Mohon tunggu...
radhita nur annisa
radhita nur annisa Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Univ. Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agama itu Kompleks

4 Desember 2016   17:57 Diperbarui: 4 Desember 2016   18:01 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agama merupakan kelompok-kelompok yang dianggap baik dalam hal peribadatan, perilaku maupun ajaran tentang iman. Agama mempunyai tujuan untuk orang yang mempercayai dan tidak dibentuk oleh Tuhan. Dalam sebuah agama memiliki ritual yang dirayakan oleh orang-orang yang mempercayainya. Tidak salah jika dalam sebuah agama menggunakan tarian, musik dan pujian-pujian. 

Selain itu ada gerakan-gerakan seperti membungkuk, berlutut, berteriak dsb,. Hal ini berkaitan dengan unsur agama yang melibatkan emosi dan pengalaman religius di dalamnya. Pengalaman religius itu diceritakan, diarayakan dan diwujudkan dalam kebersamaan dengan orang lain. Selain melibatkan emosi, agama juga memiliki unsur material seperti tempat-tempat yang dianggap suci, benda-benda suci dan semacamnya.

Agama yang kompleks ini akan mengalami banyak pertentangan. Untuk itu diperlukan sikap yang kritis. Ilmu pengetahuan dapat membantu manusia untuk mengkritisi hal tersebut. Baik buruknya agama bisa ditinjau dari kemanusiaan. Misalnya memberi doktrin bahwa salah satu agama adalah benar dan yang lainnya salah. Sikap kritis dan pemahaman yang tepat diperlukan untuk melihat realitas tersebut. Agama ternyata memiliki potensi menimbulkan masalah seperti pluralitas. Berikut adalah pembahasannya

Pluralitas dan Pluralisme

Dalam dunia ini kita mengetahui beberapa agama yang dianut manusia. Pengalaman religius yang beragam, dirumuskan dalam ajaran yang beragam, diwujudkan dalam perilaku yang beragam dan dirayakan pula dalam ibadat yang beragam. Keberagaman (pluralitas) ini secara mau tak mau harus diterima sebagai suatu kenyataan. 

Tidak jarang permasalahan terjadi karena beragamnya agama yang dianut. Beberapa menganggap bahwa Agamaku-lah yang paling benar. Hal ini akan menimbulkan kecurigaan, permusuhan dan perselisihan. Dalam salah satu ayat di AlQuran mengatakan bahwa “Untukmu agamamu dan untukku agamaku" atau "Bagimu agamamu dan bagiku agamaku" adalah terjemahan ayat terakhir dari surat Al-Kaafiruun, "Lakum diinukum waliyadiin". Ayat ini menjelaskan bahwa masing-masing dari kita bisa memeluk agama dan kepercayaan masing-masing.

Paradigma lain menganggap bahwa semua agama mengandung kebenarannya masing-masing karena didasari oleh ajaran-ajaran yang benar pula. Agama-agama tersebut juga menjadi sarana keselamatan. Paham yang mengakui dan menerima keberagamaan disebut dengan pluralisme. Contohnya di Indonesia, adanya beberapa agama yang dianut masyarakat Indonesia mengajarkan kita hidup berdampingan dengan damai. Namun kita tidak bisa menyebutkan bahwa semua agama sama saja. Dalam sebuah agama tentunya ada perbedaan dari cara mengimani dan ajaran-ajarannya.

Hidup berdampingan dengan manusia lain merupakan ciri kita sebagai makhluk sosial. Begitu juga dengan hidup berdampingan dengan penganut agama lain selain agama kita. Kita harus menerima keberagaman yang ada dalam masyarakat dan menghormati keberagaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun