Bagaimana Orang Kristen Seharusnya Menyikapi Eutanasia?
 Sebagai manusia, kita sering kali diperhadapkan dengan berbagai masalah kehidupan; masalah ekonomi, masalah pendidikan, kesehatan, politik, tradisi, etika, dan ribuan masalah lainnya.  Salah satu masalah dalam ranah etika adalah Eutanasia. Apa itu?
Definisi Euthanasia
Secara singkat, Eutanasia adalah permintaan manusia untuk mengakhiri hidupnya. Istilah "eutanasia" berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu (baik) dan thanatos (kematian). Secara harfiah, eutanasia berarti mati dengan enak (Henk ten Napel, Kamus Teologia, 130). John Stott mendefinisikan eutanasia sebagai "pembunuhan yang dilakukan secara sengaja dengan tindakan atau pembiaran, terhadap seseoorang yang hidupnnya tidak layak lagi" (John Stott, Isu-isu Global, 468).Â
Bisa dikatakan itu sebuah bentuk pembunuhan. Eutanasia adalah sebuah pembunuhan karena rasa kasihan, yang terjadi entah sebagai "kematian atas permohonan sendiri" (eutanasia sukarela) atau "kematian atas permohonan/keputusan orang lain" (eutanasia non-sukarela) sebab pasien tidak mampu mengajukan sendiri.
Beberapa kasus eutanasia dilatarbelakangi oleh masalah ekonomi. Karena tidak memiliki uang, sedangkan umurnya sudah lanjut, pasien memohon untuk meninggalkan dunia untuk selamanya dengan cara yang enak.Â
Dengan persetujuan keluarga (kalau ada) atau dokter, orang tersebut mengonsumsi obat tertentu, atau disuntik mati, sehingga penderitaannya berakhir.
Ada pula kasus di mana eutanasia diajukan oleh seorang yang berpenyakit ganas atau tidak ada obatnya. Pengajuan eutanasia sempat meningkat pada waktu AIDS merebak beberapa belas tahun lalu, dan belum ditemukannya obat retroviral.
Banyak orang menyuarakan perlunya euthanasia. Alasan utama mereka adalah supaya pasien bisa lepas dari rasa sakit, atau aib, yang membelenggu dirinya. Namun, alasan ini senantiasa bertentangan dengan penghargaan terhadap kehidupan. Bila hidup adalah karunia dari Pencipta, bolehkah ciptaan mendahului keputusan Pencipta dengan memutuskan nywanya sendiri? Bagaimana orang Kristen menyikapi persoalan ini secara etika?
 Etika Kristen menyikapi EutanasiaÂ
Memang, telah menjadi suatu kebenaran alkitabiah yang mendasar bahwa Allah sudah menciptakan kita sebagai mahluk yang rasiaonal dan memilik kehendak atau kesukarelaan "Free will". Dengan demikian, kita mempunyai pemikiran kehendak pribadi, kehendak sendiri yang diberikan oleh Allah. Namun, hak-hak ini didasarkan oleh kemauan Allah. Ia mau supanya kita memilih sesuai dengan kehendaknya.Â
Sebaliknya, manusia diijinkan memilih apa yang ia kehendaki. Perlu diingat, bahwa manusia perlu  memahami apa yang Allah berikan kepada manusia yaitu kesempatan untuk menjalani hidup. Kebebasan manusia bukan tidak terbatas. Kita hannya menemukan kebebasan hannya dalam hidup sesuai dengan sifat kita yang diberikan Allah, bukan dalam memberontak terhadap sifat yang diberikan Allah itu. Sama halnya dengan Allah, Ia membatasi diri-Nya oleh sifat atau hakikat-Nya. Prinsip yang sama juga berlaku bagi umat manusia. Lalu, bagaimana Alkitab membicarakan topic euthanasia ini?
Hidup adalah anugerah dari Allah. "Aku tahu, ya Tuhan, demikian seruan Yeremia, "bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan hidupnya" (lih. Yer 10:23); Nabi Yeremia benar; yang memiliki hidupnya adalah Allah. Alkitab mencatat bahwa Allah adalah Sang Pencipta, pemberi, penopang, dan pengambil kehidupan.Â
Ia sendiri mengatakan "Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan (lihat, Ul 32:39; Kej. 39:2; Ayub. 1:21). Menarik untuk diperhatikan, bahwa Allah sudah memberikan anugerah "hidup" kepada manusia oleh tangan-Nya, sehingga manusia harus menjaga, merawat hidupnya.
Kesimpulan
Berbicara mengenai euthanasia, dari sini dapat disimpulakan:
- Eutanasia adalah tindakan yang tidak dapat dibenarkan dari perpektif Etika Kristen karena manusia tidak mempunyai hak atas dirinya.
- Tindakan mengahkiri kehidupan dengan cara seperti ini merupakan kecongkakan dan kelancangan dihadapan Allah. Karena tindakan ini melanggar wilayah kekuasaan-Nya.
- Tindakan euthanasia juga tidak dibenarkan karena dengan cara ini, manusia mengambil haknya Allah.
- Manusia adalah ciptaan Allah, yang dianugerahi dengan kehidupan. Untuk itulah, manusia dituntut untuk menjaga, merawat hidup yang Tuhan berikan kepada manusia. Tidak ada alasan yang menjadi penghalang untuk mengakhiri hidup dengan cara yang seperti ini. Namun, Allah sudah berjanji kepada umatnya bahwa Ia akan turut serta menolong siapa saja yang berseru kepada-Nya (lihat. Matius. 7:7-8)