PENGHARAPAN DI TENGAH PENDERITAAN
Latar Belakang Kitab
Kitab Ratapan adalah sebuah karya anonym yaitu karya yang tidak jelas penulisnya[1]. Â Meskipun demikian, tradisi Yahudi menghubungakan Ratapan dengan Nabi Yeremia. Hubungan ini barangkali didasarkan pada salah paham terhadap pernyataan dalam II Tawarikh 35: 25 yang mengtakan bahwa "Yeremia membuat suatu syair ratapan mengenai Yosia[2]. Namun, belakangan ini banyak sarjana yang mengambil posisi netral dengan tidak terlalu memaksakan untuk menentukan identitas penulis secara spesifik. Seperti yang disampaikan oleh Andrew E. Hill, yang mengatakan bahwa kitab ini ditulis atau dikerjakan oleh orang yang tidak dikenal yang menyaksikan kejatuhan Yerusalem. Hal itu ia sampaikan, karena teks itu sendiri tidak mencatat apapun mengenai penulisnya[3]. Di pihak lain, Danis Green mengatakan bahwa kitab Ratapan ini ditulis oleh orang yang sezaman dengan Yeremia dan yang juga menyaksikan malapetaka yang menimpa Yerusalem pada tahun 587 SM[4]. Itu sebabnya, Green berksempulan dan sependapat dengan David L. Baker yang menyatakan bahwa penulis kitab Ratapan sampai saat ini belum ada kepastian tentang kepenulisnya[5].Â
Kitab Ratapan merupakan hasil dari kekalahan Yehuda yang membawa bencana dan dari pembuangan yang penuh penderitaan. Kesan yang jelas dalam ratapan 1- 4 menyatakan bahwa ratapan yang sangat sedih itu ditulis segera setelah kejatuhan Yerusalem[6].Demikian juga disampaikan oleh Andrew E. Hill, Jhon H. Walton, w.s Lasor dan Danis Green, bahwa kitab ditulis sesudah bangsa Israel diruntuhkan oleh Nabukadnesar sendiri. Kejatuhan bangsa Israel berkisar antara tahun 586-530, sehingga dapat dipastikan penulisan kitab Ratapan ditulis pada tahun sesudah 586-530[7]. Yang walaupun, Lasor sendiri  mengklaim bahwa Ratapan 5 ditulis ketika bangsa itu berada di pembuangan.Â
Kitap Ratapan merupakan tanggapan terhadap kehancuran Yerusalem dan Akibatnya, oleh pasukan Raja Nabukadnesar dari Babelonia pada tahun 587 SM. Kisah alkitabiah tentang penyerbuan Yehuda dan kejatuhan Yerusalem tercatat pada II Raj. 24-25 dan II Taw. 36.
   PEMBAHASAN
2.1. Â Doa yang memohon Rahmat Allah (Ayat 1-10)
   2. 1. 1. Permohonan sang nabi (Ay. 1)Â
      Pada bagian ini sang nabi menawarkan permohonan yang kuat agar Yahweh mamahami situasi umat dan bertindak atas nama mereka. Permohonan ini berdiri sendiri sebagai pengantar ratapan ini. Kedengaranya seruan ini seperti seperti panggilan sebelumnya kepada Tuhan, seperti yang ditemukan di 1:9c, 11, 20 dan 2: 20.
      Sang Nabi memulai permohonanya dengan mengunakan 3 permainan kata yakni; ingatlah, pandanglah dan lihatlah. Kata ingatlah muncul dalam 1:7, 9, 2:1 dan 3:19, 20. Dalam Bahasa asli kata ingatlah berasal dari kata dari kata dalam bentuk Qal imperative, yang artinya ingatlah. Kata pada bagian merupakan repsesentasi dari masalah lalu[8]. Kenyataanya, kata ingatlah merujuk relasi antara bangsa Israel ketika mengingat perbuatan Allah maupun ketika Allah mengingat perjanjian kepada Bapa leluhur, pada keluaran, dan pada masa pendudukan tanah Kanaan. Bagi Schottroff melihat sebagai ungkapan ketaatan yang terus menerus pada tradisi sejarah, yang berarti "memikirkan sesuatu melalui tindakan[9]. Dengan pengunaan kata ini, sang nabi memohon agar Allah mengingat (meyelamatkan) mereka seperti yang Allah lakukan di masa lalu.Â
      Kemudian sesudah sang nabi memohon kepada Allah untuk mengingat mereka, ia juga memohon supanya Allah memandang mereka, dan melihat kehinaan mereka. Menarik untuk diperhatikan sang nabi menapilkan dua kata yang sinonim, yaitu memandang dan melihat. Dalam Bahasa asli kata memandang berasal dari kata dalam bentuk Hip Imperative yang berarti look, Observe, contemplate. Sang nabi memohon kepada Allah untuk melihat, tidak hanya melihat tetapi mengobservasi dan merenung-renungkan peristiwa yang mereka hadapi.