Mohon tunggu...
Radhiyah Radhiyah
Radhiyah Radhiyah Mohon Tunggu... Guru - Guru

guru yang senantiasa belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hadits tentang Pendidikan Akhlak terhadap Sesama

11 November 2022   21:38 Diperbarui: 11 November 2022   21:43 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN

Bangsa Arab adalah bangsa yang dikenal dalam era kekejahilannya dikala Agama Islam belum datang. Diantara Kejahiliyahan tersebut diantaranya adalah bagaimana Bangsa Arab memandang seorang perempuan yang dianggap sebagai sebuah aib dan kehinaan dalam keluarga. Sehingga sang ayah sangat tega untuk mengubur hidup-hidup anak perempuannya sendiri. Tak hanya itu, sang suami pun dapat memberi perintah pada sang istri untuk melakukan perbuatan zina atas kerelaan sang suami. Namun di era kejahiliyahan tersebut Bangsa Arab juga memiliki akhlak-akhlak terpuji dari tradisi budaya masyarakat Arab kala itu. Diantaranya adalah kedermawanan, kemuliaan jiwa, dimana mereka memiliki keberanian yang tinggi, pantang mundur, Bangsa Arab juga sangat setia dalam memenuhi janji dan suka menolong.

Ditengah tengah kejahilan ini, Allah Subhanahu Wata'ala mengutus Nabi Muhammad Shallallahu "Alaihi Wasallam, membawa misi suci dalam memperbaiki perilaku berlebih-lebihan, keji dan kejahilan yang marak melanda bangsa Arab, menyempurnakan akhlak atau budi pekerti umat manusia, dengan suri tauladan yang baik. Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam memiliki dan mencontohkan akhlak yang sangat terpuji yang dikagumi oleh kawan maupun lawan. Seperti Hadits Rasulullah Shallallahu "Alaihi Wasallam dibawah ini;

- - :" .

Artinya,

"Sa'id bin Manshur menceritakan kepada kami, ia berkata: Abdul Aziz Bin Muhammad bin Ajlan menceritakan kepada kami, dari Al-Qa'qa, bin Hakim dari Abu shalih dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu "Alaihi Wasallam bersabda; "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."[1] (HR. Ahmad dalam Musnad-nya (no. 8952), Al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad (no. 273), al-Bayhaqi dalam Syu'ab al-mn (no. 7609), al-Khara'ith dalam Makrim al-Akhlq (no.1)

 Nilai nilai perilaku yang dicontohkan Nabi Muhammad Shallallahu "Alaihi Wasallam, memiliki kesempurnaan akhlak juga digambarkan dalam Alquran Surah Al-ahzab ayat ke 21, Allah Berfirman;

  Artinya;

 "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.[2]

 

Allah Subhanahu Wata'ala telah menyempurnakan Agama Islam dengan diutusnya Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad Shallallahu "Alaihi Wasallam yang memiliki misi untuk meluruskan membimbing dan memperbaiki aqidah dan akhlak perilaku, adat kebiasaan dan nilai nilai moral yang ada pada umat manusia. Rasulullah membimbing kita untuk berperilaku terpuji terhadap sesama manusia, baik dalam hidup Individual maupun dalam bermasyarakat. Sebagai seorang muslim, kitapun memiliki kewajiban untuk senantiasa meningkatkan dan memperbaiki kualitas akhlak yang terdapat dalam diri kita.

 Pendidikan Akhlak menurut Agama Islam merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang sangat penting yang harus ditanamkan sejak dini dalam kehidupan putra putri kita. Alqur'an dan Hadits dalam kitab-kitab hadits shahih memberi teladan bagi umat manusia dalam bersikap dikehidupan sehari hari. Pendidikan Akhlak memiliki dimensi yang luas dan universal yang mencakup akhlak terhadap apapun dan siapapun yang ada di sekitar kita. Termasuk akhlak terhadap lingkungan, terhadap alam, terhadap hewan, dan lain sebagainya. Namun dalam pembahasan akhlak kita, akan terfokus pada bagaimana akhlak kepada sesama yang meliputi akhlak terhadap keluarga, akhlak terhadap teman dan tetangga.

  PEMBAHASAN

1. Hadits Tentang Pendidikan Akhlak kepada Sesama

Terdapat banyak hadits yang menggambarkan keutamaan memiliki akhlak mulia, diantara hadits tersebut Sunan Abu Daud dalam kitabnya Al-Adab dan At Thirmidzi dalam Al-birru wa as-Sillah serta dalam musnan Ahmad Ibn Hambal, meriwayatkan bahwa Rasullullah bersabda,

  .

Artiya;

"Dari Abu Dzar ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda kepadaku: "Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergauilah manusia dengan akhlak yang baik."(HR. Tirmidzi No. 1910 dan beliau mengatakan hadits hasan dan dalam sebagian cetakan sunan Tirmidzi disebutkan hasan shahih).[3] Hadits semakna juga diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Abu Isa berkata; Ini adalah hadits hasan shahih. Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan Telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad dan Abu Nu'aim dari Sufyan dari Habib dengan isnad ini semisalnya. Telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Habib bin Tsabit dari Maimun bin Abu Syabib dari Mu'adz bin Jabal dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam semisalnya. Mahmud berkata; Yang shahih adalah haditsnya Abu Dzar". 

2. Definisi dan Makna Penting

Mufradatul Hadits

Kosa KataMakna Kata
Bertakwalah ( Kepada Allah)
Dimana saja
Ikutilah( -Menghapus (nya)
Keburukan
Pergaulilah (perlakukanlah))(Dengan) akhlak
Baik
Manusia

  

Makna Muradif

 

Makna Muradif ialah beberapa lafadh yang menunjukkan satu arti. Misalnya lafadhnya banyak, sedang artinya dalam peribahasa Indonesia hanya satu, sering juga disebut dengan sinonim. Berikut merupakan muradif dari kata akhlak menurut Bahasa.

 Menurut Muhammad bin Ahmad al-Azhariy kata Akhlak () adalah bentuk jamak dari kata khuluq (). Yang bermakna "din"(agama), dan al-khuluq yang bermakna muru'ah (sifat yang dimiliki oleh manusia). Sama halnya dengan 'Iyadh bin Musa bin 'Iyadh, Masyriqal-Anwr 'AlShihhal-tsr yang mengutip perkataan Ibnu al-'Arabi; makna dari kata alkhuluq () adalah ad-dn, al-muru'ah.". sementara Ibn Manzhur dalam Lisnal-'Arab memaknai "Al-Khuluq"ad-din (agama), tabi'at dan watak alami".[4] 

 Pendapat lain menjelaskan bahwa akhlak berasal dari kata khuluq yaitu "gerakan dan sikap lahiriyah"yang dapat diketahui dengan indera melihat yang juga berasal dari khuluq yaitu "perangai dan sikap mental"yang diketahui dengan bashirah (mata hati). Ahli bahasa Arab juga sering menyamakan arti akhlak dengan istilah assajiyyah, at-thab'u, al-'adatu, ad-dinu, al-muru'atu yang semuanya diartikan dengan akhlak, watak, kesopanan, perangai, kebiasaan dan sebagainya.[5] 

 Sementara Secara kamus bahasa arab, kata dasar () al-akhlak adalah () khalaqa yang mempunyai arti menciptakan, menjadikan, membuat. Akhlak berbentuk jamak taksir dalam Bahasa Arab dari kata khuluq yang berarti tabiat atau budi pekerti. Dari kata dasar (khalaqa) memiliki makna "menciptakan"memiliki kata sadar yang sama dengan kata khaliq (pencipta), makhluq (yang diciptakan) dan khalaq (penciptaan). Dari persamaan kata dasar tersebut mengindikasikan bahwa akhlak mencakup terbentuknya keselarasan sang Khaliq (Tuhan) dengan tabiat makhluq (manusia).

