Desa Poncokusumo berada di wilayah Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Desa ini berada di kaki Gunung Semeru, yang merupakan salah satu gunung berapi yang masih aktif dan merupakan simbol Provinsi Jawa Timur. Desa ini memiliki potensi pertanian yang besar karena tanahnya yang subur dan iklimnya yang mendukung. Geografi Poncokusumo yang beragam, mulai dari dataran rendah hingga lereng gunung, menawarkan banyak peluang pertanian.
Orang-orang di Desa Poncokusumo kebanyakan bekerja sebagai petani. Desa ini memiliki lahan pertanian yang luas, yang merupakan aset utamanya. Lokasi yang tepat di dekat kawasan wisata Gunung Bromo dan Gunung Semeru juga memberikan peluang bagi masyarakat untuk menghasilkan uang melalui pariwisata sebagai pandapatan tambahan.
Hasil observasi dan pengalaman langsung hidup bersama masyarakat selama Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) adalah dasar penulisan artikel ini. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui kondisi ekonomi masyarakat, khususnya di bidang pertanian dan ekonomi masyarakat. Tulisan ini juga bentuk apresiasi dari Kelompok 84 ‘Arkadia’ KKN UIN Maulana Malik Ibrahim Malang di Desa Poncokusumo.
Kondisi Pertanian Saat Ini.
Jeruk Poncokusumo terkenal dengan kualitasnya yang tinggi dan hasil panennya yang melimpah. Dalam sebuah edukasi oleh masyarakat lokal, Pak Sofiyan menjelaskan bahwa "dalam satu hektare lahan dapat menghasilkan kira-kira 50 ton jeruk per tahun. Jika harga rata-rata jeruk adalah Rp20.000 per kilogram, maka penghasilan kotor yang dapat diperoleh adalah sekitar Rp1 miliar per tahun untuk satu hektar lahan." Sementara itu, Pak Pardi, seorang petani sekaligus pemilik lahan di desa ini, mengungkapkan bahwa dalam satu hektare biasanya terdapat sekitar 600 pohon jeruk. Setiap pohon dapat menghasilkan rata-rata 100 kilogram jeruk per masa produksi. Dengan harga yang sama, potensi pendapatan kotor per hektare bisa mencapai Rp900 juta hingga Rp1 miliar per tahun.
Pak Pardi juga menjelaskan bahwa panen jeruk dapat dilakukan sebanyak 10 hingga 12 kali dalam setahun karena kondisi tanah di Desa Poncokusumo sangat mendukung pertumbuhan tanaman. Namun, keberhasilan ini juga memerlukan biaya perawatan yang signifikan. Setiap pohon membutuhkan biaya perawatan sekitar Rp150.000 hingga Rp200.000 per pohon dalam satu tahun, yang mencakup pembelian pupuk, pengendalian hama, dan irigasi.
Sebagai contoh, seorang petani dengan 2 hektare lahan jeruk dapat menghasilkan sekitar 100 ton jeruk per tahun, yang berarti potensi penghasilan kotornya bisa mencapai Rp2 miliar per tahun. Angka ini tentu saja bergantung pada kondisi cuaca, perawatan tanaman, dan harga pasar yang stabil.
Selain penghasilan langsung dari hasil panen, keberhasilan perkebunan jeruk ini juga memiliki dampak ekonomi yang luas bagi masyarakat sekitar. Banyak usaha kecil yang tumbuh untuk mendukung sektor ini, seperti penjualan pupuk dan obat-obatan untuk tanaman. Bahkan, keberadaan perkebunan jeruk turut mendorong berkembangnya UMKM makanan di sekitar desa. Para pemilik warung dan penjual makanan ringan menyediakan konsumsi harian bagi para petani dan pekerja di ladang jeruk, sehingga roda ekonomi lokal terus bergerak.
Selain itu, air yang digunakan untuk irigasi di desa ini sebagian besar bersumber dari Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) dan hibah pemerintah. Air yang melimpah ini menjadi salah satu faktor penting dalam mendukung produktivitas pertanian jeruk.
