Mohon tunggu...
Radinal Mukhtar
Radinal Mukhtar Mohon Tunggu... -

Penulis buku Peaceful Jihad For Teens (Gramedia 2011). Halaman kompasiana ini saya buat untuk membicarakan panjang lebar tentang buku tersebut. Semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tadarus #1: Bulan Penuh Ampunan Telah Datang

31 Juli 2011   23:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:12 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Itu hanya satu dari sekian banyak ucapan untuk meminta maaf kepada sesama rekan, teman, atasan, bahkan bawahan. Anak kepada orang tua, murid kepada gurunya. Saudara kepada kerabatnya, teman terhadap sahabatnya. Setiap orang meminta maaf. Maka layaknya jika demikian adalah, setiap orang pun akan memaafkan. Dengan demikian, momen bangkit di bulan Ramadhan dapat diraih, setidaknya semangat yang tinggi sudah didapat.

Persoalan meminta maaf dan memaafkan, memang, terkadang lebih kepada masalah hati ketimbang lidah. Bisa saja, ketika ada sebuah kesalahan, lisan secara langsung meminta maaf dan mengakui kesalahan. Atau jika dimintai maaf, maka tanpa menunggu waktu lidah berujar bahwa pribadi tersebut telah melapangkan dada untuk memaafkan kesalahan. Namun tidak dengan hati, terkadang ada yang membakar. Tak jelas persoalannya. Bahkan, saya sendiri sering membayangkan hal yang tidak-tidak jika saja saya tidak memaafkannya, lantas memukulnya, ia memukul saya, kami pukul-pukulan, begitu seterusnya. Semakin panas saja jika terus dibayangkan. Seiring dengan panasnya hati yang tidak bisa memaafkan.

Terkadang, persoalan susahnya memaafkan terkait erat dengan efek trauma dalam diri seseorang. Seorang yang sekali bersalah, tentunya, lebih mudah untuk memaafkannya ketimbang orang yang berkali-kali salah dengan kesalahan yang sama. Seakan-akan ingin mempermainkan pemberian maaf yang kita berikan, kesalahan tetap dilakukan. Hal ini yang seringkali menjadi penghambat seseorang untuk memberi maaf kepada rekan, teman, atasan, bawahan dan orang lain yang berada di lingkungannya. Padahal, jika kita berpikir lebih jernih, sekotor apa pun masa lalu seseorang, masa depannya tetaplah suci: belum tersentuh oleh apa pun dan dapat diisi dengan kebaikan bahkan kejahatan.

*****

Dalam kehidupan nyata, kita sering kali mendengar ada banyak orang yang celaka karena tidak memperoleh maaf dari orang yang pernah ia sakiti. Saya rasa tidak perlu untuk menyebut mereka satu per satu karena setiap orang pasti memiliki sosok yang pernah didengar melakukan kesalahan sehingga mendapatkan balasan setimpal dari apa yang ia lakukan, karena tidak sempat untuk meminta maaf secara langsung atas kesalahannya tersebut. Nah, di bulan penuh berkah, penuh ampunan dan penuh kebersamaan itulah, kiranya saya pribadi meminta maaf pada teman-teman semua.

Butuh waktu singkat untuk PDKT, kadang hanya satu sms untuk mengatakan putus.//Karena Ramadhan dah menghampiri kite-kite, yuk saling memaafkan agar salah dan khilaf dapat terhapus

Terkadang membosankan saat memiliki, namun terasa begitu merindu ketika kehilangan//Kadang ada hal yang menyakiti, sekali lagi mohon maaf mumpung bulan Ramadhan

Cinta tak selalu harus berupa kata, karena ia sebenarnya hanya perlu dirasakan//Ini pesan dari pribadi saya, mari menyambut bulan penuh keberkahan ampunan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun