Setiap tahunnya dalam pemilihan anggota dewan maupun pejabat daerah, kita kerap mendengar adanya artis yang mencoba peruntungannya maju dalam sebuah pilkada. Hal yang memang tidak asing ditelinga kebanyakan orang memang, tetapi sebenarnya apa kelebihan maupun kekurangan dari seorang artis ketika maju pada pilkada?
Pilkada Serentak tahun ini juga diwarnai keikutsertaan sejumlah artis yang berambisi menjadi kepala daerah baik bupati, wali kota atau gubernur. Minimal mereka sudah punya modal yakni popularitas. Mereka cukup dikenal masyarakat lantaran wajahnya sering mondar mandir di televisi.
Sebut saja Sigit Purnomo Said. Dia lebih dikenal dengan sapaan Pasha Ungu. Vokalis grup musik pop Ungu tersebut bertarung untuk menjadi wakil wali kota Palu, Sulawesi Tengah. Selanjutnya, nama presenter kondang Helmi Yahya yang mencoba peruntungan dengan mencatatkan namanya sebagai calon Bupati Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
Tidak ada salahnya banyak artis banting setir hingga ikut serta dalam Pilkada Serentak. Hanya saja, memang tidak ada jaminan menjadikan sebuah daerah lebih maju dari sebelumnya. Pengamat sosial Musni Umar mengimbau masyarakat tidak cepat luluh memilih calon pimpinan daerah berasal dari pekerja seni. Meski tenar belum tentu pola pikirnya lebih bagus.
"Kekurangannya itu sesungguhnya kehidupannya glamor. Ke depannya bukannya memikirkan rakyat, malah tampil dengan barang-barang mewah di masyarakat, tetapi enggak beri manfaat. Namun itu semua dikembalikan ke masyarakat," ujarnya.
 (Merdeka.com,06/12/2015)
Lantas apa yang menyebabkan para artis dengan pedenya maju menjadi seorang politikus meskipun tidak ada latar belakang politik dalam pekerjaan mereka sebelumnya?
Berdasarkan materi-materi yang telah saya baca, sebenarnya hubungan politisi dengan artis sudah berjalan sekian lama. Disatu sisi politisi memerlukan artis dalam menggalang massa di alun-alun tempat terbuka. Selain ketertarikan massa atas suara dari para artis, khalayak juga tertarik akan kemampuan dalam bidang tertentu, terutama musik dan olahraga, ditambah dengan wajah menarik perhatian masyarakat dan media massa.
Mc Nair dalam bukunya Introduction to Political Communication(2003) membandingkan artis dengan pahlawan. Seorang pahlawan dikenal dengan sepak terjangnya membela kepentingan orang banyak melalui kemampuan dirinya (self capability) karena itu ia adalah bigman,tetapi seseorang selebritas justru dikenal berkat liputan media, karena itu ia menjadi bigname.
Selain seorang artis yang dijadikan senjata untuk merebut perhatian media massa dan masyarakat, tak jarang seorang artis dijadikan pasangan dalam kandidat pilkada. Seperti contoh pasangan dalam berita diatas.
Karena terdapat kelebihan maupun kekurangan hadirnya politikus dari seorang artis, seharusnya masyarakat lebih teliti lagi dalam memilih para pemimpin-pemimpinya. Jangan sampai masyarakat terjebak dalam tipu daya serta bignameyang talah tertanam pada diri mereka. Walaupun memang tidak menutup kemungkinan hadirnya seorang politikus dari artis yang memang memiliki visi serta misi yang mulia serta nampak realisasinya.Â