 Al Allamah Syaikh Taqiyuddin An Nabhani dalam kitabnya Nidzam al Islam menjelaskan," bahwa Dalam Ajaran Agama Islam yang diturunkan Allah Subhanallahu wa Ta'ala kepada Nabi Muhammad shallallhu 'alayhi wasallam, adalah untuk mengatur hubungan manusia dengan Khaliq-nya, dengan dirinya sendiri, dan dengan sesama makhluk atau hubungan sosialnya.

 Hubungan manusia dengan pencipta-nya mencakup aqidah kepercayaan, penyerahan diri dan dalam bentuk ibadah ibadah yang dapat mendekatkan diri dengan sang Khaliq. Adapun hubungan manusia terhadap dirinya mencakup bagaimana seseorang menjaga akhlaknya dalam hal, makanan/minuman dan pakaian, Sedangkan akhlak manusia dengan sesamanya mencakup kegiatan jual beli, transaksi dalam hubungan sosial, berkolaborasi, memuliakan dan menghargai sesame manusia dan dalam kedudukan hukum dan sanksi sanksi. Misalnya bagaimana hukum mengatur hewan ternak yang dipelihara secara bebas memasuki lahan orang lain dan pemeliharaan fasilitas umum.

Oleh karena itu, akhlak merupakan bagian dari syari'at Islam, berakhlak terikat dengan perintah dan larangan Allah. Oleh karenanya ketika seorang muslim marah dan melaknat para pemghina Rasulullah, bukan berarti ia bersikap berlebihan, namun memang seharusnya begitu, karena syariat menunjukan kepada siapa kaum muslimin bersikap keras dan kepada siapa kaum muslimin harus bersikap lemah lembut.[6]

Beberapa ulama memberikan definisi mengenai akhlak. Akhlak menurut Al-Ghazali adalah sesuatu yang terpendam dalam jiwa yang menimbulkan tindakan yang mudah dan ringan untuk dilakukan, dan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan yang panjang. Sedangkan Al-Qurthubi berkata, Akhlak adalah sifat manusia dalam bergaul dengan sesamanya, ada yang terpuji dan ada yang tercela.[7]

Dari uraian makna diatas dapat disimpulkan bahwa "Akhlak"adalah petunjuk bagi umat manusia bagaimana Sang pencipta, manusia dan alam semesta. Ruang lingkup akhlak lebih luas daripada etika dan moral. Landasan pendidikan akhlak dalam Islam didasari pada berdasar pada Alquran dan Sunnah, sementara landasan bagi etika berdasarkan pada akal pikiran dan landasan moral berdasar pada adat kebiasaan yang berlaku dalam sebuah masyarakat.

 

3. Asbabul wurud

 Hadits yang tersebut diatas merupakan Pesan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. yang ditujukan kepada Abu Dzar ra. dan Mu'adz ini, dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa;

  •  Ibnu Abdul Bar meriwayatkan dari Anas ra. bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam. mengutus Mu'adz bin Jabal ke Yaman, lalu beliau bersabda: "Ya Mu'adz bertakwalah kamu kepada Allah, pergaulilah manusia dengan akhlak yang terpuji. Jika kamu melihat kesalahan ikutilah dengan kebaikan. Mu'adz lalu berkata: "Ya Rasulallah, [ucapan] tidak ada Tuhan selain Allah termasuk kebaikan?"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. menjawab: "Kalimat itu merupakan kebaikan yang paling tinggi derajatnya.
  • Ahmad meriwayatkan bahwa Abu Dzar ra. berkata kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, "Wahai Rasulallah, ajarkanlah kepadaku suatu perbuatan yang bisa mendekatkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka."Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. menjawab: "Jika kamu melakukan kejelekan, maka lakukanlah kebaikan. Karena kebaikan tersebut akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat."Saya berkata: "Wahai Rasulallah, apakah kalimat Laa ilaaha illallaah termasuk kebaikan?"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. menjawab, "Kalimat tersebut kebaikan yang paling tinggi derajatnya."[8]

4. Takhrij Hadits

 Menurut Hanif Luthfi, Takhrij adalah bentuk masdar dari kata kerja ", , ". Dalam kamus al-Munjid fi al-Lughah disebutkan, takhrij adalah: "menjadikan sesuatu keluar dari sesuatu tempat; atau menjelaskan suatu masalah. Sedangkan menurut pengertian terminologis, takhrij berarti "Menunjukkan letak Hadits dari sumber-sumber aslinya (sumber primer), untuk kemudian diterangkan rangkaian sanadnya, dan dinilai derajat haditsnya jika diperlukan".

 Terdapat dua hal yang dikaji dalam takhrij hadits yaitu; Pertama, menunjukkan letak hadits dalam kitab-kitab primer hadits. Kedua, menilai derajat hadits tersebut jika diperlukan. Adapun Tujuan utama dari takhrij hadits adalah mengetahui derajat suatu hadits, apakah maqbul atau mardud. Sebenarnya takhrij tidak hanya untuk hadits saja, tetapi juga kepada perkataan yang disandarkan kepada shahabat dan tabi'in. Adapun manfaat melakukan takhrij Hadits adalah sebagai berikut; Dapat diketahui banyak-sedikitnya jalur periwayatan suatu Haditst yang sedang menjadi topik kajian. 

  • Dapat diketahui status Haditst, apakah shahih li dzatih atau shahih li ghairih, hasan li dzatih, atau hasan li ghairih. Demikian juga akan dapat di ketahui istilah Haditst mutawatir, masyhur, aziz, dan gharib-nya.
  •  Memberikan kemudahan bagi orang yang hendak mengamalkan setelah mengetahui bahwa Haditst tersebut adalah makbul (dapat di terima). Sebaliknya, orang tidak akan mengamalkannya apabila mengetahui bahwa Haditst tersebut tidak dapat diterima (mardud).
  •  Dapat diketahui pula hadits yang semula dhaif dari satu jalur, ternyata ada jalur lain yang hasan atau shahih.[9]

 Dalam melakukan takhrij hadits, Terdapat 5 metode pentakhrijan yaitu;

 takhrij dengan kata (bi al-lafzi),

  • takhrij dengan tema (bi al-maudu'i),
  • takhrij dengan permulaan matan (bi awwal al-matan),
  • takhrij dengan sanad pertama (bi al-rawi al-a'la) dan
  • takhrij dengan sifat (bi al-shifah).[10]

 

Hadits ini diriwayatkan melalui dua jalur sanad :

 Jalur Sanad Abu Dzar Al-Ghiffari sebagai berikut :

Abu Dzar (kunyah) Al-Ghifari (gelar). Ini adalah Nama kuniyah dan gelar beliau. Sedangkan nama beliau adalah Jundub bin Junadah. Beliau adalah salah seorang As-Sabiqunal Awwalun (orang yang pertama kali masuk Islam) di Mekah, termasuk orang yang pertama kali berterus terang dengan keislamannya di Mekah. Dan beliau disebut sebagai orang yang ke-5 atau yang ke-6 yang pertama kali masuk Islam. Dan beliau wafat pada tahun 32 Hijriyah.[11]

Hadits dari jalur Abu dzar Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Turmudzi dalam Sunannya, Kitab Al-Birr was Shillah an Rasulillah Shallallahu "Alaihi Wasallam, Bab Ma Ja'a fi Mu'asyaratinnas, hadits no 1910 dengan sanad dari Habib bin Abi Tsabit dari Maimun bin Abi Syabib, dari Abu Dzar ra. Diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya; Musnad Al-Nashar, hadits Abi Dzar al-Ghiffari, hadits no 20392, dan no 20435, 20556 dengan sanad dari Habib bin Abi Tsabit dari Maimun bin Abi Syabib, dari Abu Dzar ra. Serta dari Imam Ad Darimi dalam Sunannya No, 2671.

 Adapun takhrij Hadits tentang Akhlak diatas dapat dijabarkan dengan menggunakan metode menggunakan sanad pertama, yaitu menelusuri Haditst dengan mengetahui perawi paling atas dari Haditst sebagai berikut;

 

  • At Thirmidzi

"Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi, telah menceritakakan kepada kami Sufyan dari Habib bin Abu Tsabit dari Maimun bin Abu Syabib dari Abu Dzar ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda kepadaku: "Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergauilah manusia dengan akhlak yang baik."Hadits semakna juga diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Abu Isa berkata; Ini adalah hadits hasan shahih. Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan Telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad dan Abu Nu'aim dari Sufyan dari Habib dengan isnad ini semisalnya. Telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Habib bin Tsabit dari Maimun bin Abu Syabib dari Mu'adz bin Jabal dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam semisalnya. Mahmud berkata; Yang shahih adalah haditsnya Abu Dzar". (HR. Tirmidzi No. 1910 dan beliau mengatakan hadits hasan dan dalam sebagian cetakan sunan Tirmidzi disebutkan hasan shahih)[12]

  •  Imam Ahmad

"Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari Sufyan telah    menceritakan kepadaku Habib dari Maimun bin Abu Syabib dari Abu Dzar dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda: "Bertakwalah pada Allah dimana pun kalian berada, dan bergaulilah manusia dengan akhlak yang baik, jika engkau beramal jelek, maka berbuat baiklah niscaya ia akan menghapuskannya."[13]

 

"Telah menceritakan kepada kami Waki' telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Habib dari Maimun bin Abu Syabib dari Abu Dzar, bahwa Nabi Shallalahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepadanya: "Bertakwalah kamu kepada Allah di manapun kamu berada, dan ikutilah perbuatan yang jelek dengan perbuatan yang baik maka ia akan menjadi tebusannya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik."Waki' berkata, sekali waktu Sufyan menyebutkan dalam riwayat lain dari Mu'adz, namun aku mendapatkan dalam kitabku dari Abu Dzar, dan dia orang yang mendengar pertama kali."[14]

 

  • Imam Ad Darimi dalam Sunannya No, 2671, dari Abu dzar

"Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Habib bin Abu Tsabit dari Maimun bin Abu Syabib dari Abu Dzarr ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bertaqwalah engkau kepada Allah di mana saja berada, ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, dan bergaullah terhadap manusia dengan akhlaq yang baik."[15]

 Jalur Sanad Mu'adz bin Jabal

  • Abu Abdirrahman adalah nama kuniyah beliau. Sementara nama asli beliau adalah Muadz bin Jabal Al-Anshari. beliau adalah salah satu sahabat yang mulia, beliau termasuk salah satu sahabat yang paling faqih, yang paling paham halal dan haram dalam agama kita. Dan karenanya diutus oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ke Mekah untuk mengajari penduduk Mekah Al-Qur'an dan hukum-hukum Islam. Juga pernah diutus oleh beliau ke Yaman untuk berdakwah, menjelaskan Islam kepada penduduk Yaman. Dan beliau wafat pada tahun 18 Hijriyah.

 Sementara dari hadits dengan jalur Sanad Mu'adz bin Jabal diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya, Musnad Al-Anshar, Hadtis Mu'adz bin Jabal, hadits no 21047 sebagai berikut;

 

"Telah bercerita kepada kami 'Abdullah telah bercerita kepadaku ayahku. Telah bercerita kepada kami Isma'il dari Laits dari Habib bin Abu Tsabit dari Maimun bin Abu Syabib dari Mu'adz bin Jabal berkata; Wahai Rasulullah! Berilah aku wasiat. Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda; "Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada."Mu'adz berkata; Tambahilah. Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda; "Sertakan kebaikan pada keburukan niscaya akan menghapusnya."Mu'adz berkata; Tambahilah. Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda; "Perlakukan orang dengan akhlak yang baik."[16]

 

Diriwayatkan juga oleh Imam At-Thabarani dalam Mu'jam Al-Kabir, hadits no 16717 dan 16718. dengan sanad dari Habib bin Abi Tsabit, dari Maimun bin Abi Syabib dari Mu'adz bin Jabal ra.[17]

 

5. Kandungan Hadits

 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dalam hadits diatas mengarahkan kita pada perkara yang membawa kebaikan bagi individu dan tegaknya sistem kehidupan bermasyarakat. Perkara tersebut adalah berinteraksi dengan manusia dengan akhlak yang terpuji. Terdapat 3 pokok ajaran yang terkandung dalam hadits tersebut yaitu bertakwa kepada Allah, Bersegera melakukan ketaatan setelah keburukan secara langsung, karena kebaikan akan menghapus keburukan dan Bersungguh-sungguh menghias diri dengan akhlak mulia.

