Pada pembahasan sebelumnya, disebut bahwa Yesus adalah korban yang terbaik. Hal ini didasarkan dengan apa yang dicatat oleh penulis kitab Ibrani ini. Mengapa Yesus disebut korban yang terbaik?, apa yang yang membedakan dengan korban yang di Perjanjian Lama? Penulis Ibrani sendiri mengatakan bahwa “Yesus adalah kurban sekali dan untuk selama-lamanya (2)” sedangkan “korban-korban diperjanjian Lama yang dalam bentuk binatang yang hanya dapat meningatkan manusia, bahwa ia adalah berdosa, belum disucikan, dan bahwa dosa masih tetap merupakan penghalang antara manusia dan Allah”. Brill mengatakan, bahwa korban hewan itu bukannya menghapuskan dosa, tetapi malah menonjolkannya. Selanjutnya dia mengatakan, satu-satunya pengorbanan yang efektif adalah pengorbanan Yesus Kristus[12]. Hal yang hampir sama juga disampaikan oleh Cockerill, dia menghubungkan dengan fungsi kurban para Lewi dan kurban Kristus, dimana dia mengatakan bahwa korban dalam Perjanjian Lama dianggap sebagai pengingat dosa dari tahun tahun[13]. Dengan jelas menunjukkan ketidakmampuan mereka untuk melakukan penghapusan dosa permanen. Kata sama juga juga ditemukan dalam penetapan perjanmuan terakhir, dalam memnggambarnya sebagai peringatan kematian Kristus. Pengingat kebebasan penuh dari dosa melalui kematian itu. Perbadingannya Korban-korban Perjanjian Lama dengan Kristus jangan jelas, bahwa Kristus menangani akibat-akibat dosa secara permanen.
2. 2. 2. Penyediaan Korban yang lebih baik (5-9)
Pada pembahasan sebelumnya (lih. Pem, 2. 1.1) penulis sudah membahas bahwa tidak ada korban-korban bintang yang baik di hadapan Allah. Sehingga Ia sendiri yang menyediakan korban itu bagi-Nya. Pada bagian ini dimulai dengan kata “karena itu”. Menarik untuk diperhatikan kata “karena itu” berhubungan erat dengan ayat sebelumnya. Bahwa, korban-korban di Perjanjian Lama bersifat sementara. Sehingga Ia datang kedunia. Pada ayat 5-7, penulis kitab Ibrani mengkutip dari Mazmur 40:7-9. Barclay mengatakan bahwa yang dimaksudkan di sini adalah Yesus Kristus menjelma menjadi manusia (ay.5), dan Yesus sendiri adalah pengenapan-penggenapan dari korban-korban Perjanjian Lama[14]. Akan tetapi, mengapa Allah sendiri yang menjadi Korban untuk dosa manusia? Inilah yang kita bahas di poin selanjutnya
2. 2.1. Korban Perjanjiaan lama tidak dikehendaki Allah
Pada bagian ini disebut, “korban dan persembahan tidak engkau kehendaki”. Tuhan tidak menghendaki korban-korban yang dipersembahkan oleh orang-orang Yahudi dan tidak berkenaan atas korban korban itu sebagai korban yang menghapuskan dosa. Mengapa Tuhan tidak mengkehendaki korban-korban Perjanjian Lama? Seperti pembahasan yang sudah dibahas penulis di atas bahwa Korban-korban di perjanjian Lama, tidak mampu mengahapus dosa mereka, malahan sebagai pengingat akan keberdosaan mereka. Yang dikehendaki Tuhan ialah korban manusia yang tidak berdosa, tetapi orang demikian itu tidak ada di dalam dunia ini; lalu Ia mengutus Anak-Nya untuk menjadi manusia agar menjadi Korban-Nya.