi. Dari segi sosial, kedewasaan seseorang terlihat dalam sikap pada orang atau makhluk lain, mampu menerima perbedaan dengan lapang dada, mengerti, memahami, serta bisa memaafkan suatu kesalahan. Akan tetapi, jangan lupa juga bahwa ada beberapa jenis orang yang lebih baik dihindari agar lingkungan sosial tetap damai. Dari segi edukasi, kedewasaan tampak pada akhlak murid, upaya untuk memperbaiki diri, dan memperbanyak wawasan agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah maupun lingkungan umum---yang pada dasarnya mereka bertemu bermacam-macam jenis masyarakat dan memahami mereka pula.

Beralih ke tempat kita tinggal, Indonesia dikenal sebagai negara dengan sumber daya manusia yang masih terbilang kecil. Negara kita ini juga sempat mendapatkan julukan "Macan Asia yang Tertidur" dari beberapa negara dikarenakan negara ini memiliki potensi akan memulai masa keemasannya, hanya saja rakyatnya banyak yang pemalas. 

Selain dikenal sebagai negara dengan masyarakatnya yang santai dan malas, ada beberapa alasan mengapa sumber daya manusia di Indonesia masih belum berkembang maju; antara lain beberapa orang masih tidak taat aturan, belum peka terhadap kebersihan lingkungan, suka menunda-nunda, tidak memperdulikan diri sendiri maupun sekitarnya, bertingkah maupun bertindak seenaknya hingga melakukan tindakan yang tidak patut dicontoh, memperpanjang masalah yang seharusnya diselesaikan secara dewasa, membenarkan yang salah, menyalahkan yang benar, menyinggung orang lain, dan lain sebagainya. Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan dari masyarakat Indonesia masih belum memiliki kedewasaan dalam diri mereka masing-masing.

Untuk mengatasi itu semua, diperlukan cara dan upaya untuk berpikir sekaligus bertindak dewasa dimanapun dan kapanpun. Pertama, utamakan diri sendiri. Pada dasarnya, mengutamakan diri sangatlah penting karena mengembangkan juga mengatur diri---entah dari segi pengetahuan, kemampuan, bahkan penampilan hingga kebersihan diri juga tak kalah penting---dapat melancarkan segala urusan di lingkungan sosial berkat kepercayaan diri dan kecerdasan kita dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Itulah sebabnya, masing-masing dari kita perlu menerapkan ilmu-ilmu yang mengajarkan kita cara bersikap profesional di lingkungan sosial.

Selanjutnya, mintalah nasehat dan saran dari orang-orang terdekat, seperti keluarga dan teman yang bisa dipercaya. Sebelum kita ingin berinteraksi dengan teman-teman atau orang lain, sebaiknya kita belajar dari orang-orang terdekat kita bagaimana cara bertindak dewasa ketika berinteraksi dengan orang lain guna menjaga nama baik diri sendiri maupun orang-orang terdekat. Sisanya, kita harus banyak mencari wawasan dari sumber apapun itu seperti buku self-help, video YouTube, dan masih banyak lagi. Memang dalam mencari dari sumber-sumber tersebut terdengar sangat sepele bagi sebagian besar dari kita. Namun, upaya tersebut tetap tidak bisa kita remehkan begitu saja karena pada dasarnya, bagi siapapun yang melaksanakan sesuatu dari nol, sedikit demi sedikit, bagaimanapun caranya, serta seberapa mampu kita dalam melaksanakan itu semua, maka tujuan kita akan lebih mudah tercapai tanpa kendala.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun