Seperti halnya tokoh Suman , ia mengalami bagaimana pada masa itu para penjajah yang rakus ,loba,tamak dan tidak berperikemanusiaan  mengeruk dan menguras semua kekayaan negeri jajahan mereka sampai ludes dan tandas.Sedangkan kaum " Boemi Poetra" pemilik dan pewaris sah negeri yang di jajah ,mereka biarkan tetap miskin ,melarat dan bodoh .
Banyak  masyarakat pada masa itu di rudapaksa oleh penjajah ,mereka di pekerjakan selayaknya buruh di negeri sendiri sehingga hasil pertanian yang mereka dapat di nikmati oleh orang asing dan mereka tidak mendapatkan upah sepeserpun.
E.B Surbakti menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu dalam novel ini .Hal ini memungkinkan pembaca untuk mengetahui isi pikiran dan perasaan berbagai karakter.Hal itu juga bisa kita lihat dalam diri sosok karakter Suman ia memiliki semangat nasionalisme dan kecintaan terhadap tanah air .
Suman dan para tokoh lainnya rela berkorban untuk kemerdekaan Indonesia .Ia sampai hampir gugur dalam memperjuangkan wilayahnya,namun dewi fortuna masih berpihak kepadanya sehingga selamat dari maut karena sergapan penjajah,maupun karena pertarungan sia-sia sesama anak bangsa.
Suman ,tidak memiliki secarik kertas pun tentang  catatan perjuangannya.Jangan mencari namanya dalam buku-buku sejarah lokal apalagi nasional.Ia tidak di kenali kecuali oleh orang-orang sekampungnya. Baginya,Kemerdekaan negeri ini sudah lebih dari segalanya " Anugerah terbesar yang bisa aku nikmati adalah kemerdekaan negeri ini" katanya suatu hari.
Nilai budaya Indonesia  dalam novel lembayung merah ini juga di masukkan,seperti adat istiadat,tradisi dan kepercayaan .
Sosok suman adalah individu yang sangat taat dan melaksanakan dengan sungguh-sungguh budaya kebiasaan ,adat - istiadat ,dan ritual nenek moyangnya,baginya kehilangan budaya nenek moyangnya sama artinya dengan menghapus identitas atau menghilangkan jati dirinya dari muka bumi.
Sebagai tokoh panutan di desanya ,Suman tidak pernah goyah dengan " budaya baru" yang ditawarkan dan diusung oleh paham "modernisme" yang kini banyak digandrungi oleh kaum muda di daerahnya.Contoh paling nyata adalah pergeseran pola berkeseniaan anak-anak muda di daerah ini.
Pada zaman dahulu angklung,gamelan dan kecapi di pakai untuk pagelaran seni di suatu daerah serta masih terus lestari,namun di zaman setelah kemerdekaan ini suman merasakan bahwa bentuk penjajahan bukan hanya tentang perang dengan senjata tetapi juga secara halus dengan teknologi  yang semakin canggih dari luar seperti  alat musik elektronik bisa di mainkan " sambil tidur ",katanya.Hal tersebut tentu dapat melunturkan budaya lokal.
" Sepanjang -panjangnya jalan,pasti ada tikungannya",( Longest lane,must have returning),katanya.Peribahasa ini sangat cocok untuk menggambarkan perjalanan hidup Suman.Sebagai pelaku sejarah ,pasti ada peristiwa yang membuatnya senang dan bangga.Namun ,di dalam lubuk hatinya yang terdalam pasti ada juga peristiwa yang membuatnya terenyuh.
Hari -hari menjelang hari akhir hidupnya,suman kadang-kadang pergi ke "Juma Leper",menatap lembayung merah di ufuk Barat.Di tempat itu ,dahulu ia pernah berjanji ,bahwa selama lembayung merah masih tetap bersinar di ufuk Barat,maka selama itu pula ia akan tetap setia menanti datangnya perubahan.