Tak hanya aspek visual yang di elevate kualitasnya dari film yang pertama, namun dari segi musik dan scoring composer Daniel Pemberton juga mampu outdid himself dan membuat score yang lebih impressive dan groundbreaking ketimbang dari Into the Spider-Verse. Dengan pendekatan yang tak jauh berbeda dengan film yang pertama, dimana Pemberton berusaha untuk mencampurkan berbagai instrumen serta elemen kedalam score Across the Spider-Verse.Â
Tentunya, masih ada perpaduan harmonis antara orchestra dengan elemen-elemen hip-hop serta turntables seperti pada film pertama. Namun kali ini, Pemberton bereksperimen dengan memadukan berbagai macam jenis instrumen, teknik serta genre untuk membangun suara yang ada dari berbagai dimensi.Â
Seperti Spider-Gwen dengan musik dreamy pop-synth nya, lalu ada Spider-Man 2099 dengan musik tekno futuristiknya, Spider-Man India dengan musik Indian acid rave nya, serta Spider-Punk tentu dengan musik punk rock nya. Bahkan score film ini juga memiliki operatic section yang digunakan sebagai main theme untuk karakter Vulture.Â
Perpaduan dari berbagai instrumen, elemen, teknik, serta genre ini di lakukan dengan begitu hati-hati sehingga mampu menghasilkan satu perpaduan musik yang mampu menyatukan berbagai dimensi ini menjadi satu kesatuan yang harmonis. I mean where else could you hear a synthetizer, electronic, rock drum, punk guitar, AND orchestra being played on the SAME TRACK.
Masih soal musik, album soundtrack dari film ini juga tak kalah ikoniknya dengan soundtrack dari Into the Spider-Verse. Meskipun tidak ada lagu yang mampu menyaingi kepopuleran dari "Sunflower" yang ada pada film pertamanya, album soundtrack Across the Spider-Verse ini overall is much more well produced apabila dibandingkan dengan soundtrack film yang pertama. Hal ini karena berbeda dengan soundtrack Into the Spider-Verse, soundtrack dari Across the Spider-Verse di produce oleh produser Hip-Hop ternama Metro Boomin. Â
D. A Hero, Across the Multiverse
If Into the Spider-Verse is about knowing that with great power, comes great responsibility. Then Across the Spider-Verse is about knowing where that responsibility lies. Across the Spider-Verse merupakan sebuah cerita tentang perjalanan diri and how we must embrace ourselves. Pesan serta tema besar yang diangkat oleh film ini adalah how we need to tell our own stories and carve our own destiny. Don't let the world dictate the way we lives our life.
Sama halnya seperti Into the Spider-Verse naratif dari film ini, apa bila kita lihat dari permukaannya saja it's still your classic summer blockbuster stories with a huge cinematic event. Namun ketika dilihat lebih dalam, cerita dari Across the Spider-Verse sangatlah personal dan emosional. It's very much a character driven film. Dimana kita bisa melihat lebih dalam hubungan antara Miles dengan orang tuanya, serta bagaimana perannya sebagai Spider-Man mempengaruhi hubungan tersebut. Â
Selain keluarga Morales, kita juga dapat mengetahui lebih dalam mengenai karakter-karakter pendukung lainnya. Berbeda dengan Into the Spider-Verse, pada film ini setiap karakter selalu mempunyai kesempatan untuk benar-benar bersinar dan menunjukkan personality mereka. Each and every one of them, are fully fleshed out with depth yang membuat kita mampu terhubung dengan karakter-karakter tersebut secara emosional regardless of their screentime.Â
Salah satu kritikan yang sering saya dengar mengenai film ini adalah bagaimana character arc dari Miles pada film ini belum selesai sehingga memberikan kesan kalau Across the Spider-Verse is not complete. Tapi, sebenarnya ada one complete arc yang diberikan oleh film ini melalui karakter Gwen Stacy. Sadar atau tidak, Gwen melalui a complete character journey pada film ini. Kita melihat masa lalu dari Gwen yang membuat kita lebih memahami personality dirinya, kita juga melihat konflik personal antara Gwen dengan ayahnya, kemudian kita juga diberikan resolusi terhadap konflik tersebut. These personal and intimate moments is what makes the story in Spider-Verse felt so special and unique. It was something that has been missing from the majority of Superhero films.