Manusia Dalam Perpekstif Kristen
- Jawaban atas pertayaan, "Darimanakah manusia berasal?" itu penting untuk memahami siapakah manusia itu, namun jawaban itu tidak membritahukan segala sesuatu yang perlu kita ketahui. Kita masih bertanya makhluk yang bagaimana yang dijadikan oleh Allah ketika Ia menciptakan Manusia
- Terdapat berbagai cara yang dapat kita gunakan ketika kita berusaha membuat suatu defenisi tentang manusia. Salah satu diantaranya adalah menyelidiki apa yang dikatakan oleh alkitab tentang manusia. Kita mungkin akan menarik kesimpulan bahwa manusia pada dasarnya jahat; namun kita juga mungkin akan mendapati bahwa keadaan manusia kini berbeda dengan ketika dia baru diciptakan, serta bahwa telah terjadi sesuatu yang meyebabkan manusia berubah.
- Apabila kita memilih untuk meneliti apa yang digambarkan Alkitab tentang manusia, kita menemukan bahwa manusia dewasa ini berada di dalam kondisi yang abnormal. Manusia yang asli bukanlah manusia yang dewasa ini tampak dalam masyarakat di sekitar kita, Manusia yang asli adalah manusia adalah manusia yang berasal dari tangan Allah sendiri, tidak dirusak dosa dan kejatuhan. Dalam arti yang sesungguhnya satu-satunya manusia yang asli hanyalah Adam dan Hawa sebelum jatuh kedalam dosa serta Yesus Kristus. Semua orang yang lain merupakan contoh-contoh manusia yang telah tercemar dan rusak. Oleh karena itu, kita perlu memandang manusia dalam keadaanya yang mula mula dan memandang kristus bila kita ingin mengetahui dengan sebenarnya apa artinya sebagai manusia.
- Â
- Ayat-ayat Alkitab yang berhubungan
    Beberapa ayat Alkitab berbicara tentang gambar Allah. Rupanya yang paling terkenal adalah Kej 1:26-27.  Dalam ayat 26 terdapat pernyataan tentang rencana Allah; termasuk di dalam ayat ini terdapat dua istilah Ibrani yaitu "tselem" dan "Demuth" yang diterjemahkan secara berurutan secara berurutan sebagai "gambar" dan " rupa" Allah. Istilah yang pertama diulangi dua kali dalam ayat 27. Dalam Kejadian 5:1 terdapat ringkasan dari apa yang telah dilakukan Allah, " Pada waktu manusia itu diciptakan oleh Allah, dibuat-Nya lah dia menurut rupa Allah."penulis Kitab Kejadian ini kemudian menambahkan dalam ayat 2,"Laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.Ia memberkati mereka dan memberikan nama 'Manusia'kepada mereka."istilah yang dipakai disini .
Dalam Kejadian 9:6 pembunuhan dilarang karena manusia diciptakan menurut gamabr Allah,"siapa yang menumpahkan darah manuasia,darahnya akan tertumpah oleh manusia,sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri.pernyataan tentang kelakuan manusia terhadap sesamanya ini dengan jelas dinyatakan setelah kejatuhan.perhatikan bahwa ayat tersebut tidak mengatakan bahwa manusia masih memiliki gambar Allah,tetapi hanyanlah bahwa Allah telah menciptakan manusia menurut gambar-Nya.Sekalpun demikian jelaslah bahwa apa yang sebelumya dilakukan Allah masih ada pengaruhnya juga,bahkan setelah kejatuhan manusia.Selain ini kita tidak menemukan rujukan yan terus terang dalam Perjanjian Lama tentang gambar Allah di dalam manusia,sekalipun terdapat dua ayat dalam Apokrifa yang menyebutkan hal ini,Kebijaksanaan Salomo 2:23 dan yesus bin sirakh 17:13
      Dalam Perjanjian Baru terdapat dua ayat yang merujuk kepada gambarbAllah dalam kaitan dengan penciptaan manusia.Dalam I Korintus 11:7 Paulus mengatkan"sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya:ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah.Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki."Paulus tidak mengatakan bahwa wanita adalah kemuliaan laki-laki sebagaiman laki-laki adalah kemuliaan Allah.Istilah yang dipakai adalah dan di Yakobus 3:9,berlandaskan pada kenyataan bahwa manusia diciptkan menurut rupa Allah,penulis mengutuk pemakaian lidah untuk mengutuk manusia,"Dengan lidah kita memuji Tuhan,Bapa kita ;dam dengan lidah kita menngutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah."juga terdapat semacam pikiran terhadap rupa Allah di dalam manusia yaitu dalam Kisah Para Rasul 17:28 sekalipun istilah tersebut tidak diakai secara tersurat,"Sebab didalam Dia kita hidup, kita bergerak ,kita ada,seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu,'Sebab kita ini dari keturuna Allah juga'
      Lagi pula terdapat beberapa ayat didalam Perjanjian Baru yang merujuk pada gambar Allah dalam hubugan dengan akhir perubahan hidup yang dialami oleh orang yang percaya lewat proses keselamatan. Rom. 8:29 mengatakan bahwa orang percaya diubah serupa dengan gambar anak-Nya, sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supanya Ia, Anak Nya itu menjadi yang sulung diantara banyak saudara. Dalam II Korintus 3:18 kita membaca, "dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka tidak terselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambrnya dan dalam kemuliaannya semakin besar". Dalam Efesus 4:23-24 Paulus menghimbau, "... supaya kamu dibaharui dalam roh dan pikiran mu, dan mengenakan manusia baru yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudussan yang sesungguhnya."
Pendapat Tentang Gambar Allah
- Pendapat yang substantif
Pendapat substantive dominan sepanjang sebagian besar sejarah teologi Kristen. Unsur umum dalam berbagai jenis pendapat ini ialah bahwa gambar Allah dikenal sebagai sesuatu ciri khas atau sifat tertenu didalam manusia. Ada kalangan yang beranggapan bahwa gambar Allah ini merupakan bagian dari susunan jasmaniah kita. Sekalipun pandangan ini tidak pernah tersebar luas, namun tetap bertahan sampai saat ini. Rupanya pendapat ini dilalandaskan pada suatu penafsiran yang harfiah dari istilah (tselem), yang dalam arti konkrit adalah "patung" atau "bentuk". Orang Mormon tampakya merupakan golongan yang paling mendukung pendapat ini bahwa gambar Allah itu bersifat Jasmaniah.
      Pendapat subtantif yang lebih umum tentang gambar Allah memisahkannya sebagai sesuatu sifat psikologis atau rohani dalam sifat manusia. Calon yang paling disenangi dalam hal ini adalah akal budi. Terdapat sejarah yang panjang tentang anggapan bahwa ciptaan-ciptaan Allah yang lain. Bahkan, manusia secara biologis digolongkan sebagai Homossapiens makhluk yang berpkir. Ada berbagai cara untuk memahami akal di bawah pengaruh Platonisme akal dianggap sebagai perenungan abstrak. Dengan diterimya Aristotelianisme dan oleh Thomas Aquinas dan kawan-kawan, akal dianggap sebagai lebih bersifat empiris dan Ilmiah. Dalam aspek kognitifnya yang berkenan dengan otak besar inilah manusia yang paling mirip dengan Allah.
      Origenes, melihat gambar Allah sebagai sesuatu yang langsung diberikan pada saat diciptakan, sedangkan keserupaan baru kemudian diberikan kemudian oleh Allah. Bagaimana pun juga, Ireniuslah yang membedakan diantara gambar dan rupa, suatu pendapat yang diikuti oleh  para pakar teolog waktu beerapa waktu.  Gambar yang dimaksud oleh Ireneus adalah bahwa Adam memiliki akal dan kehendak bebas; yang dimaksud dengan rupa semacam karunia adi-kodrati yang dimiliki oleh Adam oleh tindakan Roh. Menurut pandangannya, Adam seperti anak kecil tidak bersalah dan belum berkembang. Lewat proses yang panjang dalam hal mengambil keputusan, dengan memakai kehendak bebas (Free Will) yang dengan ia telah diciptakan, Adam bertumbuh sebagaimana ia dikehendaki oleh Allah, yaitu memiliki kebenaran yang telah berkembang penuh. Sebagai mahkluk yang masih kanak-kanak keserupaan Adam dengan Allah masih merupakan embrio. Bagaimanapun juga, ketika Adam jatuh kedalam dosa, Adam kehilangan keserupaannya, sekalipun gambar masih setidaknya sampai taraf tertentu.
      Luther menegemukakan pandangan uniter tentang gambar Allah. Semua aspek dari gambar Allah di dalam manusia telah tercemar; yang tersisa hanyalah puing-puing dari gambar tersebut. Peninggalan ini bukan lah sifat-sifat atau kekuatan-kekuatan tertentu yang tetap utuh dibandingkan degan yang lain yang hilang sama sekali. Peca-pecahan dari segala sesuatu segala sesuatu yang semulanya merupakan keserupaan dengan Allah yang tertinggal, tetapi hanya sebagian kecil dari bentuk yang asli.  Satu- satunya ayat yang agak sukar bagi Luther Kej 9:6. Dengan kata lain, Luther mau mengatakan setelah manusia tercemar dengan dosa, manusia sudah mengalami kerusakan moral yang amat dasyat.
Luther kemudian menafsirkan ayat ini bahwa gambar yang tidak tercemar itu masih ada sebagai maksud Allah bagi manusia, tetapi secara actual gambar tersebut tidak hadir dalam manusia. Calvin menolak pandangan skolastik yang dualistis dan sebagai gantinya menyatakan bahwa ada peninggalan dari gambar itu didalam manusia sesudah jatuh. Itulah sebabnya, masih ada peniggalan pengetahuan tetang diri kita, kita jadi bisa mengenal Allah karena kita telah diciptakan menurut gambarnya. Demikian pula sebaliknya, kita mengenali diri sendiri denagan membandingkan diri kita dengan kesucian Allah, sekalipun segala sesuatu, sampai batas tertentu, menunjukkan gambar Allah, manusia mewujudkan nya secara khusus, Terutama dalam kemampuannya untuk berpikir.