Sebagai manusia yang hidup sudah menjadi kebiasaan untuk bepergian, di era modern ini berbagai macam moda transportasi yang dapat dipilih, mulai dari sepeda hingga pesawat terbang. Untuk mengakomodasi lalu lintas kendaraan-kendaraan tersebut maka kota masa kini dirancang sedemikian rupa untuk hal tersebut. Namun sayang, banyak kota yang mengesampingkan bahkan tidak menyediakan infrastruktur dan fasilitas untuk metode transportasi paling dasar : Jalan Kaki.
Definisi Jalan Kaki
Berjalan, melangkahkan kaki bergerak maju (KBBI, Oktober 2023), pasti dilakukan oleh semua orang yang mampu melakukannya. Jalan kaki adalah moda transportasi paling sederhana dan paling sering digunakan mulai dari berjalan di dalam rumah sampai bepergian di dalam kota semuanya dapat dilakukan dengan jalan kaki.
Rintangan Berjalan Kaki di Kota
Sayangnya, rancangan kota saat ini jarang yang memenuhi atau setidaknya menyediakan kebutuhan pejalan kaki. Banyak kota lebih fokus pada infrastruktur untuk kendaraan bermotor jalan raya yang lebar, area parkir yang luas, serta jalan tol berlajur banyak yang memakan banyak lahan. Rancangan kota seperti ini memiliki nama car-centric planning atau perencanaan yang berfokus pada mobil/kendaraan bermotor.Â
Kota yang seperti ini menyulitkan para pejalan kaki untuk bepergian di dalam kota karena bukan hanya jalan kaki menjadi tidak nyaman dan mudah, melainkan juga menjadi sangat tidak aman. Contoh ketika berjalan menjadi tidak aman adalah ketika trotoar tidak tersedia dan/atau terhalang oleh pedagang pinggir jalan atau pepohonan dan tiang listrik yang diletakkan asal-asalan.Â
Pada kondisi tersebut pejalan kaki terpaksa untuk turun ke jalanan aspal yang meningkat risiko pejalan kaki terserempet oleh kendaraan yang melintas, hal ini diperparah karena kota yang didesain untuk memprioritaskan kendaraan bermotornya khususnya mobil akan membuat pengendaranya berkendara dengan kecepatan yang cepat dan membahayakan.
Hal ini dibuktikan oleh beberapa data dan penelitian yang menunjukkan bahwa kota-kota dengan desain yang memprioritaskan kendaraan bermotor cenderung memiliki angka kecelakaan pejalan kaki yang lebih tinggi. Sebagai contoh, menurut laporan WHO tahun 2022, lebih dari 25% kematian akibat kecelakaan lalu lintas di dunia melibatkan pejalan kaki, sebagian besar terjadi di wilayah perkotaan yang kurang menyediakan infrastruktur pejalan kaki yang memadai.
Studi lain yang dilakukan oleh ITDP (Institute for Transportation and Development Policy), institut non-profit yang mengembangkan dan mengadvokasikan penggunaan bus, sepeda, dan pedestrian, juga menemukan bahwa kota-kota dengan desain car-centric memiliki tingkat polusi udara yang lebih tinggi akibat emisi kendaraan bermotor. Hal ini tidak hanya membahayakan kesehatan warga, tetapi juga berkontribusi terhadap perubahan iklim.Â
Selain itu, ITDP menyebutkan bahwa jalan-jalan kota yang tidak memiliki fasilitas seperti trotoar atau jalur pejalan kaki yang memadai menyebabkan rendahnya jumlah orang yang berjalan kaki, meskipun jarak antar tempat sebenarnya tidak terlalu jauh.
Riset dari Urban Land Institute menunjukkan bahwa kota yang tidak ramah pejalan kaki memiliki kualitas hidup yang lebih rendah. Hal ini dikaitkan dengan meningkatnya pengidap penyakit kronis seperti obesitas, diabetes, dan penyakit kardiovaskular, yang sebagian besar terkait dengan rendahnya tingkat aktivitas fisik.
Kenapa harus jalan kaki?
Berjalan kaki memiliki banyak manfaat, baik bagi orang-orang yang melakukannya maupun lingkungan. Bagi para pejalan kaki, berjalan kaki bukan hanya sekadar aktivitas fisik yang menyehatkan, melainkan juga sebagai moda transportasi yang murah. Bagi lingkungan di kota, meningkatnya jumlah pejalan kaki dapat membantu mengurangi polusi udara, menekan angka kemacetan, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Dengan kata lain, kota yang ramah pejalan kaki dapat menciptakan suasana yang lebih hidup, lebih sehat, dan lebih berkelanjutan.
Lalu, Apa?
Tentu saja manfaat-manfaat dari berjalan kaki tersebut tidak akan bisa dirasakan apabila yang jalan kaki saja tidak ada, apabila penduduk kota sebagai yang melakukan transportasi dengan berjalan kaki saja malas untuk bepergian dengan berjalan kaki, dan juga apabila tidak ada infrastruktur berjalan kaki yang layak apakah pantas kita untuk sepenuhnya menyalahkan mereka.
Bukan hal yang aneh jika banyak orang yang  untuk berjalan kaki di kota-kota yang tidak mendukung. Tidak adanya trotoar yang layak, jarak yang terlalu jauh antar tempat, hingga cuaca panas yang tidak tertangani dengan baik, semua itu dapat memengaruhi keinginan seseorang untuk berjalan kaki.Â
Tanpa adanya perencanaan yang mempertimbangkan kebutuhan dasar pejalan kaki, kota menjadi tempat yang kurang ramah bagi mereka yang ingin menjelajahi ruang publik dengan berjalan kaki.
Sebagai solusi, beberapa kota di dunia telah mengadopsi konsep kota ramah pejalan kaki atau walkable city. Konsep ini mengutamakan pada pengurangan dominasi kendaraan bermotor di ruang kota dan meningkatkan aksesibilitas serta keamanan bagi pejalan kaki.Â
Misalnya, kota-kota seperti Kopenhagen dan Amsterdam telah membangun jalur pedestrian yang luas, aman, dan nyaman yang terintegrasi dengan transportasi umum. Hal ini tidak hanya mengundang masyarakat untuk lebih banyak berjalan kaki, tetapi juga menciptakan pola hidup yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H