Dampak dari banyaknya limbah di laut ini akan menyebabkan ekosistem laut terganggu. Ini tentu akan menjadi penyebab kematian secara langsung maupun tidak langsung biota laut. (Suryarandika, 2018).
Hal senada diungkapkan oleh Marine Conservation Socie atau MSC, salah satu pegiat lingkungan. Lembaga ini mendeskripsikan bagaimana dampak sampah plastik terhadap ekosistem laut dan dampak bagi peradaban manusia. Salah satu yang diungkap adalah 86 persen permukaan karang akan rusak apabila terkena sampah plastik. Satwa laut yang besar akan sulit membedakan antara sampah plastik dan makanan dan resikonya mereka akan terperangkap, tercekik oleh sampah plastik tersebut. Yang paling berbahaya lagi ketika satwa laut memakan mikroplastik tersebut. Hal ini akan berdampak kepada pencernaan mereka dan dampak lebih panjangnya lagi akan berefek pada manusia ketika manusia mengonsumsi ikan tersebut (Tribun, 2019)
NO STRAW MOVEMENT SEBAGAI SEBUAH SOLUSI
Divers Clean Action (DCA) adalah LSM pemuda dan komunitas yang berfokus pada masalah puing laut. DCA telah bermitra dalam melakukan penelitian dengan beberapa universitas.Â
Di sisi lain, DCA juga mengimplementasikan program kolaborasi lingkungan dengan lembaga penyelaman, mengambil peran sebagai fasilitator untuk pengembangan masyarakat pesisir, dan melakukan berbagai kampanye dan pelatihan. Semua kegiatan dilakukan dalam 3 tahun terakhir dengan lebih dari 1000 sukarelawan di seluruh Indonesia.
DCA didirikan pada 2015 oleh Swietenia Puspa Lestari, Nesha Ichida, dan M. Adi Septiono. Sekarang, DCA memiliki 12 anggota tim. Saling tujuan tim adalah untuk mengembangkan peran pemuda dalam memerangi masalah puing laut terutama di pulau-pulau kecil Indonesia. (Swietenia Puspa Lestari, Nesha Ichida, 2018)
Swietenia Puspa Lestari, founder Divers Clean Action mengatakan data mencengangkan ini melandasi peluncuran gerakan #NoStrawMovement mereka pada tahun 2017 lalu. Hal itu sebagai respons menyikapi banyaknya sampah sedotan plastik yang mengotori perairan dan pantai di Indonesia. (Aini, 2018)
Melihat permasalahan yang diakibatkan oleh pencemaran laut dari sedotan plastik maka ada berbagai macam aktivitas yang dilakukan untuk mengatasinya salah satunya dengan gerakan anti sedotan. Gerakan tanpa sedotan plastik ini juga bertujuan untuk menjaga biota laut karena terdapat 11 miliar fragmen plastik yang mengendap di terumbu karang Asia-Pasifik. (Juniman, 2018)
Salah satu gerakan yang aktif dalam perubahan social mengenai Gerakan Tanpa Sedotan ini sudah di jalani oleh beberapa restaurant cepat saji pertama ada Kentucky Fried Chicken (KFC) yang telah mencanangkan #NoStrawMovement pada tahun 2017 lalu, gerakan ini menjadikan Gerakan Nasional pada 630 gerai KFC diseluruh Indonesia dengan tidak memberikan secara langsung sedotan dan tidak menggunakan dispenser sedotan, kecuali memang benar -- benar membutuhkan bagi kaum disabilitas, serta mengajakn konsumen untuk terbiasa tidak menggunakan sedotan.
Hendra Yuniarto selaku General Manager Maketing PT Fast Food Indonesia menjelaskan semenjak 6 gerai KFC dijakarta tidak menggunakan sedotan dan diikuti di beberapa wilayah di jabodetabek hal ini merupakan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan serta dapat mengajak konsumen untuk bisa terbiasa tanpa sedotan.Â
Hal ini juga membawa perubahan pada penurunan penggunaan sedotan disetiap gerainya sebanyak 45% didaerah jabodetabek saja, jika di jadikan garis lurus sebanding dengan 275 kali tinggi monas. (Purningsih, 2018)