Salam hormat dan ta'zim kepada warga Muhammadiyah dimanapun anda berada, penulis adalah mantan warga Muhammadiyah yang kini 'hijrah' menjadi warga Nahdlatul Ulama. Sebagai mantan warga Muhammadiyah yang kini berhijrah menjadi warga Nahdliyyin, penulis menilai Muhammadiyah sebagai organisasi Islam terbesar kedua setelah Nahdlatul Ulama memiliki banyak kontribusi bagi pembangunan peradaban Islam di Indonesia sama seperti Nahdlatul Ulama. Namun, ada beberapa kritik kritis penulis yang ditujukan kepada Muhammadiyah terkait sejumlah kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Muhammadiyah dan berbagai pernyataan tokoh dan warga Muhammadiyah terutama diakar rumput.
Melalui artikel ini, penulis ingin menjabarkan beberapa hal-hal yang menjadi kritik yang sering kali tak bisa diselesaikan secara mufakat demi menjaga keharmonisan dan kerukunan bangsa Indonesia dan demi menjaga toleransi dan kerukunan sesama kaum muslimin dan non-muslim di Indonesia
Perbedaan Penetapan Tanggal Awal Puasa dan Tanggal Hari Raya dengan Pemerintah
Sering kali Muhammadiyah menetapkan tanggal awal Puasa dan tanggal Hari Raya yang tidak selaras dengan keputusan Pemerintah dalam hal ini ialah ranah Kementrian Agama. Sebagai landasan kritik penulis, apa yang dilakukan Muhammadiyah ini sangat bertentangan dan tidak sesuai dengan Surah An-Nisa ayat 59, yang dimana ayat tersebut memerintahkan agar kaum Muslimin yang beriman untuk menaati pemimpin selama masih muslim (dalam makna jamak, bermakna Pemerintah) dan tidak dalam rangka untuk kemaksiatan kepada Allah. Kontroversi inilah menimbulkan pertanyaan terkait kesejajaran Muhammadiyah dengan Pemerintah dalam hal mengatur kalender Hijriah
Selain itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa "Hukmul Hakum Yarfaul Khilaf" yang bermakna, ketetapan hakim (Pemerintah) dalam menetapkan suatu hal yang bersifat ibadah adalah suatu hal yang tak dapat diperdebatkan lagi. Jadi dalam hal ini, Muhammadiyah telah membiarkan secara tidak langsung kerisauan umat Islam di Indonesia yang masih berpuasa sementara sudah ada yang berhari raya, apakah ibadahnya sah atau tidak
Kontroversi tidak membaca "Bismillah" yang dikeraskan dalam Shalat
Muhammadiyah mendapat sorotan karena tidak membaca Bismillah yang dikeraskan pada surah Al-Fatihah dan surah-surah pilihan selama shalat, dengan dalih tindakan tersebut adalah bid'ah dan tidak sesuai sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wassalam. Banyak pihak-pihak menyoroti hal ini karena membaca Bismillah yang dikeraskan dalam shalat adalah bukan suatu kebid'ahan dan merupakan Rukun Shalat. Pendekatan hal ini harus ditinjau ulang agar tidak timbul keresahan dan agar sesuai tuntunan Nabi Shallallahu 'Alayhi Wassalam dan menyesuaikan dengan kebiasaan kaum Muslimin di Indonesia pada umumnya
Narasi "Saling Memaafkan" dan Surah Ali Imran 133-134
Muhammadiyah kerap menekankan narasi "Saling Memaafkan" berdasarkan tafsir Surah Ali Imran 133-134 dalam setiap momen hari raya Idul Fitri. Kritik muncul karena kesan ekslusivitas narasi tersebut, dikarenakan pemahaman saling memaafkan dan menyambung tali silaturrahim tidak hanya terdapat pada Surah Ali Imran 133-134 saja melainkan dalam surah-surah dan ayat-ayat lain dalam Al Qur'an dan tidak terpaku hanya dalam suatu surah dan ayat-ayat tertentu saja
Penggunaan Metode Hisab dalam Penetapan Kalender Hijriah
Kritik terhadap Muhammadiyah juga mencakup pada metode hisab dalam penggunaan waktu dan penetapan kalender hijriah tertuama dalam menentukan awal Puasa dan Hari Raya. Kritik tersebut muncul karena hal tersebut adalah suatu Bid'ah Akbar yang tidak dijarkan oleh Nabi Shalllallahu 'Alayhi Wassalam. Kontroversi ini muncul karena metodologi penghitungan Kalender Islam dan penetapan tanggal awal Puasa dan Hari Raya yang sesuai dengan Sunnah Nabi Shallallahu'Alayhi Wassalam hanyalah Ru'yatul Hilal yang saat ini masih digunakan oleh negara-negara Islam termasuk Arab Saudi
Pernyataan Kontroversial Tokoh Muhammadiyah yang Dibenarkan Oleh Warga Akar Rumput Muhammadiyah
Pernyataan Kontroversial terkait Partai Allah dan Partai Setan pada tahun 2018 lalu yang dikemukakan oleh Tokoh-Tokoh Muhammadiyah seperti Amien Rais, Din Syamsuddin bahkan Prof. Haedar Nashir ternyata telah menimbulkan kegaduhan di masyarakat kita dan justru membuat situasi politik pada masa itu menjadi sangat tidak kondusif sehingga muncul keributan dan perdebatan di sosial media karena dibenarkan oleh warga Muhammadiyah yang berada di akar rumput. Hal tersebut membuat kurangnya rispek masyarakat indonesia terhadap Muhammadiyah. Selain pernyataan Partai Allah tersebut, ada juga pernyataan dari salah satu pemuka agama Muhammadiyah di Surabaya, Jawa Timur yang tidak perlu berkawan dan bertoleransi terhadap warga non-Muslim yang membuat Muhammadiyah dianggap sebagai ladang kaum Intoleran dan Radikalis bersatu. Namun, sayangnya hal tersebut malah dibenarkan oleh Warga Muhammadiyah kalangan akar rumput di Surabaya termasuk Jawa Timur. Meskipun, banyak Warga Muhammadiyah dari kalangan akademisi yang mengkritik pernyataan tersebut dan menyayangkan kejadian itu
Menghadapi kritik-kritik ini, penulis rasa agar Muhammadiyah berintrospeksi diri dan mengevaluasi dan setiap keputusan Majelis Tarjih dalam menjawab problematika fiqh Islam dan agar Muhammadiyah lebih terbuka para kritikus di media sosial, bukan malah membungkam para kritikusnya dengan menggunakan UU Informasi dan Transaksi Elektronik.Â
Semoga Muhammadiyah dan Nadlatul Ulama bisa saling bersinergi demi terjaganya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta menjaga dan merawat toleransi dan kebhinekaan antar sesama masyarakat Indonesia tanpa membedakan SARA bukan malah mengekslusifkan diri sebagai "Islam Berkemajuan" yang selama ini digaungkan Muhammadiyah. Justru Islam yang berkemajuan ialah Islam yang menjaga kemurnian Islam sesuai ajaran Nabi Shallallahu 'Alayhi Wassalam, terbuka terhadap perbedaan serta konsisten merawat Tolearnsi dan Kebhinekaan tanpa membedakan SARA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H