Mohon tunggu...
Radiman Siringoringo
Radiman Siringoringo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - mahasiswa

saya seorang mahasiswa yang keseharian saya adalah menulis, dengan tujuan untuk menuangkan ide saya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tafsiran Ratapan 5:1-22, "Pengharapan di Tengah Penderitaan"

7 November 2024   19:47 Diperbarui: 7 November 2024   20:05 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

            Selanjutnya sang nabi meminta untuk melihat kehinaan mereka. Kata lihatlah dalam Bahasa Asli berasal dari kata , dalam bentuk hip, imperative, yang artinya behold. Dalam tradisi semetik perkataan lihatlah sering disandingkan dengan kehidupan. Misalnya, lihat matahari mengacu kepada kehidupan yang penuh dan bahagia[10].   kata lihatlah berarti upanya untuk mendapatkan bantuan ilahi, upanya yang sendirinya menjamin bantuan ilahi. Sang nabi berharap supanya Allah memberikan kehidupan kebebasan kepada bangs itu. Namun yang menjadi pertanyaan, Mengapa mereka meminta perotolongan kepada Tuhan? Apa dasar mereka memohon pertolongan kepada Allah? Inilah yang akan kitab bahas di point selanjutnya.  

2.2. Dasar Permohonan sang nabi (Ayat 2-18)

Setelah sang nabi, meminta supaya Allah mengingat mereka, dan melihat mereka. Sebagaimana Allah yang dahulu setia dan menolong umat-Nya ketika di dalam kesusahan. Tetapi hukuman Allah tidak dapat dielakkan bagi bangsa Israel.  Sang nabi tau bahwa Allah setia kepada umat-Nya, dan setia kepada perjanjaian-Nya. Sehingga dengan itu (1), sang nabi menceritakan apa yang saat itu mereka alami. Berikut penghukuman yang Allah berikan kepada bangsa itu:

            2. 1. Penderitaan kemiskinan (Ay. 2-10)

Pada bagian ini, sang nabi memperlihatkan formula penderitaan yang mereka alami, milik pusaka beralih kepada orang lain, dan rumah-rumah  mereka kepada orang asing. Hukuman Allah diperlihatkan dengan kerugian ekonomi yang dimulai dengan hilangnya tanah dan rumah. Frasa milik pusaka dalam bahasa aslinya dalam bentuk feminim jamak yang artinya warisan-warisan. Harta yang mereka miliki yang turun-temurun diberikan kepada mereka,  sekarang sudah sudah diberikan kepada orang lain. Tidak sekedar kehilangan harta dan warisan. Duane Garret menyatakan pengunanaan kata tidak dapat dipisahkan dengan istilah teologis. Kata  harus dihubungkan dengan tanah dalam konteks pembagian tanah Kanaan. Dimana tanah/warisan adalah bukti nyata kehadiran dan relasi akan akan umat-nya. Kehilangan tanah berarti perhatian Allah beralih kepada bangsa asing akibat dosa mereka[11].

Setelah sang nabi menggambarkan hilangnya warisan bangsa Israel, kemudian ia Melanjutkan kekurangan sumber daya keluarga. Sang nabi menyebut bahwa bangsa itu sudah menjadi yatim. Menggunakan istilah "Yatim" dan seperti "janda" memungkinkan puisi itu membangkitkan emosi sang nabi. Ini juga yang memungkinkan orang yang berdoa untuk membawa keseluruhan situasi yang mengerikan kepada Yhwh.

Duane Garret menyatakan mereka sebagai Yatim, ini berkaitan dengan keadaan perang yang terjadi pada masa itu. Kaum laki-laki berperang dan mereka ditaklukkan, sehingga ayah-ayah mereka mati terbunuh dan istri mereka menjadi janda[12]. Kelihatanya keadaan ini sangat cocok dengan keadaan yang dialami oleh bangsa Israel ketika dijajah dan ditawan oleh Babel sendiri. Di sisi lain, Rankema menyebut bahwa mereka menjadi yatim, tiada Bapa, kata "Bapa" mungkin menujukkan bahwa bapa utama Israel, yaitu YHWH (lih. Hos. 11:1-4), telah meninggalkan mereka dan juga telah menyerahkan mereka kepada orang asing[13]. Yhwh yang sebagai Bapa perjanjian mereka telah mencabut warisan mereka dan menolak menganggap mereka warisannya (lih. 5:2). [14]Demikian juga Rudolf menyarankan bahwa Yerusalem sendiri mungkin adalah ibu yang dimaksud di sini, dan Yhwh sendiri sebagai Allah yang meninggalkan mereka.

Dari pendapat di atas penulis melihat bahwa kedua pandangan ini dapat saja diterima. Dimana sejarah Israel ketika pendudukan Babel oleh Nabukadnesar, bangsa itu ditindas sebagai mana layaknya penjajah, kemudian para laki-laki yang bijaksana di bawah ke babel sendiri, sehingga ada kemungkinan bahwa banyak laki-laki orang Israel yang dibawah, dan meninggalkan mereka begitu saja. Kemudian juga, bangs aitu juga mengalah sejarah perang yang hingga menimbulkan berbagai korban perang di kalangan Israel sendiri. Demikian juga halnya, bahwa Allah sudah meninggalkan bangsa Israel yang disebut sebagai Ayah mereka, tidak menolong dan membiarkan mereka begitu saja (lih. 5:20-22). Berarti di sini ada dua hukuman yang mereka alami.

Penghukuman selanjutnya yang mereka terima Air yang mereka minum harus dibayar, kayu yang dipakai harus dibeli (ay. 4). Kesengsaraan ini dipicu oleh penindasan, dan menyebabkan kelaparan, kekurangan serta menimbulkan kemiskinan. Mereka sebagai yang yang di jajah berarti mereka adalah budak di tanah mereka sendiri. Dengan identitas sebagai budak, bangsa Israel harus berada di bawah kekuasaan pemberi tugas yang paling keras. Mereka minum, ini merujuk ketika diperlakukan dengan pekerjaan paksa, tidak mempunyai waktu untuk beristirahat. Tetapi dengan adanya pemimpin yang tegas (jahat). Sebagai seorang budak, yang tampa rumah seperti yang disampaikan di atas, tidak akan mendapat makan, minuman secara cuma-cuma. Akan tetapi, bangsa itu harus bekerja dengan paksaan, tidak mempuyai waktu untuk beristirahat (ay. 5).

Kehidupan Israel begitu buruk dan menderita, Sang Nabi mengatakan mereka mengulurkan tangan kepada Mesir dan kepada Asyur. Bangsa Isarel mengklaim bahwa penderitaan saat ini sebagaian berasal dari aliansi buruk yang dibuat di masa lalu dengan orang lain.  Mereka mejalin kerja sama kepada bangsa Mesir dalam mempertahankan wilayahnya dari Asyur (Yer 40:11), dan kepada Asyur supanya kenyang. Frasa kepada asyur supaya kenyang Rankema berpendapat  bahwa orang Israel tertentu memilih pengasingan sukarela dan tunduk pada otoritas asing dengan harapan mereka medapat cukup makanan untuk memuaskan rasa lapar mereka[15].  Penderitaan bangsa itu semakin hari semakin besar, sehingga mereka tersadar (7), bahwa peristiwa semua itu karena kesalahan para Bapak-bapak mereka yang berbuat dosa tetapi mereka yang mendapat ganjarannya. Para pemerintah tidak ada lagi yang bisa melepaskan mereka.

2. 2. 1. Penderitaan dalam lingkup sosial (Ay. 11-14)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun