Setelah seminar selesai, Pak Anies bersiap menuju bandara untuk langsung pulang ke Jakarta. Sebelum masuk ke dalam mobil yang mengantar, beliau diberi goody bag oleh panitia yang isinya adalah sertifikat, beberapa hal lain dan juga amplop. Selanjutnya goody bag diambil tapi amplopnya dikembalikan. Padahal itu wajar saja jika beliau ambil. Anggap saja fee sebagai pembicara.
“Untuk hal-hal yang baik, beliau rela tidak dibayar.”
Saya mengangumiPak Anies Baswedan. Saya terkesima dengan kemampuannya dalam menyusun kata menjadi kalimat hingga menyampaikannya dalam bentuk verbal yang runut. Saya pun tergugah dengan tulisan-tulisannya.
Indonesia Mengajar
Saya mendaftar dan diterima sebagai Pengajar Muda 8. Selain karena gagasan tentang pendidikan, saya akui ada faktor “Pak Anies” yang membuat saya ikut mendaftar. Saya ingin bertemu beliau seperti angkatan yang sudah-sudah. Namun setelah diterima, Pak Anies malah mundur sebagai Ketua Yayasan Indonesia Mengajar (ada banyak berita, googling saja dengan kata kunci “Anies mundur dari Indonesia Mengajar).
Pak Anies secara sadar tidak ingin memanfaatkan potensi alumni dan lingkaran relawan Indonesia Mengajar demi tujuan Politiknya. Pun begitu, walaupun tak dilibatkan, Indonesia Mengajar yang telah menjadi bagian dari rekam jejak Pak Anies tetap tabao rendong kalau kata orangMinang. Terbawa-bawa padahal tidak dibawa dalam pentas Pilgub DKI. Wajar saja, rekam jejak tak bisa dihapus, bukan?
Pak Anies dan Pak Prabowo
Yang saya tau dari si A, Pak Anies tidak pernah meminta untuk menjadi Calon Gubernur. Ketika akhirnya Pak Prabowo memilih Pak Anies ketimbang Pak Sandi sebagai Calon Gubernur, Sak-Gerindrapun tak terima dan kurang bersimpati. Karena faktor rekam jejak Pak Anies yangada di “kubu seberang” saat pilpres 2014.
Namun bagi Pak Prabowo itu tak jadi soal. Kata beliau, “Dalam perjuangan besar bagi bangsa dan Negaramu, tidak boleh ada ruang untuk perasaan pribadi,” begitu kata Pak Prabowo berdasarkan cerita si A.
Seperti kata Bang Napi yang dulu pernah tenar di RCTI, “kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat, tapi juga karena kesempatan.” Maka pembuktianpun hanya bisa terjadi jika ada kesempatan. Seperti Pak Ahok yang dulu telah diberikan kesempatan oleh Pak Prabowo untuk menjadi Cawagub dari Gerindra. Sehingga hari ini Pak Ahok bisa berkata “kami sudah memberi bukti”. Mungkin jika Pak Anies diberi kesempatan, pada akhirnya beliau bisa beri bukti jauh lebih baik dibanding Pak Ahok.
“Pembuktian bisa terjadi jika ada kesempatan”