Mendekati pukul tiga sore, tujuh pemain itu berhenti melakukan aksinya, dan Toni Broer memberikan instruksi agar kami semua berkumpul di tengah pelataran. Ia pun mulai membuka diskusinya dengan menyuruh kita memberikan komentar terhadap apa yang baru saja kami saksikan. Pengalaman menonton orang-orang ini mengeksplorasi objek di sekitarnya tentu saja merupakan sebuah ilmu baru yang langka. Saya pun tepekur. Masihkah selama ini saya merasa biasa-biasa saja saat menonton berita pembunuhan di TV? Atau masihkah selama ini saya merasa acuh terhadap fenomena orang-orang Afghanistan yang bahkan dalam tidurnya saja harus waspada terhadap bom tiba-tiba?
"Gimana bisa lo mau peduli ama orang? Lo liat orang lain aja kagak peduli! Lo gak merasa kalo tubuh lo itu tubuh dia juga. Yang lo lakuin kan pengennya diliat indah mulu ama orang. Lu gak siap dibilang jelek sama orang, tau ga lo. Lu harus inget kalo tubuh kita semua ini sama sebetulnya. Mau lu orang Eropa, Asia, Afrika, tubuh lo universal. Permasalahannya sekarang tinggal lo nanya..."
Lo mau peduli gak sama tubuh lo sendiri?
Sepulang dari workshop, saya tepekur sepanjang malam, dan, semoga saja, entah sampai kapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H