Kontribusi Jeruk terhadap Ekonomi Desa
Jeruk Poncokusumo tidak hanya menjadi tumpuan ekonomi bagi para petani tetapi juga berkontribusi pada sektor ekonomi lainnya. Banyak petani yang menjual hasil panennya melalui perantara, yang bermitra dengan pembeli internasional, termasuk dari Korea dan negara-negara lain. Hal ini membuka peluang pasar yang lebih luas dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa.
Selain itu, kehadiran jeruk juga memicu tumbuhnya berbagai usaha kecil dan menengah di desa. Misalnya, beberapa warga mulai mengembangkan produk olahan jeruk, seperti sirup, keripik kulit jeruk, dan minuman kesehatan. Produk-produk ini tidak hanya meningkatkan nilai tambah jeruk tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat.
Potensi dan Inovasi di Sektor Jeruk
Meski sektor pertanian jeruk di Poncokusumo sudah berkembang, masih ada banyak potensi yang dapat digarap. Beberapa kelompok tani mulai mencoba inovasi seperti pengolahan pupuk organik dari limbah pertanian dan penerapan teknologi pertanian yang lebih efisien. Selain itu, pengembangan agrowisata berbasis jeruk juga memiliki peluang besar untuk menarik wisatawan. Kebun jeruk yang indah dan produk olahan khas dapat menjadi daya tarik tersendiri.
Pengelolaan pasar juga menjadi salah satu fokus penting. Dengan memperbaiki akses ke pasar internasional dan mendapatkan sertifikasi organik, jeruk Poncokusumo dapat semakin meningkatkan daya saingnya. Hal ini tentunya membutuhkan dukungan dari pemerintah dan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mewujudkan pertanian jeruk yang berkelanjutan dan menguntungkan.
Pertanian jeruk di Desa Poncokusumo merupakan salah satu tulang punggung ekonomi yang tidak hanya mendukung penghidupan para petani tetapi juga memberikan dampak positif bagi sektor ekonomi lainnya. Dengan potensi lahan yang subur, inovasi yang terus berkembang, dan dukungan pasar yang kuat, jeruk Poncokusumo memiliki masa depan cerah sebagai komoditas unggulan yang mampu mengangkat nama desa ini di tingkat nasional dan internasional.
Sebagai mahasiswa KKM dari UIN Malang Kelompok 84 Arkadia yang tinggal dan berbaur langsung dengan masyarakat Desa Poncokusumo, kami melihat secara dekat bagaimana jeruk menjadi pusat dinamika ekonomi desa ini. Keberhasilan sektor pertanian jeruk bukan hanya soal angka besar yang terlihat dari hasil panen, tetapi juga mencerminkan bagaimana masyarakat lokal bekerja keras, berinovasi, dan bergotong royong untuk membangun kesejahteraan bersama.
Kami juga menyaksikan bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari tantangan, seperti biaya perawatan yang tinggi dan ketergantungan pada harga pasar yang fluktuatif. Namun, melalui wawancara dengan para petani seperti Pak Sofiyan dan Pak Pardi, kami memahami bahwa semangat dan optimisme mereka menjadi kunci keberlanjutan sektor ini. Selain itu, pengaruh positif dari sektor jeruk yang merembes hingga ke UMKM, perdagangan lokal, dan bahkan kerja sama dengan pasar internasional, membuktikan bahwa jeruk benar-benar memiliki dampak luas bagi ekonomi desa.
Sebagai mahasiswa, pengalaman ini memberikan pelajaran nyata tentang pentingnya mendukung potensi lokal, membangun inovasi berkelanjutan, dan menjalin kerja sama yang baik antara masyarakat, pemerintah, dan pihak terkait lainnya. Pertanian jeruk di Desa Poncokusumo bukan hanya cerita tentang hasil panen, melainkan tentang bagaimana kolaborasi dan ketekunan dapat mengubah sebuah desa menjadi pusat ekonomi yang produktif dan inspiratif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI