Mohon tunggu...
Radit DwiPratomo
Radit DwiPratomo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Tidak ada hobi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gajah Mada Bergelut dalam Takhta dan Aksara

14 September 2023   08:16 Diperbarui: 14 September 2023   08:44 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

ORIENTASI 

     Cerita macam itu berkembang ke arah salah kaprah. Entah siapakah yang bercerita, kabut tebal itu memang disengaja oleh para dewa di kayangan agar wajah cantik para bidadari yang turun dari kayangan melalui pelangi jangan sampai dipergoki manusia. Para bidadari itu turun untuk memberikan penghormatan kepada satu-satunya wanita di dunia yang terpilih sebagai sang Ardhanareswari, yang berarti wanita utama yang menurunkan raja-raja besar di tanah Jawa ini. Maklum sebagai sang Ardhanareswari , Ken Dedes adalah
titisan dari Pradnya Paramita, dewi ilmu pengetahuan.

PENGUNGKAPAN PERISTIWA 

     Akan tetapi, tidak demikian dengan anjing yang menggonggong sahut-sahutan ramai sekali. Apa yang dilakukan anjing itu laporannya akhirnya sampai ke telinga Gajah Mada. Gajah Enggon yang meminta izin untuk bertemu segera melepas warastra, sanderan dengan ciri-ciri khusus yang dibalas Gajah
Mada dengan anak panah yang sama melalui isyarat khusus pula. Dari jawaban anak panah itu Gajah Enggon dan Gagak Bongol  mengetahui di mana Gajah Mada berada. Gagak Bongol dan Enggon segera melaporkan temuannya. "Ditemukan mayat lagi, Kakang Gajah," Gajah Enggon melaporkan. Gajah
Mada memandangi wajah samar-samar di depannya. "Mayat siapa?"

MENUJU KONFLIK 

    Gajah Mada merasa tak nyaman memperoleh laporan itu. Orang yang mampu melepas anak panah dengan sasaran sulit pastilah orang yang sangat menguasai sifat gendewa dan anak panahnya. Orang yang mampu melakukan hal khusus macam itu amat terbatas dan umumnya ada di barisan pasukan Bhayangkara. Adakah prajurit Bhayangkara yang terlibat?

PUNCAK KONFLIK

    "Dan kami temukan mayat kedua," Gagak Bongol menambahkan."Pelaku pembunuhan menggunakan anak panah itu mati dipatuk ular. Mayatnya dicabik-cabik beberapa ekor anjing. Pembunuh yang terbunuh ini, menyisakan jejak rasa kecewa di hati kita, Kakang. Aku tahu, Kakang Gajah pasti kecewa mengetahui siapa dia?"


Gajah Mada menengadah memandang langit. Namun, tak ada apa pun
yang tampak kecuali warna pedhut yang makin menghitam legam.


"Bhayangkara?"


"Ya," jawab Gagak Bongol. "Siapa?" lanjut Gajah Mada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun