Persepsi Terhadap Jala Tebar
Jala Tebar merupakan alat penangkapan ikan sederhana yang prinsipnya mengurung ikan sehingga ikan tidak bisa lepas. Alat tangkap ini dioperasikan dengan dilempar pada tempat yang  diduga  menjadi tempat  berkumpulnya  ikan target tangkapan. Dengan teknik tertentu, Jala Tebar dapat terbuka lebar  dan mengurung ikan.
Jala Tebar menjadi salah satu alat tangkap yang dapat ditemui di Waduk Gajah Mungkur Kabupaten Wonogiri. Biasanya alat tangkap ini dioperasikan pada perairan jernih di tepi waduk dan inlet-inlet sungai untuk menghindari jaring yang sobek akibat tersangkut.
Beberapa orang menganggap Jala Tebar dianggap sebagai alat tangkap yang kurang menarik bahkan penelitian tentang alat tangkap ini jarang ditemui karena pengoperasian yang sederhana dan dianggap kurang ekonomis. Benarkah demikian?
Nelayan Jala Tebar
Jala tebar masih digunakan oleh beberapa nelayan di Waduk Gajah Mungkur. Salah satu nelayan Jala Tebar adalah Mariman. Mariman merupakan kepala kelompok nelayan di Desa Sendang. Sehari-harinya bekerja sebagai nelayan dan mulai berangkat mencari ikan saat pagi hari dan kembali pada siang hari. Mariman biasanya menangkap ikan di daerah Gamping, Nguntoronadi dengan perjalanan sekitar 15 menit menggunakan perahu motor tempel.
Mariman mengutarakan bahwa target tangkapan Jala Tebar adalah Ikan Nila. "Biasanya ikan yang didapat Ikan Nila, kalau pas musim puncak bisa menangkap sampai 20kg sekali berangkat", ujarnya. Mariman menjual hasil tangkapan kepada pengepul dengan harga Rp18.000,00. Hal ini berarti nelayan Jala Tebar mampu menghasilkan pendapatan kotor mencapai Rp360.000,00/trip. Jumlah ini tergolong tinggi dan menunjukkan bahwa alat tangkap Jala Tebar tergolong salah satu alat tangkap yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Jala Tebar menurut Dinas Perikanan dan Kelautan dan Peternakan Kabupaten Wonogiri
Menurut keterangan dari Agus sebagai pegawai Bidang Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Wonogiri, Jala Tebar merupakan alat tangkap yang unik dan menarik. "Jala Tebar ini tergolong unik, karena terdapat berbagai macam ukuran mata jaring yang disesuaikan dengan musim dan ikan target tangkapan. Jala Tebar ini juga menarik, karena tidak sembarang orang bisa mengoperasikannya, nelayan Jala Tebar yang ditemui hanya nelayan itu-itu saja dan kebanyakan sudah berumur (tua)", tuturnya.
"Ada salah satu nelayan yang dianggap sebagai 'Master' Jala Tebar, Dia bisa tau kapan ikan akan naik ke sungai dan kemudian menangkapnya, padahal hanya menggunakan insting dan pengalaman saja", tambah Agus.
Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Wonogiri tahun 2022 menunjukan jumlah alat tangkap Jala Tebar merupakan alat tangkap ketiga yang banyak digunakan nelayan setelah Jaring Insang (Gill Nets) dan Pancing.Â
Meskipun begitu, alat tangkap pancing hanyalah alat tangkap yang digunakan sebagai hobi walaupun jumlahnya banyak. Jala tebar berjumlah 87 buah pada tahun 2022, tetapi jumlah ini belum semua masuk ke dalam data. Sedangkan Jaring Insang dan Pancing masing-masing berjumlah 1.896 dan 522 buah. Total produksi ikan dengan alat tangkap Jala Tebar mencapai 46.469 kg pada tahun 2022. Data menunjukkan bahwa alat tangkap ini tergolong ekonomis dan dapat menghasilkan produksi yang tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H