 Dalam kehidupan sehari hari kita menemukan sebuah perumpamaan akhlak terpuji yaitu dalam kegiatan memberi sedekah yang dinilai sebagai akhlak yang baik, namun bila seseorang memberikan sedekah kepada orang yang pernah menyakiti dan menzaliminya, maka perbuatannya digolongkan dalam pengertian "akhlak yang mulia". Demikian pula, berkunjung kepada orang-orang merupakan akhlak yang baik, namun berkunjung kepada seseorang yang telah menolak atau menelantarkan kamu merupakan akhlak yang mulia. Rasulullah Shallallahu "alaihi Wasallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam At Timidzi sebagai berikut;

 

 Artinya;

 "Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad bin Al Ala`, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris, telah menceritakan kepadaku bapakku dari kakekku dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, maka beliau pun menjawab: "Takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia."

 Hadits ini menjelaskan keutamaan berakhlak baik. Hadits dari abu Hurairah radhiyallahu 'Anhu, Bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya tentang sesuatu perbuatan yang paling banyak menyebabkan muslim masuk kedalam Syurga, Rasulallah berkata "Takwa Kepada Allah dan Berakhlak yang baik"Makna Takwa disini adalah seorang muslim melaksanakan segala perintah yang telah digariskan oleh Allah Subhanahu Wata'ala dan meninggalkan segala yang dilarang-Nya. Sementara berakhlak baik menunjukkan kesempurnaan keimanan yang dimilikinya.[18] 

 Seperti yang ditakhrij dalam Shahih Jami' Ash Shagir no 1232, Shahih Tirmidzi No. 928 karya Al-bani dalam masykatul Mashabih No. 3264, Rasululluah bersabda;

  :

 Artinya;

 "Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, dia berkata; "Rasullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda, "Orang yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya dan yang terbaik dari kalian adalah yang paling baik sama istrinya". (HR. At Thirmidzi) [19]

 Dalam hadits ini menjelaskan bahwa keimanan seseorang itu dapat dikategorikan bermacam macam, semakin baik akhlaknya maka semakin sempurnalah keimanan seorang muslim. Rasulullah bersabda dalam hadits tersebut, mengisyaratkan bahwa; "yang terbaik diantara kalian adalah yang paling baik pada istrinya"adalah seorang suami yang paling baik pada keluarganya.

 Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh AT-Tirmidzi, Rasulullah Juga bersabda;

 

 Artinya;

 "Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Al Hasan bin Hirasy Al Baghdadi, telah menceritakan kepada kami Habban bin Hilal, telah menceritakan kepada kami Mubarak bin Fadlalah, telah menceritakan kepadaku Abdu Rabbih bin Sa'id dari Muhammad bin Al Munkadir dari Jabir bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya di antara orang yang paling aku cintai dan yang tempat duduknya lebih dekat kepadaku pada hari kiamat ialah orang yang akhlaknya paling bagus. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya dariku pada hari kiamat ialah orang yang paling banyak bicara (kata-kata tidak bermanfaat dan memperolok manusia)."Para shahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling banyak bicara itu? "Nabi menjawab: "Yaitu orang-orang yang sombong."Berkata Abu Isa: Hadits semakna juga diriwayatkan dari Abu Hurairah dan ini merupakan hadits Hasan Gharib melalui jalur ini. Sebagian mereka meriwayatkan hadits ini dari Mubarak bin Fadlalah dari Muhammad bin Al Munkadir dari Jabir dari Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam namun tidak disebutkan didalamnya dari Abdu Rabbih bin Sa'id dan riwayat ini lebih shahih."[20]

 Hadits diatas menerangkan kepada kita bahwa Rasulullah Shallallahu "alaihi Wasalam sangat mencintai ummatnya yang memiliki akhlak yang terpuji dan akan lebih dekat besama Rasululah pada hari kiamat nanti nanti. Maknanya adalah Rasulullah akan senantiasa bersama dengan orang orang yang berkhlak baik. Maka Kewajiban kita sebagai pendidik hendaknya perlu mengajarkan dan menuntunn peserta didik kita untuk berbuat kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula Orang tua, mereka mempunyai kewajiban untuk menanamkan akhlak karimah pada anaknya, karena sangat penting dan dapat membahagiakan hidup didunia maupun di akhirat.

 Pendidikan akhlak tidak terlepas dari interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari hari. Hal ini karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan dan berhubungan dengan orang lain. Dengan demikian setiap individu Muslim harus di didik untuk berhubungan baik dengan orangorang di luar dirinya dan keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak dalam menjalin hubungan sosial. Berbagai hadits shahih menerangkan berbagai bentuk akhlak terhadap sesama. Diantaranya adalah;

 

Hadits tentang Akhlak Terhadap Keluarga

Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda,

 

 Artinya:

 "Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku yang paling baik terhadap keluargaku, dan apabila mati seorang dari keluarga kalian maka tinggalkanlah dia."

 (HR. At-Tirmidzi dari Aisyah radhiyallahu'anha, Ash-Shahihah: 285) [21]

 Hadits tentang Akhlak terhadap teman dan tetangga

Tetangga atau masyarakat sekitar rumah kita adalah saudara kita yang terdekat dengan kehidupan kita sehari hari. Sebagai makhluk sosial keberadaan mereka adalah hal yang sangat penting, Aklhak kita terhadap tetangga pun diatur dalam Al-Qur'an dan hadits Rasulullah. Diantaranya adalah;

Sesama muslim saudara

:

  .

 Artinya;

"Orang Muslim adalah saudara orang muslim lainnya, tidak boleh menganiaya dan menelantarkannya. Barang siapa memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barangsiapa Menghilangkan kesusahan dari orang muslim, maka Allah akan menghilangkan kesusahan darinya dan kesusahan kesusahan pada hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat."[22]

 


DAFTAR KEPUSTAKAAN

 At Tirmidzi,Kitab Berbakti dan Menyambung silaturrahmi, Interaksi Sosial, https://shareoneayat.com/hadits-tirmidzi-1910

 Hadi Purwanto, Takhrij Hadits Tentang Perintah bertaqwa kepada allah Subhanahu Wata'ala Di mana takhrij-Hadits-tentang-perintah-bertaqwa.html

 Hanif Luthfi, Takhrij hadits,https://www.rumahfiqih.com/

 Imam Al Ghazali,Ihya' Ulumuddin, terj.Abu Madyan Al Qurtubi, Keira Publishing, 2002, hal. 220-226

 Kementerian Agama Republik Indonesia, Alqur'an Surah Al-Ahzab Ayat 21

 M.Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur'an, Jakarta: Amzah, 2007 hal. 212

 Muhammad As Sayyid Yusud, Ahmad Durrah, Manhaj Al qur'an Al Karim Fi Islah Al Mujtama', Terj. Syech Ali Al-Hamid, Pustaka Pengetahuan Alqur'an, Rehal Publika, 2007, ha;. 14

Muhammad NashiruddinAl --Albani, Silsilah Hadits Shahih, Qisthi Press, jilid 3, 2006, hal.17

 Muhyiddin Yahya Bin Syaraf Nawawi, Hadits Arbain Nawawiyah, terj. Abdullah Haidhir 2007,hadits ke-18, hal. 53

 Nabila Asy-Syafi'I, Memaknai Hadis Aku Diutus Untuk Menyempurnakan Akhlak, suaramubalighah.com, diakses 6 November 2022

 Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalihn,Jilid 2,Darus Sunnah Press, 2009, hal. 968

Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalihn,Jilid 2,Darus Sunnah Press, 2009, hal. 489-495  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun